Mohon tunggu...
Herman Susanto
Herman Susanto Mohon Tunggu... Human Resources - Film, Musik, Kuliner

Suka U2, Dewa, Wolverine, Batman, Marvel, Coklat, masakan ayam, sate, rawon, bakso, warna hitam, putih, abu abu, biru.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Sicario Day of the Soldado "Narasi Pertentangan Moralitas Berkulitkan Peluru dan Darah"

2 Juli 2018   19:05 Diperbarui: 8 Januari 2021   19:39 3336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Pada jaman pendudukan Romawi di tanah Yahudi,ada kelompok perlawanan bawah tanah yang membawa belati kecil (sicae/si-ka-e) di balik jubah mereka,karena itu kelompok ini dikenal sebagai Sicarii. Dalam bahasa Spanyol arti Sicario (si-ka-reou) artinya pembunuh bayaran. Sedangkan soldado artinya adalah tentara (soldier).

Edisi pertama Sicario (2015) menuai pujian tinggi dari kritikus film ternama walaupun kalau menurut hemat saya sebagai penikmat film awam,tema dualisme standar etik bukanlah suatu ide yang baru dalam perfilman, dengan berbagai tema seperti DC Comic Batman "The Dark Knight" (2009), tema perang "Eye in the Sky" (2015) hingga drama "Sophie's Choice" (1982).

Namun, duet naskah Taylor Sheridan dan sutradara Dennis Villeneuve berhasil membuat film tema crime dengan pertentangan batin seorang penegak hukum yang harus membiarkan pelanggaran etik untuk pencapaian kemenangan negara dalam mengalahkan kejahatan, dengan cara bahkan memanfaatkan rekan satu tim hingga nyaris dibunuh untuk mendapatkan tersangka yang dilakukan tanpa harus merasa bersalah.

Umumnya, sekuel itu dibawah level dari pendahulu -- bahkan untuk sebagian sekuel sangat jelek -- hal ini juga terjadi pada edisi ke 2 Sicario ini. TETAPI,TUNGGU DULU. Sicario Day of the Soldado (DOTS) ini tidaklah seburuk itu, bahkan jauh diatas kata lumayan.

Dengan penulis naskah yang sama namu dibidani sutradra yang berbeda (Stefano Solima) memberikan pembukaan dengan mempertontonkan bom bunuh diri di perbatasan Mexio-AS dan sebuah minimarket sukses membuat semua penonton pasti salah paham.

 Namun dengan segera juga film ini memberikan pertanyaan kenapa ada seorang pelaku bom bunuh diri ditengah ratusan imigran gelap Mexico? Dengan teori,bahwa kartel narkoba Mexico mendompleng para imgran untuk menyusupkan pembom bunuh diri sebagai tindakan balasan atas tindakan pemerintah AS memberikan bantuan kepada pemerintah Mexico melawan kartel. Awal ini yang membawa Matt Graver (Josh Brolin) kembali terlibat dan harus membangun tim bayangan (tentara bayaran) untuk melaksanakan tugas dengan cara kotor untuk menghancurkan kekuatan para kartel narkotik di Mexico.

Matt Graver merekrut kembali Alejandro (Benecio del Toro) menjadi point man untuk melaksanakan tugas itu dengan menyamar sebagai kartel saingan lalu menculik putri satu-satunya gembong narkotik Carlos Reyes, yaitu Isabela Reyes (diperankan dengan ciamik oleh aktris remaja Isabella Morena / Transfomers The Last Knight),tujuannya bila antar kartel saling bunuh maka pemerintahan AS menghemat begitu banyak sumber daya bertahun tahun untuk memerangi narkotik

Namun,di pertengahan jalan, rencana sempurna itu berbalik arah dan kemudian POTUS (Presiden AS) mengeluarkan perintah pembatalan operasi dan memutus mata rantai terakhir yaitu Alejandro dan Isabel.

Sekuel ini nyaris menjadi sebuah film gangster biasa,seperti yang pernah diperankan Josh Brolin dalam "Gangster Squad", adegan teroris meledakkan diri didekat pasangan ibu dan anak dibawah 10 tahun, atau pembantaian di jalan raya, dimana darah kental menjadi tontonan.  Namun, ini yang menjadi sisi yang menarik dari film ini, kekerasan dan kekejaman yang ditampilkan bukan sebagai bumbu penyedap untuk menandakan bahwa ini adalah film gangster, karena visi film Sicario bukan memberikan tontonan action. Kekerasan dan kekejaman yang dilakukan sebagai konsekuensi logis dari sebuah keputusan non adminsitratif yang berdampak secara politis. Sebuah konsekuensi logis bila menggunakan cara kotor dan melanggar semua kode etik atau peraturan yang ada untuk mencapai tujuan

Duet Taylor dan Stefano menyajikan eskalasi hubungan emosionil antara Alejandro dan Isabel, dimulai saat Isabel menyadari bahwa dia berada ditangan sekelompok tentara alih alih diselamatkan oleh polisi sampai saat dia harus mengikuti Alejandro sebagai jalan terakhir untuk selamat namun tetap dengan kecurigaan bahwa mungkin Alejandro bisa menghabisi nyawanya, karena Isabel mengenali Alejandro sebagai orang yang anak istrinya dbantai oleh sicario suruhan dari ayahnya sang gembong narkotik Carlos Reyes. Hubungan mutual ini dengan halus ditampilkan sehingga tidak menjadi drama sentimentil saling simpati "korban penculikan" kepada sang penculik

Hal yang disayangkan adalah pertama naskah Taylor tidak memberikan tempat yang cukup untuk ketegangan antara Matt dan Alejandro,ketika Matt dipaksa menempatkan Alejandro sebagai saksi yang membahayakan dan sangat sedikit ruang untuk karakter Matt bergulat dengan nuraninya sendiri ketika kekuasaan no.1 di AS membatalkan operasi dan untuk pertama kali dalam hidupnya semejak dia menjadi agen bayangan dia tersudut oleh permainan yang berulang kali dia kreasikan terhadap siapapun yang bisa dia eksploitasi.

Hal lainnya adalah munculnya faktor kebetulan jelang akhir cerita, ditengah ratusan imigran gelap dimana Alejandro merencanakan untuk membawa Isabel dia dikenali oleh remaja rekrutan gang imigran gelap, sebuah kebetulan yang kemudian memberikan kepada  Alejandro sebuah resiko sangat dekat dengan kematian, sebuah unsur yang sama sekali belum pernah diperlihatkan Taylor Sheridan dalam sepanjang karirnya sebagai penulis cerita film ( Sicario/2015 -- Hell or High Water/2016 -- Wind River/2017 )

Dan sekali lagi, sekuel ini tidak menempatkan dua tokoh utama ini sebagai protagonis  namun tidak juga antagonis,karena dalam dunia yang mereka geluti terlalu hitam untuk sebuah nurani yang murni, yang ada tujuan yang dikehendaki kekuasaan namun diwujudkan dengan cara yang tidak etis, kalaupun ada yang protagonis disini hanyalah karakter Isabel putri gembong narkotik yang ditakuti.Korban dari kekuasaan kerajaan narkotik milik sang ayah, yang tidak pernah mengerti bahwa dia dijadikan alat untuk mencapai tujuan, dan ketika tujuan itu berbelok, diapun harus dilenyapkan demi kehormatan sang inisiator, pemerintah AS. SKOR : B -( 8 / 10 - Rate 17+)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun