Mohon tunggu...
Herman Efriyanto Tanouf
Herman Efriyanto Tanouf Mohon Tunggu... Penulis - Menulis puisi, esai, artikel lepas

Founder dan Koordinator Komunitas LEKO Kupang

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Cendana di NTT, antara Mitos dan Punah

1 Maret 2019   01:30 Diperbarui: 3 Maret 2019   23:35 1676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Segala upaya pelestarian yang ditempuh pemerintah pun belum mampu mengembalikan eksistensi pohon cendana. Adanya konservasi tanpa didukung oleh kondisi geografis suatu tempat pun sangat berpengaruh terhadap hasilnya, kegagalan senantiasa dituai. 

Di satu sisi usaha tersebut belum sepenuhnya mencapai representasi produktivitas, sebab minimnya kesadaran dan dukungan dari masyarakat. Kebanyakan orang masih beranggapan bahwa pohon cendana tumbuh secara bebas dan alami.

Lokasi konservasi pohon cendana di NTT/ bpplhkupang.or.id
Lokasi konservasi pohon cendana di NTT/ bpplhkupang.or.id

Kasus tersebut menghendaki pemerintah agar upaya pelestarian tidak sebatas konservasi. Tetapi beragam usaha hendaknya dijalankan, sebab kebanyakan generasi di kekinian nyaris tidak tahu pohon cendana. Kelangkaannya berkontribusi pada minimnya pengetahuan generasi muda tentang ada dan keberadaan pohon cendana. Hanya sebatas nama, tetapi tidak bagi wujudnya.

Dengan demikian, selain konservasi upaya lain dapat ditempuh melalui berbagai event semisal festival seni dan budaya, aksi panggung rakyat, fotografi, tulis-menulis (riset) dan usaha lainnya yang bertemakan kelestarian pohon cendana. Sebagai aplikasi, masyarakat perlu diwajibkan untuk menanam pohon cendana di lahan-lahan tidur atau pun kebun-kebun milik masyarakat itu sendiri.

Tanaman Cendana milik seorang warga di Timor/ DocPlayer-Fatmawati
Tanaman Cendana milik seorang warga di Timor/ DocPlayer-Fatmawati
Masih lebih bermartabat kalau NTT senantiasa dikenal sebagai Nusa Cendana tidak sebatas label. Yah, semoga saja setelah dilabeli Provinsi Kelor muncul lagi kesadaran untuk menjadikan NTT, Provinsi Cendana. Dengannya, kekhawatiran tentang masa depan (keberadaan) pohon cendana tidak mitos.

Statusnya sebagai primadona akan kembali mewangi dan kepunahan tidak dapat menghampiri. Jangan biarkan wangi cendana ditelan masa. Adalah tugas dan tanggungjawab semua kita, saat ini dan esok.

****

Kupang, 2019
Herman Efriyanto Tanouf

Komunitas Penulis Kompasiana Kupang dan NTT (KampungNTT)
Komunitas Penulis Kompasiana Kupang dan NTT (KampungNTT)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun