Mohon tunggu...
Herman Seran
Herman Seran Mohon Tunggu... Petani - Petani

Pekerja swasta yang menulis sebagai hobi dengan ketertarikan multispektrum. Konsentrasi khusus pada valuasi projek, manajemen organisasi, pemberdayaan masyarakat, komunikasi dan negosiasi strategis dan ekonomi ekstraktif.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Air Bingung di Kota Pintar

24 Desember 2020   12:12 Diperbarui: 24 Desember 2020   13:12 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Fokus pada tatakelola air juga merupakan cara menjaga kelestariaan siklus air. Rakyat kota tak perlu kekurangan air jika pemerintah mengoptimalkan perlindungan catchment area (daerah tangkapan) dan memastikan setiap air larian masuk secepatnya ke dalam tanah adalah cara efektif menjaga sustainabilitas siklus air.

Jika GMIT memelopori program tanam air, maka sepatutnya rekahan alamiah yang menangkap air permukaan janganlah ditutup oleh rekayasa teknik yang tidak memperhatikan hukum alam. Jika air tanah tersedia dalam jumlah dan kualitas memadai maka kebutuhan air masyarakat kota dapat dipenuhi dengan baik. Toh saat ini masyarakat memenuhi kebutuhan dari eksploitasi airtanah secara komersial yang dikelola secara privat. Padahal, negara bertanggung jawab atas hajat hidup orang banyak.

Ringkasnya, Air Mancur Menari berharga miliaran rupiah sebaiknya menjadi mementum bagi Kota Kupang  untuk belajar bersahabat dengan alam dan meletakkan skala prioritas pembangunan secara bijaksana. Ketika air permukaan kebingungan mengikuti hukum alam, maka ada yang salah dalam rekayasa teknik. Ketika kebutuhan dasar air bersih kota belum terpenuhi, pemerintah gagal menyediakan asumsi dasar mewujudkan kesejahteraan kota. Kita butuh pemimpin dan manajer kota yang mampu menentukan tujuan pembangunan secara tepat dan menggerakkan semua sumberdaya mencapai tujuan secara efisien. Biarkanlah warga kota pintar tidak mempecundangi air yang mengikuti hukum alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun