Mohon tunggu...
Herlina Hesti
Herlina Hesti Mohon Tunggu... Guru - Fasilitator

Less is more

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Tips Mengembangkan Potensi Anak Usia Dini

16 September 2023   16:00 Diperbarui: 16 September 2023   16:05 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika sang buah hati lahir, bahkan masih dalam kandungan, tentunya orang tuanya menginginkan sesuatu yang baik untuk anak tersebut, berbagai upaya pun disiapkan dalam menyambut masa depan yang diimpikan. Ketika berbicara tentang masa depan, tentunya tidak terlepas dari cita-cita, dan hal tersebut pastinya ada kaitan dengan potensi yang ada dalam diri anak tersebut.

Ketika anak tersebut lahir, rasanya belum ada yang tahu untuk melihat potensi apa yang ada dalam dirinya, tidak ada catatan yang bisa kita baca bahwa dia akan jadi pelari, akan jadi pemain musik, dan lain-lainnya. Tetapi waktu anak masih bayi, kita bisa membantu anak untuk mengembangkan semua potensi yang dia miliki, misalnya ketika bayi belum bisa berjalan, tetapi agar dia bisa berlari harus melalui beberapa tahap, seperti duduk, berdiri, berjalan, dan berlari.

Mengenai nantinya dia akan jadi jago lari, punya bakat menjadi pelari, bahkan menjadi pelari profesional, itu ceritanya nanti. Sejak anak diusia dini sebagai orang tua harus mengembangkan semua aspek, karena anak-anak akan terus berkembang, seperti perkembangan emosional, perkembangan fisik, perkembangan sosial, perkembangan bahasa, perkembangan motorik, dan lain-lain.

Untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri anak, sebagai orang tua harus memberikan stimulasi, bayangkan jika anak kita digendong terus menerus sampai dia berumur lima tahun, tentunya anak tersebut tidak bisa berjalan. Terkadang orang tua merasa khawatir dalam memberikan stimulus kepada anak, ketika anak mencoba untuk melakukan sesuatu untuk terlibat membantu, biasanya orang tuanya melarang dengan tujuan melindungi, takut kalau kena panas, takut anak kena pisau, atau sesuatu yang akan menyakiti lainnya, hal lain juga orang tua merasa merepotkan atau mengganggu aktivitas mereka.

Kalaupun sampai anak kena panas, kena pisau, dan menyakitkan lainnya, kan orang tahu bagaimana cara untuk mengobatinya, dengan kejadian seperti ini, anak akhirnya tahu benda mana yang boleh di sentuh dan yang tidak boleh disentuh. Rasa khawatir dari orang tua tersebutlah yang membuat anak-anak tidak mendapatkan kesempatan untuk distimulasi, kelihatan seolah-olah melindungi anak, tapi justru kita tidak mengembangkan apa yang menjadi potensinya, membuatnya menjadi kerdil, dan tidak bertumbuh dan berkembang secara baik.

Ketika anak mencoba untuk naik pohon atau naik tangga, biasanya orang tua melindungi anak dengan mengatakan "jangan naik, nanti jatuh" seharusnya orang tua mendukungnya "kamu boleh naik, tapi pegangan yang kuat, lihat kakinya, naik tangganya hati-hati" orang tua harus memberikan panduan, dan kepercayaan diri kepada anak bahwa dia mampu. Sambil kita melihat dan menjaga kalau nanti dia terpeleset, atau mungkin pegangannya kurang kuat, kan bisa dicegah. Daripada anak dilarang tidak boleh naik, maka ada waktu tertentu dia akan penasaran dan mencoba untuk naik, tapi tanpa orang tua yang mendampingi, dan itulah yang berbahaya.

Ketika anak tersebut kotor, lecet-lecet, kemungkinan dia terpeleset, rasanya itu hal yang biasa, dan seperti kenyataan bahwa didunia ini tidak selalu safety jadi anak juga harus belajar untuk berhati-hati. Ketika anak sudah mengalami luka, kesakitan, kotor, dan sejenisnya, sebagai orang tua harus menjelasakan agar kedepannnya bisa berhati-hati supaya tidak mengalami hal yang sama lagi.

Bagaimana mengembangkan minat dan bakat anak?

Minat tumbuh dari apa yang dia lihat dan dirasakan dari lingkungan, jadi kalau dia melihat ayahnya main gitar, mamanya main piano, di kamar ada lagu, di mobil ada lagu, dengan stimulasi seperti itu akan membuat anak bisa bernyanyi, karena memang sehari-hari itulah yang didengar. Tetapi tidak menutup kemugkinan bahwa anak yang tidak distimulasi tidak bisa melakukan apa-apa, karena dia juga mempunyai talentanya sendiri. Jadi semua anak punya potensinya tersendiri, misalnya memiliki potensi dibidang musik, bidang olahraga, bidang masak, dan bidang-bidang lainnya. Namun bedanya anak yang memiliki potensi membutuhkan misalnya waktu 1 tahun berlatih, anak yang punya bakat, mungkin membutuhkan waktu yang lebih cepat misalnya tiga bulan untuk berlatih, dan untuk anak yang mepunyai karunia bisa lebih cepat lagi misalnya dua minggu berlatih.

Sebagai orang tua kita bisa membantu anak untuk mengembangkan potensi di berbagai bidang, untuk kemudian minat apa yang akan disukai anak tersebut, kita bisa bantu untuk mengarahkannya, dengan minat tersebut, maka bakat akan menyertai. Misalnya ada anak yang senang coba-coba makanan, bisa membandingkan enak dan tidak enaknya, maka anak ini bisa mempunyai potensi di bidang masak-memasak, ketika dia sudah punya cita rasa, punya bakat, maka dia akan mencoba untuk memasak.

Dalam mengembangkan potensi anak sebaiknya orang tualah yang harus mendampingi anak secara langsung, kita harus melihat momen anak-anak dimasa golden age, dimana perkembangannya sangat signifikan, dari yang tidak bisa bicara menjadi bisa, dari yang tidak bisa berjalan menjadi bisa berlari, jadi masa-masa yang sangat signifikan tersebut, sangat disayangkan untuk dilewatkan orang tua, diusia hingga 5 sampai 8 tahun pertama dalam hidup anak, investasinya sangat besar, soal waktu, soal perhatian, soal cinta kasih, karena dimasa itulah anak menjadi landasan anak untuk hidup selanjutnya.

Kita mungkin menginvestasi hanya 5 sampai 8 tahun, tapi akan berguna bagi anak dalam jangka waktu yang panjang hingga 50 tahun dalam hidupnya, jadi ini sangat berarti. Apakah dimasa-masa emas ini harus diberikan ke pengasuh yang tentunya tidak mempunyai visi yang sama dengan kita? Maka apa yang terjadi? Jiwa dan mental anak itu akan tumbuh dengan visinya pengasuh.

Jadi yang dibangun adalah hubungan, dan hubungan ini akan berlanjut. Jadi bukan hanya sekadar yang penting anak sudah makan, yang penting anak sehat, tidak merengek, pintar berbahasa Inggris, taat, dan hal lainnya. Tetapi potensi lain yang ada dalam diri, tidak bisa dilihat seperti, bagaimana berpikir kritis, berpikir kreatif, dan lain-lain. Maka anak harus disampaikan alasan kenapa harus makan-makanan sehat, kenapa harus mencuci tangan, dengan menyampaikan hal tersebut anak akan semangat, jadi ada motivasi yang dibangun.

Dalam mendidik anak biasanya orang tua memberikan ancaman seperti "ade harus cuci tangan, kalau tidak cuci tangan, tidak boleh makan." atau "diam nak, kalau tidak polisi tangkap." Selain ancaman, orang tua juga sering memberikan hadiah jika anak melakukan sesuatu yang biak, metode itu saja yang biasa dipakai oleh orang tua, seharusnya anak-anak dikasih metode yang berikutnya yaitu alasan tentang mengapa. Misalanya kenapa harus makan, kenapa harus mencuci tangan, kenapa harus tidur siang, dan hal ini disampaikan saat anak berusia di atas tiga tahun, karena anak-anak diusia ini sudah bisa diajak diskusi dan berpikir tentang hal tersebut. Jadi anak-anak usia golden age orang tua harus investasi relasi, karena anak-anak sedang berjalan menuju masa depan jadi peran orang tua sangat penting dan tidak bisa digantikan oleh orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun