Mohon tunggu...
Herman Efriyanto Tanouf
Herman Efriyanto Tanouf Mohon Tunggu... Penulis - Menulis puisi, esai, artikel lepas

Founder dan Koordinator Komunitas LEKO Kupang

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ibu yang Menyimpan Gelisah

21 Januari 2019   20:09 Diperbarui: 21 Januari 2019   20:57 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seminggu di kota karang, ada girang

di wajah ibu. Ditimangnya cucu

kedua dari puteri pertama.

Di setiap rengek Saku, cucunya itu

ibu memanjakannya bertalu-talu

biar tak ada gelisah yang pecah.

Tapi sejak sore tepat pukul empat

demam bikin ibu diam.

Tangis cucu dianggap bisu

sebab rindu kepada Pasar Baru

kota perbatasan merasuk bukan main.

Kau tahu, seminggu lima kali

disusurnya pasar tanpa tubuh gemetar

karung di kepala, keranjang di kanan tangan

dibalut amis peluh ibu menawarkan nipis

ialah buah dan daun yang dipetik

di hutan Oematan.

Diam amat mencekam

ibu belum sempat beli Rosario

hadiah buat cucu. Disimpannya

itu gelisah.

_______

Kupang, 21-01-2019

Herman Efriyanto Tanouf

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun