Benturan hidup ketika  mengambil jarak dari Allah jika disadari akan menuntun pada kesimpulan: masih lebih baik di rumah Allah. Hidup di luar Allah memakan makanan babi pun tak dipantaskan. Karena itu, keputusan untuk kembali kepada Allah adalah keputusan yang paling tepat dan bijaksana, paling rasional. Siapa yang mau menderita di luar sana?Â
Kita dapat memaklumi mengapa anak sulung mencak-mencak. Ia belum pernah tinggal terpisah dari Allah. Ia belum pernah tahu betapa menderitanya tidak bersama Allah. Ketika kita telah mengalami di luar Allah adalah derita, kita akan mensyukuri apapun yang kita dapatkan dalam hidup, sepahit apapun itu. Karena di luar Allah jauh lebih menggetirkan lagi.
Kehendak bebas untuk memilih bersama atau terpisah dari Allah adalah metode yang disiapkan Allah kepada manusia untuk melakukan verifikasi pengalaman hidupnya. Setiap mereka yang pernah jauh dariNya akan menyadari bahwa tak ada yang lebih baik daripada tinggal di rumah Allah. Karena Dialah kerinduan terdalam setiap hati kita. Allah adalah jawaban dari semua pencarian kita: Bahagia!Â
Tak ada kebahagiaan sejati dan paripurna di luar Allah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H