Segala upaya pelestarian yang ditempuh pemerintah pun belum mampu mengembalikan eksistensi pohon cendana. Adanya konservasi tanpa didukung oleh kondisi geografis suatu tempat pun sangat berpengaruh terhadap hasilnya, kegagalan senantiasa dituai.Â
Di satu sisi usaha tersebut belum sepenuhnya mencapai representasi produktivitas, sebab minimnya kesadaran dan dukungan dari masyarakat. Kebanyakan orang masih beranggapan bahwa pohon cendana tumbuh secara bebas dan alami.
Kasus tersebut menghendaki pemerintah agar upaya pelestarian tidak sebatas konservasi. Tetapi beragam usaha hendaknya dijalankan, sebab kebanyakan generasi di kekinian nyaris tidak tahu pohon cendana. Kelangkaannya berkontribusi pada minimnya pengetahuan generasi muda tentang ada dan keberadaan pohon cendana. Hanya sebatas nama, tetapi tidak bagi wujudnya.
Dengan demikian, selain konservasi upaya lain dapat ditempuh melalui berbagai event semisal festival seni dan budaya, aksi panggung rakyat, fotografi, tulis-menulis (riset) dan usaha lainnya yang bertemakan kelestarian pohon cendana. Sebagai aplikasi, masyarakat perlu diwajibkan untuk menanam pohon cendana di lahan-lahan tidur atau pun kebun-kebun milik masyarakat itu sendiri.
Statusnya sebagai primadona akan kembali mewangi dan kepunahan tidak dapat menghampiri. Jangan biarkan wangi cendana ditelan masa. Adalah tugas dan tanggungjawab semua kita, saat ini dan esok.
****
Kupang, 2019
Herman Efriyanto Tanouf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H