c. Â Â Tidak ada sistem buatan manusia yang bebas dari risiko dan kesalahan
d. Â Â Risiko dan kesalahan dapat dikurangi melalui upaya mitigasi pada lingkungan yang pada dasarnya aman.
Dari konsep dan pemahaman tentang "safety" di atas dapatlah dimengerti bahwa setiap perusahaan dalam menjalankan roda perusahaan, bekerja dan berinteraksi dengan mesin dan sesama manusia, kesalahan dan kecelakaan selalu mengintai dan tidak mungkin untuk di eliminasi . Bahaya dan risiko ada dimana-mana. Â
Penyebab terjadinya kesalahan atau kecelakaan pun selalu berkembang dari masa ke masa seperti berikut ini:
a. Â Â Dari tahun 1950 -- 1970, penyebab terjadinya kecelakaan pesawat terbang adalah faktor teknis, hal mana dapat dipahami karena produk teknologi pesawat terbang di era tersebut belum secanggih era berikutnya, sehingga setiap terjadi kecelakaan pesawat terbang, factor teknis selalu dijadikan kambing hitam.
b. Â Â Dari tahun 1970 -- 1990 penyebab terjadinya kecelakaan bergeser ke faktor manusia, karena kemampuan manusia belum secepat kemajuan teknologi yang berkem
ang pesat di era itu
c. Â Â Sementara dari tahun 1990 hingga saat ini segala permasalahan dalam organisasi termasuk penyebab terjadinya kecelakaan ditimpakan kepada Organisasi dan Manajemen, dengan secara berkelanjutan mengadakan "upgrading rule & regulation" dalam upaya mitigasi untuk mengurangi terjadinya kesalahan gan kecelakaan.
Hampir di dalam setiap ruang kerja pada perusahaan penerbangan komersial tergantung tulisan "Safety First", "Safety First", dan "Safety First". Â
Tetapi, apakah benar demikian adanya, pimpinan perusahaan hanya memikirkan "safety" tanpa mendapatkan produksi/keuntungan yang memadai agar perusahaan dapat bertahan hidup dalam persaingan bisnis yang semakin tajam?.
Karena, apabila pimpinan perusahaan terlalu fokus pada bagaimana cara meningkatkan "safety", apalagi kalau sampai pada tingkat "paranoid" maka produksi/keuntungan akan menurun yang lama kelamaan dapat mengakibatkan terancamnya performance keuangan perusahaan.