Trekking menuju kaki lembah ditempuh dalam waktu sekitar 45 menit. Capek tidak terasa karena di kiri kanan pepohonan hutan dan bunga liar banyak bertebaran. Kami harus menaklukkan tangga kayu, bambu, batu, pagar besi dan air terjun kecil dengan tali sebagai pegangan. Di beberapa titik, tangga kayu memiliki kemiringan 90 dan melapuk sehingga kami harus waspada dan hati-hati agar tidak terjatuh dan menghempas bebatuan. Jangan kuatir, rute trekking yang dilalui tidak terlalu ekstrem.Â
Kita hanya perlu fokus dan hati-hati karena cukup licin. Gunakan sandal gunung yang nyaman dan tas anti air agar kamera tidak basah. Yang paling berkesan saat kami harus menuruni bebatuan yang dialiri air sehingga nampak seperti air terjun kecil. Arusnya tidak terlalu deras tapi sensasinya luar biasa. Apalagi ditambah dinginnya air yang bagai es.
Dari pintu masuk lembah ini, gelegar air terjun mulai terdengar jelas. Begitu tiba di area sungai, kami harus melewati dua jembatan kecil sebelum tiba di kaki air terjun. Kemarau panjang menyebabkan debit air tidak terlalu banyak sehingga menyeberangi jembatan kayu kecil ini tidak terlalu berat. Di kejauhan bebatuan tebing besar mulai terlihat menjulang bagaikan para Dinosaur yang sedang melepaskan dahaganya. Lumut hijau terlihat bagai permadani yang menyelimuti bebatuan lembah.
Setibanya di bagian bawah Air Terjun Tumpak Sewu, pemandangan yang tampak di depan mata semakin memikat hati. Magis! Dari sudut ini, Tumpak Sewu tampak begitu megah. Sebagai manusia, terasa kecilnya dibanding keindahan ciptaan Tuhan.
Berpagarkan vegetasi hijau nan menyejukkan, deretan air terjun menghujam dari atas Tebing. Deburan suaranya bagai melodi alam yang mampu menghinoptis pengunjung untuk mendekat. Rellief bebatuan tebing yang unik dan mata air yang konstan, membujat pasokan Air Terjun Tumpak Sewu mengalir deras di beberapa titik. Sedangkan sebagian lainnya nampak meluncur manja dari pelukan bebatuan tebing.
Sensasi tirai air alami nan jernih dan menyegarkan, membuat kami pun jatuh hati dan tergoda ingin merasakan cipratan air terjun yang menyegarkan. Kami pun enggan beranjak dari lembah. Tak bosan menikmati kemegahan dan kesyahduan Tumpak Sewu dari dekat. Damai merayap di hati saat keindahan alam tersaji sempurna. Saat alam mengalunkan nyanyiannya, saat dawai-dawai musik alam terdengar, hati pun luruh dalam keheningan. Tunduk dan pasrah atas ke Mahasempurnaan Sang Pencipta.
"There's no better place to find yourself that sitting by a waterfall and listening to it's music"
Roland R Kemler
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H