Dalam percakapan itu, Nana lebih banyak bertanya. Namanya juga anak-anak, pastinya ingin tahu lebih banyak tentang sesuatu yang asing di mata.
Ia sempat bertanya "ketidaknyamanannya" saat membaca di tempat yang ramai dan bising. Adalah hal yang baru dialaminya. Sebab tidak seperti biasanya membaca itu aktivitas di sekolah, rumah, ataupun perpustakaan yang lebih didominasi situasi hening.
"Membaca bisa dilakukan di mana saja. Selain di sekolah, rumah atau perpustakaan, Nana bisa saja membaca saat berada di taman, pantai dan tempat-tempat lainnya. Bahkan di tempat yang ramai sekalipun" kurang lebih, demikian.
Dengan cara yang sederhana, saya dan beberapa teman di komunitas berusaha untuk menjelaskan maksud dan tujuan digelarnya Kencan Buku di CFD. Juga sedikitnya tentang literasi, khususnya pustaka jalanan.
Untuk sesaat ia lupa pada kemerdekaan yang lain, yaitu bermain bersama teman sebayanya. Ekspresi ceria di wajahnya adalah simpulan bahwa ia sedikit paham akan penjelasan yang disampaikan.
Ada salah satu momen unik tentang Nana setelah bincang-bincang. Ia kembali bermain sembari menggenggam buku-buku yang diberikan padanya.
Saking semangatnya ketika asyik menikmati roller skate, buku-buku yang digenggamnya terlepas dan berhamburan di jalan raya. Banyak remaja (anak sekolah), orang muda hingga orang dewasa berjalan lewat, tetapi tidak satu pun menggubris aksi Nana.
Nana yang merasa asing di tengah keramaian, berusaha mengambil dan merapikan buku-bukunya. Sedikit kecewa tampak di wajah polosnya. Bukan karena tidak dibantu, tetapi kelalaian yang mengakibatkan buku-buku berjatuhan.
Kurang lebih 200 meter jarak saya dengan Nana. Melihat aksinya demikian, saya berusaha untuk mengabadikannya dalam potret. Ingin membantunya, tetapi Nana sudah terlebih dahulu mengamankan buku-buku itu.
Setelah dirapikan, ia kembali menggenggam buku-buku tersebut. Beberapa menit kemudian, ia mendekap erat buku-buku tepat di dadanya. Ya, erat.