Mohon tunggu...
Herlina Hesti
Herlina Hesti Mohon Tunggu... Guru - Fasilitator

Less is more

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Curahan Hati Gadis Manis di Sudut Bandara

30 September 2023   12:11 Diperbarui: 30 September 2023   12:18 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: IDN Times

Pagi itu saya bergegas dari penginapan untuk melanjutkan perjalanan dinas. Penginapan yang sempat membuat saya gelisah sepanjang malam karena kondisi air yang tidak mengalir, sudah bolak-balik menghubungi receptionist namun hasilnya hanya membuatku marah, saya akhirnya membujuk hati untuk bersabar dengan memilih beristirahat lebih awal dari perjalanan panjang.

Bunyi air mengalir dari shower baru terdengar ketika pagi hari, waktu yang tepat menyiapkan diri untuk check out. Sat set sat set akhirnya selesai, menyerahkan kunci kamar dan siap ke tempat tugas.  

Saya tiba di bandara dua jam sebelum waktu keberangkatan, waktu yang panjang membuat saya lebih tenang dan menikmati proses keberangkatan, dari pemeriksaan barang bawaan, check in, dan akhirya bisa masuk ke ruang tunggu, tempat yang nyaman dari beberapa proses keberangkatan.

Beberapa kursi kosong terpampang disana, terlihat orang-orang sibuk dengan aktivitasnya, beberapa terlihat asyik bercerita, ngemil, dan lebih banyak menyibukan diri dengan melihat layar handphone.

Saya meletakan tas di atas kursi, di samping seorang gadis cantik yang ternyata sudah lama menunggu pesawat yang ternyata delay. Dalam kesendiriannya, terlihat dia begitu bosan, tatapan matanya juga kosong, gadis itu duduk di ujung kursi sambil menyilangkan kaki, sesekali dia memainkan jari-jari tangannya.

Saya mencoba untuk menyapanya dengan memberikan senyum yang ramah, gadis itu pun memberikan senyum yang sama dan menyapaku, "kaka mau kemana?" Sambi tersenyum saya menjawabnya singkat "saya mau ke Kaimana dek" "oh baik, kaka kerja di Kaimana?" tanyanya lagi "iya" jawabku singkat "Kaka guru? Mengajar?" Saya menyamarkan pekerjaanku dengan menjawab "iya saya seperti seorang guru, saya mengajar."

Dia terlihat begitu semangat untuk bercerita dengan melanjutkan pertanyaannya, "Baguslah kalau kaka sudah kerja, kaka sekarang umur berapa?" Saya menatapnya penuh tanda tanya, apa maksud dia begitu berani menanyakan pertanyaan sensitif itu. Namun dengan pertanyaan tersebut, saya merasa ada kedekatan untuk saya bisa bercerita lebih jauh.

Saya mengalihkan pertanyaanya dengan menanyakan tujuan perjalanannya "Ade dari mana, dan mau kemana?" Dia menjelaskan secara terperinci bahwa dia sedang transit dari perjalanan suatu kota dan hendak kembali ke kampung. "Saya mau pulang ke kampung, saya bingung tinggal disana, tidak ada pekerjaaan, sudah mencari kesana kemari tapi belum juga dapat," dia kelihatan begitu menderita dengan kondisi yang dia alami. Saya hanya bisa mendengarkannya bercerita, sambil sesekali menganggukan kepala.

Dia juga menceritakan bahwa dua tahun lalu sudah menyelesaikan kursus, berharap sudah bekerja tapi belum juga dapat, semakin menderita ketika beberapa temannya telah menghianati dia, meninggalkan dia ketika lagi membutuhkan bantuan, mereka bahkan menceritakan keburukan di belakangnya, dan hal itu membuat dirinya sulit untuk mempercayai orang lain.

Saya terdiam memahami apa yang diceritakan oleh gadis itu, kisah dimana sering dialami oleh banyak orang, dimana orang terlalu sibuk mencari kebahagiaan hingga lupa untuk bahagia.

Setelah beberapa saat, saya mencoba memberikan sudut pandang saya kepada gadis itu di sisa waktu kerberangkatan bahwa, "dulu sebelum saya bekerja, saya berpikir bahwa saya akan bahagia setelah mendapatkan pekerjaan dan akan jauh dari masalah, tapi tidak juga, masalah masih tetap ada. Bahkan orang-orang yang berkecukupan, orang kaya, bukan berarti mereka tidak punya masalah, mereka juga sama seperti kamu dan saya."

Dia terlihat sesekali menganggukan kepalanya dan mengucapkan terimakasih ketika saya berdiri dan pamit untuk berpisah saat petugas memanggil "boarding pass" dia menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan "terimakasih kaka, saya sedikit laga" saya menjawabnya "sama-sama, semangat selalu, hati-hati di jalan"

Pesan

Ketika kita mempunyai masalah, sah-sah saja kita bercerita kepada orang yang kita percaya, namun jangan sampai kita bercerita, mencurahkan isi hati kita kepada orang yang tidak dikenal. Di zaman sekarang banyak platform yang bisa diakses untuk membantu kita bisa keluar dari berbagai masalah yang kita alami.

Lebih bagus lagi, kita bisa menceritakan semua masalah kita dalam doa, karena disana sudah ada sosok yang selalu siap untuk mendengarkan semua keluh kesah kita kapanpun dan dimanapun, entah kita mau bercerita sambil marah, mau bercerita sambil menangis, Dia akan selalu ada buat kita, dan hebatnya lagi rahasia masalah kita akan tetap aman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun