Emosi marah adalah sesuatu yang sebenarnya baik dalam pola mengasuh anak, ketika orangtua tidak bisa marah itu menurut saya tidak ideal, namanya anak-anak pasti pernah salah dan ada saatnya juga selain ditegur lebih serius kadang-kadang perlu dimarahin juga, kalau itu membahayakan buat dia dan orang lain.
Jadi marah adalah sebuah perasaan yang normal dan sehat kalau kita menggunakannya dengan baik. Jika salah menggunakan amarah maka akan berpengaruh buruk pada dirinya sendiri atau pun orang lain yang bisa saja merusak kesempatannya untuk maju.
Ketika kita berbicara tentang emosi marah anak remaja, tentunya kita sering lihat atau pun mendengar beberapa anak yang jika marah terlihat seperti berantem, keroyokan, atau pun tawuran, marah sama orangtua sampai gebrak-gebrak pintu, atau mungkin marah sama gurunya yang akhirnya membuat anak tersebut dikeluarkan dari sekolah, marah sama temannya dimana tadinya disukai akhirnya diasingkan sama temannya, dan lain-lain.
Maka dari itu sebagai orangtua perlu mengetahui bagaimana cara mendampingi emosi marah sang anak agar tidak merugikan dirinya dan juga banyak pihak.Â
Orang tua perlu tahu bagaimana reaksi anak jika marah, ada beberapa anak saat marah mereka meluapkannya dengan fisik, ada juga anak yang jika marah mengeluarkan kata-kata yang tidak menyenangkan.Â
Kemudian di waktu yang tepat tanyakan bagaimana perasaan anak jika marah, jika sudah mengenali tanda emosi anak tersebut maka perlu melatih anak untuk jangan langsung merespon amarah yang dialaminya, sampaikan kepada anak untuk mengambil waktu paling tidak sepuluh menit untuk berdiam diri dan merenung.Â
Setelah itu bisa ajak anak berdiskusi tentang kelalaian atau pun kekeliruannya, lihat respon anak tersebut jika belum bisa menjelaskan, biarkan beberapa saat dan jangan paksakan anak.
Pada titik ini, sebagai orang tua perlu memberikan respon yang baik dengan cara mencari solusi. Jangan sampai orang tua balik memarahi sang anak yang akhirnya membuat rasa marah anak semakin bertambah yang akhirnya menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan dan akhirnya menyesal, dimana rasa marah yang mungkin hanya berlangsung hanya sepuluh menit malah bertambah menjadi berlarut-larut.
Lalu bagaimana cara melatih sang anak dalam mengelolah emosi marah dengan cara yang sehat, karena jika anak memiliki emosi yang tidak sehat sudah pasti ditanyakan siapa orang tuanya dan bagaimana cara orang tua mendidik.
Karena pendidikan pertama sang anak itu dari rumahnya dimana orang tualah yang menjadi guru pertama bagi sang anak tersebut. Maka di rumah orang tua perlu memberikan aturan atau standar dalam memainkan emosi marah tersebut. Ibaratnya piano, bagaimana cara memainkannya agar enak didengar orang lain.Â
Sebagai orang tua perlu memberikan standar pada anak, bahwa "ketika marah mami, dan papi tidak mengizinkan untuk merusak barang-barang yang ada di dalam rumah atau teriak-teriak menyebut nama orang yang ada di dalam rumah. Jika ingin berteriak bisa masuk ke dalam kamar dan menyebut nama orang tersebut initinya kamu bisa puas dan tidak merugikan orang lain."Â