Pagi itu saya bergegas dari penginapan untuk melanjutkan perjalanan dinas. Penginapan yang sempat membuat saya gelisah sepanjang malam karena kondisi air yang tidak mengalir, sudah bolak-balik menghubungi receptionist namun hasilnya hanya membuatku marah, saya akhirnya membujuk hati untuk bersabar dengan memilih beristirahat lebih awal dari perjalanan panjang.
Bunyi air mengalir dari shower baru terdengar ketika pagi hari, waktu yang tepat menyiapkan diri untuk check out. Sat set sat set akhirnya selesai, menyerahkan kunci kamar dan siap ke tempat tugas. Â
Saya tiba di bandara dua jam sebelum waktu keberangkatan, waktu yang panjang membuat saya lebih tenang dan menikmati proses keberangkatan, dari pemeriksaan barang bawaan, check in, dan akhirya bisa masuk ke ruang tunggu, tempat yang nyaman dari beberapa proses keberangkatan.
Beberapa kursi kosong terpampang disana, terlihat orang-orang sibuk dengan aktivitasnya, beberapa terlihat asyik bercerita, ngemil, dan lebih banyak menyibukan diri dengan melihat layar handphone.
Saya meletakan tas di atas kursi, di samping seorang gadis cantik yang ternyata sudah lama menunggu pesawat yang ternyata delay. Dalam kesendiriannya, terlihat dia begitu bosan, tatapan matanya juga kosong, gadis itu duduk di ujung kursi sambil menyilangkan kaki, sesekali dia memainkan jari-jari tangannya.
Saya mencoba untuk menyapanya dengan memberikan senyum yang ramah, gadis itu pun memberikan senyum yang sama dan menyapaku, "kaka mau kemana?" Sambi tersenyum saya menjawabnya singkat "saya mau ke Kaimana dek" "oh baik, kaka kerja di Kaimana?" tanyanya lagi "iya" jawabku singkat "Kaka guru? Mengajar?" Saya menyamarkan pekerjaanku dengan menjawab "iya saya seperti seorang guru, saya mengajar."
Dia terlihat begitu semangat untuk bercerita dengan melanjutkan pertanyaannya, "Baguslah kalau kaka sudah kerja, kaka sekarang umur berapa?" Saya menatapnya penuh tanda tanya, apa maksud dia begitu berani menanyakan pertanyaan sensitif itu. Namun dengan pertanyaan tersebut, saya merasa ada kedekatan untuk saya bisa bercerita lebih jauh.
Saya mengalihkan pertanyaanya dengan menanyakan tujuan perjalanannya "Ade dari mana, dan mau kemana?" Dia menjelaskan secara terperinci bahwa dia sedang transit dari perjalanan suatu kota dan hendak kembali ke kampung. "Saya mau pulang ke kampung, saya bingung tinggal disana, tidak ada pekerjaaan, sudah mencari kesana kemari tapi belum juga dapat," dia kelihatan begitu menderita dengan kondisi yang dia alami. Saya hanya bisa mendengarkannya bercerita, sambil sesekali menganggukan kepala.
Dia juga menceritakan bahwa dua tahun lalu sudah menyelesaikan kursus, berharap sudah bekerja tapi belum juga dapat, semakin menderita ketika beberapa temannya telah menghianati dia, meninggalkan dia ketika lagi membutuhkan bantuan, mereka bahkan menceritakan keburukan di belakangnya, dan hal itu membuat dirinya sulit untuk mempercayai orang lain.
Saya terdiam memahami apa yang diceritakan oleh gadis itu, kisah dimana sering dialami oleh banyak orang, dimana orang terlalu sibuk mencari kebahagiaan hingga lupa untuk bahagia.