Mohon tunggu...
Herman Hidayat
Herman Hidayat Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

Peminat Kajian-Kajian Filsafat dan Spiritualitas. Penikmat Musik Blues dan Jazz. Menyukai Yoga dan Tai Chi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Doa

24 Maret 2017   10:02 Diperbarui: 27 Maret 2018   12:53 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Salah satu Tanda Bergantung pada Amal adalah Berkurangnya Harapan tatkala Gagal" (Al Hikam, Ibn ‘Atha’illah). Berdo’alah, untuk apapun; hal-hal besar, tapi juga segala hal-hal kecil apapun. Untuk hal-hal yang sangat engkau inginkan setengah mati, atau sekedar keinginan-keinginan samar. Berdo’alah, untuk menegaskan keyakinan bahwa segala sesuatunya adalah dari Allah, dan bukan dari dirimu sendiri.

Berdo’alah, saat-saat engkau Yakin kepada-Nya, tapi lebih-lebih, berdo’alah saat-saat engkau hampir kehilangan Keyakinan pada-Nya. Berdo’alah, saat-saat segala sesuatunya berjalan serba lancar dan mudah, tapi lebih-lebih, berdo’alah di saat segala sesuatunya serba buram, sulit dan terasa berat bagimu.

Berdo’alah, karena kebenarannya, segala sesuatunya memang hanya karena Karunia-Nya, dan tidak sedikitpun karena upaya-upaya dirimu sendiri yang serba kerdil dan fana ini.

Bahkan, misalnya engkau tengah terjebak pesimisme intelektual, sehingga engkau sebenarnya sedang tidak yakin dengan manfaat Do’a, atau bahkan sebaliknya, engkau tengah terjebak keangkuhan intelektual, sehingga engkau justru sangat yakin bahwa segala sesuatunya adalah karena upaya-upaya manusiawimu sendiri; tetaplah ber-Do’a. Apa salahnya meluangkan waktu satu atau dua menit ber-Do’a, sekedar seperti ber-bisik-bisik pada diri sendiri; tidak menghabiskan waktu, dan juga tidak mengganggu siapa pun juga. Ber-Do’a sajalah; untuk apapun.

Ajaran manteg niat dalam ibadah-ibadah yang hendak kita lakukan, sebenarnya adalah juga tepat untuk apapun yang hendak kita lakukan. Dan manteg niat, pada hakekatnya adalah Do’a yang kita panjatkan, untuk keberhasilan apapun yang kita lakukan. Amalan mengucapkan Bismillah di awal setiap tindakan yang hendak kita lakukan, juga adalah untuk memperkokoh niat, dan sekaligus sebuah Do’a.

Inti dari Do’a adalah penegasan bahwa Dia adalah Allah, dan bahwa engkau, aku, adalah hambanya. Inti Do’a sungguh bukan pada mobil yang engkau minta, atau rasa sakit yang hendak engkau hilangkan.

Inti Do’a adalah hadir meng-Hadap-Nya, dan ber-Dialog dengan-Nya. Berbincang dengan-Nya. Menghaturkan permohonan, atau menghaturkan Syukur, atau Bertanya Mohon Bimbingan, atau sekedar Curhat dan bercerita. Dan bukankah, dalam setiap hubungan, apa pun itu, hubungan dapat ditingkatkan ke level yang lebih tinggi, memasuki wilayah akrab, karib, selalu dimulai dengan memperbanyak frekwensi Bincang-Bincang? Saling Berbincang, lalu Saling Percaya, lalu semakin akrab dan akrab, menjadi Sahabat dan seterusnya?

***

Dan, Do'a, alangkah mudah: tinggal menundukkan kepala, mengangkat dan mengatupkan tangan, dan menghadirkan hati penuh harap. Dan bahkan kewajiban-kewajiban yang harus kita lakukan-pun: alangkah sederhana, dan mudah. Hanya Sholat, Dzikir, Sedekah, Puasa dan berbuat baik pada semua orang.

Sedangkan balasan yang engkau mintakan dari Allah: hati yang penuh cinta dari wanita yang menyenangkan hatimu, kekayaan yang tiada habisnya, pangkat yang begitu tinggi: alangkah tidak mudah jika engkau harus lakukan sendirian. Bahkan alangkah tidak mungkin.

***

Bahkan, sangat boleh jadi, Allah pun selalu memanggil-manggil kita, untuk menghadap-Nya, untuk berbincang dengan-Nya dan ber-Do’a kepada-Nya; melalui kehilangan-kehilangan kecil yang kita alami, yang mungkin karena tidak selalu kita hiraukan, lalu Dia panggil-panggil lagi kita dengan lebih keras, dengan kehilangan-kehilangan yang lebih besar dan besar. Kehilangan milik, kehilangan kesempatan, kehilangan kegembiraan hidup, dan seterusnya dan seterusnya.

Allah selalu menunggu kita untuk menyapa-Nya, bahkan melalui permohonan-permohonan kecil sekalipun; nyeri sendi yang ingin kita hilangkan,  atau sekedar tidur lelap dan nyenyak yang kita dambakan.

***

Do'a, segera sesudah dipanjatkan seharusnya menjadi ringan. Sebab, kita sudah mintakan Tangan Yang Maha Kuat untuk mengurusnya. Dan yang sesuai dengan janji-Nya sendiri, Dia akan menjawab semua Do'a.

Untuk selanjutnya, kita tinggal mengurusi hal-hal yg diwajibkan-Nya pada kita untuk kita urusi.

Maka, mengabaikan urusan-urusan kita sendiri, dan justru sok sibuk mau mengurusi hal-hal yang Dia sendiri Janji akan menguruskannya untuk kita, apatah lagi dengan sekedar mengkhawatirkannya sepanjang waktu: alangkah bodohnya?

***

Do'a memang bisa berupa apapun, berat atau ringan, besar atau kecil: tapi mungkin alangkah baiknya jika meliputi kepentingan ukhrawimu juga, disamping hanya kepentingan duniawimu saja. Dunia dan akhirat sekaligus. Fisikal dan Ruhaniah.

Pelan-pelan, mudah-mudahan: Ruhaniahmu, Akhiratmu, Ukhrawimu, akan semakin menjadi prioritas. Dan Fisikalmu, Duniawimu: akan menjadi semakin ringan bagimu. Insya Allah.

***

Mulailah semua Do’a-mu itu dengan Istighfar. Pertama-tama, dan yang Utama; mintalah ampunan atas dosa-dosa dan khilaf-mu, sebelum kemudian engkau mohon pertolongan untuk urusan-urusan duniawi-mu. Bukan-kah Istighfar adalah Do’a, dan mungkin justru Do’a yang terpenting, yang Pertama dan Utama?

Jika suatu ketika ber-Do’a lalu terasa berat, sangat berat, seperti tanpa harapan, kehilangan keyakinan, atau juga sekedar kesulitan meng-“hadir”-kan hati ke hadapan-Nya; perbanyaklah Istighfar. Seratus kali. Mungkin Seribu kali. Insya Allah, hatimu akan kembali hadir ke dalam Do’a. Dengan ini, engkau tidak lah menyia-nyiakan waktu-waktu ber-Do’a-mu. Mungkin justru telah memanfaatkan dengan sangat baik.

Rutinkan, dawam-kan, dzikir Istighfar, mungkin minimal seribu kali sehari, dalam berbagai kesempatan; selesai Shalat, sebelum Shalat, ketika sedang berbaring, sedang berjalan dan ketika sedang apapun, selagi memungkinkan. Ketika sedang gundah, ketika sedang gusar hati, ketika sedang gembira, ketika sedang penuh harap.

***

Setiap kali kita dihadapkan pada kesulitan, merasakan hidupmu menjadi seperti sangat berat, atau sekedar tiba-tiba kehilangan kegembiraan dan keringanan hati; Istighfar-lah. Perbanyak Istighfar.

Ketika ada yang sangat engkau hasratkan; ber-Do’a-lah. Atau, sekedar ber-Istighfar-lah. Mungkin justru Istighfar adalah Do’a yang terbaik bagimu. Karena, setiap kali engkau menghasratkan sesuatu, apalagi begitu sungguh-sungguh engkau hasratkan; sesungguhnya Allah jua-lah yang menanamkan hasrat itu di dalam hatimu. Dan ketika Allah telah berkenan menanamkan hasrat itu, sesungguhnyalah Allah memang berkenan meng-anugrah-kannya kepadamu; mungkin hanya dan hanya karena dosa-dosamulah maka semua itu masih tertahan.

Sehingga, hanya dengan ber-Istighfar, bahkan misalnya engkau tidak sempat memohonkan hasratmu secara khusus, Insya Allah, Allah akan mengabulkannya untukmu. Dan bukankah Allah, Dia Maha Tahu akan segala Isi Hati, yang tersamar sekali pun?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun