Kita juga harus tahu bahwa walaupun anak kita pasif, tetapi semua orang punya potensi. Karena walaupun dia pasif tapi dia menyerap, kebanyakan orang tua berpikir bahwa anak harus bisa membaca, jika tidak bisa membaca berarti tidak pintar. Jika tidak bisa berhitung atau nilai matematikanya jelek berarti anak tidak mampu, pemikiran orang tua konteksnya masih sempit.
Walaupun anak pasif, orang tua harus tetap memberikan motivasi kepada anak bahwa, semua orang punya potensi dengan melakukan komunikasi yang bisa menyentuh perasaan mereka.Â
"Kamu nampaknya banyak merenung ya, tahu atau tidak nak, mama atau ayah suatu hari akan melihat kamu akan menjadi filosof hebat."
Terkadang memang ada anak yang suka melawan, mungkin hal ini mereka lakukan karena ingin mengutarakan pendapatnya, orang tua bisa menyentuh perasaan anak tersebut dengan mengatakan, "Kamu terlalu pintar, kamu selalu melihat sesuatu dengan sudut pandang yang berbeda, mama yakin kamu akan menemukan temuan-temuan hebat yang ada di masa depan."
Anak kalau disampaikan dengan kalimat yang positif dan imaginatif biasanya mereka suka, karena nilai-nilai datang dari kata-kata dan sikap, dimana bisa membesarkan hati, dan hal-hal yang dapat menumbuhkan semangat.
Dalam memberikan motivasi kepada anak, harus di lakukan secara berulang-ulang, dan bisa diganti dengan kalimat yang berbeda.Â
Sebagai orang tua, guru ataupun orang dewasa lainnya, dalam mendidik anak hindari untuk melihat sisi negatifnya saja yang ada dalam diri anak.
Adapun dampak negatif dan dampak positif anak bagi anak yang pasif jika tidak diselesaikan. Dampak positifnya adalah anak akan semakin merenung, dan akan menjadi lebih halus, dan jika mereka menumpahkan emosinya ke dalam kalimat-kalimat berupa tulisan atau verbal akan menjadi sajak atau cerita-cerita yang sangat indah.
Dampak negatifnya adalah reaksi orang lain terhadap anak yang pasif hanya akan berfokus pada hal negatif yang ada dalam diri anak tersebut. Karena orang lain tidak bisa mengenal potensi apa yang ada dalam diri anak tersebut walaupun dia cerdas. Tentunya dia akan menjadi frustasi, tidak ada jalan untuk mewujudkan potensi-potensi, dan secara perasaan tidak dikenali.
Maka dari itu, sebagai orang tua harus menyentuh dan mendengarkan perasaan anak dengan menebak apa yang dirasakan anak melalui bahasa tubuh yang ditampilkan oleh anak, dengan begitu emosi anak bisa tersalurkan, maka akan ada jalan keluar.
Namun sayangnya, banyak sekali anak-anak yang terhambat dimana emosinya tidak disalurkan, karena orang tua tidak ada waktu untuk mendengarkan saat anak berbicara, belum selesai bicara sudah dipotong, akhirnya emosi anak akan terpendam dan berdampak buruk untuk masa depannya.