Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia.Bahkan CPO yang berasal dari Indonesia sebagian besar di ekspor ke luar negeri seperti India,Amerika,jepang maupun Uni Eropa.Indonesia harus berbangga diri karena mampu menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara pertanian yang mampu berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan dunia terutama komoditi kelapa sawit.Â
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), mesin penghasil devisa utama RI adalah minyak kelapa sawit sekitar U$ 22,97 miliar tahun lalu, diikuti batu bara sekitar U$ 21,07 miliar, dan migas sekitar US$ 13,1 miliar.
Hal ini menunjukkan bahwa peran kelapa sawit dalam membangun perekonomian di Indonesia sangatlah besar. Minyak kelapa sawit telah menjadi faktor kunci dalam menanggulangi kemiskinan di desa-desa di negara penghasil sawit terbesar seperti Indonesia dan Malaysia. Keberadaan perkebunan kelapa sawit di pedesaan dan daerah terpencil telah membantu meningkatkan penghasilan penduduk di sana.
ekitar 40% area perkebunan di Indonesia dimiliki oleh dua juta petani kelapa sawit, dan sebuah laporan Komisi Eropa memperkirakan bahwa para petani ini memperoleh penghasilan sepuluh kali lebih besar daripada petani yang membudidayakan tanaman lainnya.
Namun belakangan ini Indonesia sering mengalami permasalahan yang cukup serius di bidang harga.Banyak para petani kelapa sawit mengeluh akibat semakin menurunnya harga kelapa sawit sementara biaya untuk memproduksi tetap.
Permasalahan ini sangat berdampak buruk bagi perekonomian masyarakat karena jutaan manusia telah menggantungkan hidupnya terhadap kelapa sawit.Permasalahan ini bermula saat adanya 'black compaing' yang di pelopori oleh Uni Eropa.
Isu yang mengemuka adalah produksi kelapa sawit yang terus mengalami peningkatan di Indonesia dan Malaysia telah menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan, antara lain konversi lahan dari hutan tropis, pemusnahan beberapa spesies fauna, efek rumah kaca dan perubahan iklim. Isu-isu ini berdampak pada tidak stabilnya harga CPO dunia.
Banyak negara menjadi terpengaruh terhadap isu tersebut yang berakibat penolakan minyak CPO dari Indonesia dan lebih memilih untuk beralih ke minyak nabati lain.
Hal ini tentu berdampak pada kestabilan harga kelapa saawit di Indonesia.Bahkan banyak CPO yang gagal di ekspor akibat isu tersebut.Para petani juga memilih untuk tidak memanen kelapa sawit karena biaya produksi yang tidak sesuai sehingga banyak kelapa sawit yang busuk dan akhirnya terbuang.
Melihat permasalahan yang terjadi,pemerintah Indonesia tidak tinggal diam.Indonesia berhasil membuat temuan terbaru dari kelapa sawit yang nantinya dapat menjaga kestabilan harga kelapa sawit.Temuan tersebut merupakan bahan bakar nabati yang bahan bakunya merupakan minyak kelapa sawit.
Penelitian tentang minyak sawit ini, sejatinya telah dirintis sejak 35 tahun silam oleh Prof. Subagjo dan para pakar di Teknik Kimia. Bersama dengan sejumlah mahasiswa program studi Teknik Kimia S1, S2, dan S3 di ITB, para ilmuwan cerdas itu melakukan beberapa penelitian dan pengembangan formula.Â