Dalam mengenali anak guru harus melihat kondisi kelas, ada anak yang aktif dan tidak aktif. Dari hasil pengamatan tersebut, guru harus punya catatan, dan membuat target dalam 1 minggu untuk mengenali si A yang pasif diantara semuanya.
Saat jam istirahat atau setelah pulang sekolah, guru bisa menyediakan waktu 5 sampai 10 menit untuk berkomunikasi dengan anak tersebut, dalam berkomunikasi guru bisa menanyakan: kabar anak tersebut, berikan beberapa pujian yang ada di dalam dirinya, tanyakan aktivitasnya setelah pulang sekolah, dan lain-lain. Dalam berkomunikasi guru harus mulai dari hal yang umum, sehingga anak merasa telah diperhatikan.
Jika selama ini anak tersebut tidak diperhatikan, dia akan merasakan sudah mendapatkan sesuatu, maka saat kita ajak untuk berhenti untuk bercerita, dia tidak mau, karena saat di rumah anak tidak memiliki teman untuk diajak bercerita.
Ada anak saat berada di rumah dia terlihat sangat aktif, tetapi ketika sampai di sekolah, dia menjadi pribadi yang pasif. Hal ini bisa terjadi karena proses penyesuaian diri misalnya, anak sedang menyesuaikan diri dengan tempat yang baru, dengan gurunya, dengan pelajarannya, dengan peraturannya, dengan temannya, dan hal-hal lainnya. Memang ada anak yang cepat dalam menyesuaikan diri, tetapi ada juga membutuhkan waktu yang lama.
Anak yang pasif bisa sangat berkaitan dengan apa yang terjadi di rumahnya dan bagaimana dukungan orang tua pada anak melalui beberapa aspek dalam hidupnya. Misalnya dari aspek fisik, apakah fisik anak tersebut sehat atau tidak, karena akan berpengaruh pada rasa percaya diri anak tersebut, sehingga dia tidak minder saat bertemu dengan orang lain dan siap untuk belajar.Â
Secara emosi, dia tahu bagaimana untuk mengutarakan perasaan dan mengerti perasaan orang lain.Â
Secara sosial dia tahu mengatakan kata tolong dan terima kasih, tidak mengambil barang orang lain tanpa sepengetahuan mereka.Â
Secara kecerdasan tahu dan siap menerima mata pelajaran yang berat, dan secara spiritual dia tahu bagaimana bersikap untuk tidak menyakiti orang lain.
Bagaimana sikap orang tua ketika mengetahui anaknya menjadi pasif ketika berada di sekolah? Dalam menangani masalah ini, jangan sampai orang tua malah menambah masalah baru untuk anak karena solusi yang kurang tepat.
Sebagai orang tua harus membantu dengan menyentuh perasaan anak tersebut melalui komunikasi. Dalam menyelesaikan masalah anak, kita harus bisa menyentuh perasaannya, karena perasaan adalah sesuatu yang penting bagi manusia, kalau perasaan diterima dia akan merasa seluruh dirinya diterima. Tapi kalau perasaannya ditolak, maka dia akan merasa bahwa seluruh dirinya ditolak, dalam menyentuh perasaan anak harus ditelusuri satu persatu, maka dari situ kita bisa tahu apa sebenarnya dialami anak.
Orangtua bisa menyentuh perasan anak melalui komunikasi dengan menanyakan "apa yang selama ini kamu alami, apa yang kamu suka dan yang tidak kamu sukai di sekolah, lalu apa yang membuat kamu merasa sedih?" Pancing jawaban anak dengan pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan dia mau bercerita.