Keberadaan negara Vatikan yang tak memiliki angkatan bersenjata dan tak pernah menyiapkan peperangan untuk mewujudkan perdamaian merupakan satu contoh yang mengangkangi pernyataan bahwa negara kuat ditentukan oleh kekuatan persenjataan dan angkatan perangnya. Negara-negara tak harus menunjukkan kecanggihan persenjataan dan kehebatan tentara untuk dihormati dunia. Mungkin ada yang mencibir bahwa Vatikan adalah kekecualian di hadapan fakta bahwa hari ini Rusia terus menghancurkan Ukraina dan di Israel dan Palestina terus berjatuhan korban. Namun, jika bisa terjadi pada negara Vatikan maka seharusnya kasih persaudaraan bisa menjadi alat perdamaian di negara lain. Dengan kata lain, untuk hidup berdamai kita tak harus mengandaikan kesiapan untuk bertindak dengan kekerasan bersenjata.Â
Jika kasih persaudaraan dan perdamaian adalah kerinduan hati setiap orang normal, maka peperangan selalu dipicu oleh orang-orang sakit jiwa. Jika kita terus-menerus membiarkan orang-orang sakit memimpin dunia maka benarlah adagium, "Vis Pacem, Para Bellum!". Kalau anda ingin hidup damai, bersiaplah untuk berperang. Sudah sepantasnya, orang-orang normal mendorong dialog persaudaraan jalan mewujudkan perdamaian. Gerakan diplomatik Paus Fransiskus mendorong kita untuk mewujudkan perdamaian melalui jalan dialog ("Vis Pacem, Para Dialogum!"). Saya jadi teringat satu iklan produk teh Indonesia.... "Mari Ngeteh, Mari Bicara!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H