Maka, yang patut kita lakukan saat ini, sebagai permulaan, adalah meng-evaluasi diri, sudah sejauh apa keterlibatan dan keterikatan kita pada "pergumulan nafsu duniawi" ini, dan setelah menetapkan batas-batasnya, mungkin kita untuk selanjutnya dapat working on it.
Batasan masing-masing orang mungkin berbeda; dengan bahasa lain, hal-hal yang cukup bagi seseorang, mungkin tidak cukup bagi orang lain. Orang berusia 40-an, mungkin berbeda kebutuhannya dengan orang dengan usia 20-an. Maka, dalam evaluasi diri ini, hanya diperlukan kejujuran terhadap diri sendiri.
Menurut saya, ukuran yang dapat dikenakan pada diri sendiri adalah: sejauh mana pergumulan duniawi ini akan mengurangi kesempatan kita untuk ber-khidmat dengan kerja-kerja ruhaniah kita. Yang pasti, semakin besar porsi pergumulan kita dengan kerja-kerja ruhaniah ini, akan semakin besar pula kesempatan kita untuk meraih kebahagiaan ruhaniah itu, baik di dunia ini, dan tentu di akhirat kelak.Â
Sebaliknya, semakin sedikit waktu dan usaha yang kita dedikasikan utk itu, akan semakin kecil dan rendah pula pencapaian kita. Jadi, pilihan ini jatuh ke tangan kita sendiri untuk memutuskan.
Selanjutnya, kita dapat mulai working on it: dengan membuat rencana, langkah-langkah kerja, dan mungkin menggunakan tools PDCA, Plan Do Check Action.
Tentu saja dengan keyakinan bahwa Dia jugalah yang menentukan keberhasilannya, karena, La Hawla wa La Quwwata Illa billahi -- Tidak ada daya dan kekuatan kecuali atas anugerah-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H