Mohon tunggu...
Tarigan Sibero
Tarigan Sibero Mohon Tunggu... Pilot - Pensiunan yang masih gemar menulis

Lulusan AAU-64 | Pecinta Berat C130 Hercules | Penulis Buku 50Tahun Hercules | Pernah bekerja sebagai Quality Control and Assurance di sebuah Sekolah Penerbang

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Mencetak Pilot Profesional yang Siap Guna

1 Januari 2021   07:38 Diperbarui: 1 Januari 2021   07:55 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tingkat kelulusan pada kedua tahap pelatihan tersebut diatas (PPL dan CPL/IR) dinyatakan oleh hasil "checkride" yang dilaksanakan oleh Check pilot dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan atau check pilot dari Sekolah Penerbang yang telah diakui oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

Dengan selesainya seluruh kurikulum/Silabus pendidikan dan pelatihan dan dinyatakan lulus dalam "checkride", apakah seorang lulusan Sekolah Penerbang tersebut sudah dapat disebutkan sebagai seorang penerbang professional?

Untuk menjadi seorang penebng professional, sebuah Sekolah Penerbang yang berlokasi di pulau Lombok, menetapkan 3 (tiga) faktor utama yang harus dipenuhi, dengan bobot masing-masing faktor, sebagai berikut  :

  1. Aeronautical Knowledge (pengetahuan kedirgantaraan), bobotnya 20%
  2. Skill To Fly ( Ketrampilan Terbang), bobotnya 20%, dan
  3. Attitude (Code of Behavior), bobotnya 60%.

Sekolah Penerbang telah menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan bagi siswa-siswa calon Penerbang sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang tertera di dalam CASR-141, dan seluruh lulusannya telah memegang sertifikat CPL/IR yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 

Lalu mengapa lulusan Sekolah Penerbang kita sangat susah diterima pada perusahaan-perusahaan penerbangan komersial? Dari sumber yang layak dipercaya, diperoleh informasi yang barangkali merupakan sebagian dari faktor penyebabnya, antara lain  :

Biaya untuk latihan transisi dari "single piston engine" ke pesawat "Multi Jet Engine" dengan peralatan electrnic yang canggih.  
Tidak semua lulusan Sekolah Penerbang yang mampu untuk membayar biaya pelatihan transisi tersebut karena untuk dapat lulus dari Sekolah Penerbang saja telah mengeluarkan beaya Pendidikan dan Pelatihan yang cukup besar.  

Sementara sebagian besar pihak perusahaan penerbangan komersial merasa keberatan untuk menanggung beaya dimaksud.  CASR-141 Amendment 4 telah mempersyaratkan bagi setiap Sekolah Penerbang untuk melengkapi armada pesawat latihnya dengan minimum 1 (satu) unit pesawat latih Multi Engine, sehingga diharapkan setiap lulusan Sekolah Penerbang telah mempunyai pengalaman menerbangkan pesawat Multi Engine.

  • Kemampuan Bahasa Inggris.  
    Seperti diketahui bahwa komunikasi penerbangan seluruh dunia menggnakan bahasa Inggris.  Dari banyaknya perusahaan penerbangan komersial untuk memenuhi kekurangan tenaga penerbang mengambil jalan pintas dengan mengikat perjanjian kontrak dengan penerbang-penerbang dari Luar Negeri, diduga karena kemampuan berbahasa Inggris para penerbang lulusan Sekolah Penerbang kita dianggap kurang memadai.

  • Attitude.  
    Seperti telah diungkap diatas bahwa bobot attitude (code of behavior) sangat tinggi dalam hal pembentukan seorang penerbang professional.  Attitude adalah suatu sikap, karakter atau tata laku sebagai cerminan dari hasil daya pikir atau perasaan  seseorang terhadap keadaan dilingkungannya. Attitude bersifat abstrak, "existing in thought only", tidak ada "bench mark", dalam artian tidak dapat diukur dengan angka seperti halnya dengan pengetahuan teori.  Semua output attitude bersumber dari disiplin yang merupakan sikap dasar seseorang untuk taat dan patuh kepada berbagai peraturan perundangan, ketentuan dan prosedur serta norma-norma agama dan adat istiadat.  

Karenanya, disiplin haruslah dijadikan sebagai kebutuhan hidup sehingga dia akan tetap melekat dalam diri seseorang tanpa perlu diawasi.

Dengan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa para penerbang muda lulusan Sekolah Penerbang yang ada di Indonesia adalah Penerbang Profesional, namun belum siap guna. Untuk menjadi Penerbang Profesional siap guna masih diperlukan adanya beberapa pembenahan, antara lain:

  • Perlu diadakan satu badan institusi semacam Jakarta Training Center, yang menyediakan berbagai fasilitas pelatihan seperti Simulator jenis pesawat yang umumnya digunakan oleh sebagian besar perusahaan penerbangan komersial, sebagai jembatan bagi penerbang-penerbang muda lulusan Sekolah Penerbang menuju Penerbang professional siap guna pada perusahaan-perusahaan pernebangn komersial.  Tambahan pelatihan dengan pesawat Multi Engine di Sekolah Penerbang hanya sekedar memberi pengalaman menerbangkan pesawat multi engine.

  • Penguasaan bahasa Inggris.  
    Penguasaan bahasa Inggris merupakan hal yang mutlak dikuasai oleh setiap penerbang mengingat bahasa Inggris adalah bahasa komunikasi penerbangan di seluruh dunia.
    Untuk itu disarankan agar setiap Sekolah Penerbang menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar sehari-hari, termasuk dalam masalah surat menyurat keperluan staff works.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
    Lihat Otomotif Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun