Salah satu dari sekian banyak makna yang tersembunyi dalam angka 7 ialah keyakinan bahwa Sang Budha (Sidharta Gautama) ketika lahir menapaki 7 langkah. Sang Budha mencari keselamatan selama 7 tahun dan mengitari pohon bodhi selama 7 kali sebelum akhirnya duduk bermeditasi.
Tidak bermaksud untuk membuat perbandingan, tetapi Rendra sebagai Sastrawan (Penyair) yang lahir di tanggal 7 telah ditakdirkan Yang Transenden. Ketahuilah bahwa Penyair ketika menulis puisi ia seperti bermeditasi, setingkat di atasnya ialah kontemplasi.
Demikian sedikit tentang Sang Maestro. Ia telah lahir untuk "menyelamatkan" rakyat dari kesewenang-wenangan dan juga menyelamatkan puisi dari para elit sastra. Semua diramu di dalam karya-karyanya yang mempesona, seperti ketika burung merak mengembangkan ekornya.
Semua kita tentu sudah pernah atau saat ini tengah membaca karya-karya Sang Maestro. Baiklah, di akhir tulisan ini saya melampirkan salah satu puisi W. S. Rendra. Adalah puisi terakhir yang ditulisnya tanpa judul:
Aku lemas
Tapi berdaya
Aku tidak sambat rasa sakit
atau gatal
Â
Aku pengin makan tajin
Aku tidak pernah sesak nafas
Tapi tubuhku tidak memuaskan
untuk posisi yang ideal dan wajar
Â
aku pengin membersihkan tubuhku
dari racun kimiawi
Â
Aku ingin kembali pada jalan alam
Aku ingin meningkatkan pengabdian
kepada Allah
Â
Tuhan, aku cinta padamu
Â
Rendra, 31 Juli 2009
Sumber:
- Kompas.com (07/08/2009). Asal Muasal Julukan "Si Burung Merak". Diakses 07 Nov. 2018. Pukul 14:00 Wita.
- Merdeka.com/willibrordus-surendra-broto-rendra/profil/ Diakses 07 Nov. 2018/ Pukul 14:15 Wita.
_____
Insaka, 2018
Herman Efriyanto Tanouf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H