Mohon tunggu...
Herjono Tampubolon
Herjono Tampubolon Mohon Tunggu... Atlet - masih bersekolah

saya bersekolah di polbangtan medan dengan jurusan teknologi produksi tanaman perkebunan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bahan Bakar Nabati, Turunan Terbaru Kelapa Sawit yang Bernilai Ekonomi Tinggi

19 September 2019   10:26 Diperbarui: 19 September 2019   10:32 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia.Bahkan CPO yang berasal dari Indonesia sebagian besar di ekspor ke luar negeri seperti India,Amerika,jepang maupun Uni Eropa.Indonesia harus berbangga diri karena mampu menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara pertanian yang mampu berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan dunia terutama komoditi kelapa sawit. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), mesin penghasil devisa utama RI adalah minyak kelapa sawit sekitar U$ 22,97 miliar tahun lalu, diikuti batu bara sekitar U$ 21,07 miliar, dan migas sekitar US$ 13,1 miliar.

Hal ini menunjukkan bahwa peran kelapa sawit dalam membangun perekonomian di Indonesia sangatlah besar. Minyak kelapa sawit telah menjadi faktor kunci dalam menanggulangi kemiskinan di desa-desa di negara penghasil sawit terbesar seperti Indonesia dan Malaysia. Keberadaan perkebunan kelapa sawit di pedesaan dan daerah terpencil telah membantu meningkatkan penghasilan penduduk di sana.

ekitar 40% area perkebunan di Indonesia dimiliki oleh dua juta petani kelapa sawit, dan sebuah laporan Komisi Eropa memperkirakan bahwa para petani ini memperoleh penghasilan sepuluh kali lebih besar daripada petani yang membudidayakan tanaman lainnya.

Namun belakangan ini Indonesia sering mengalami permasalahan yang cukup serius di bidang harga.Banyak para petani kelapa sawit mengeluh akibat semakin menurunnya harga kelapa sawit sementara biaya untuk memproduksi tetap.

Permasalahan ini sangat berdampak buruk bagi perekonomian masyarakat karena jutaan manusia telah menggantungkan hidupnya terhadap kelapa sawit.Permasalahan ini bermula saat adanya 'black compaing' yang di pelopori oleh Uni Eropa.

Isu yang mengemuka adalah produksi kelapa sawit yang terus mengalami peningkatan di Indonesia dan Malaysia telah menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan, antara lain konversi lahan dari hutan tropis, pemusnahan beberapa spesies fauna, efek rumah kaca dan perubahan iklim. Isu-isu ini berdampak pada tidak stabilnya harga CPO dunia.

Banyak negara menjadi terpengaruh terhadap isu tersebut yang berakibat penolakan minyak CPO dari Indonesia dan lebih memilih untuk beralih ke minyak nabati lain.

Hal ini tentu berdampak pada kestabilan harga kelapa saawit di Indonesia.Bahkan banyak CPO yang gagal di ekspor akibat isu tersebut.Para petani juga memilih untuk tidak memanen kelapa sawit karena biaya produksi yang tidak sesuai sehingga banyak kelapa sawit yang busuk dan akhirnya terbuang.

Melihat permasalahan yang terjadi,pemerintah Indonesia tidak tinggal diam.Indonesia berhasil membuat temuan terbaru dari kelapa sawit yang nantinya dapat menjaga kestabilan harga kelapa sawit.Temuan tersebut merupakan bahan bakar nabati yang bahan bakunya merupakan minyak kelapa sawit.

Penelitian tentang minyak sawit ini, sejatinya telah dirintis sejak 35 tahun silam oleh Prof. Subagjo dan para pakar di Teknik Kimia. Bersama dengan sejumlah mahasiswa program studi Teknik Kimia S1, S2, dan S3 di ITB, para ilmuwan cerdas itu melakukan beberapa penelitian dan pengembangan formula. 

Bahan bakar nabati yang dihasilkan dari teknologi yang ada bersifat drop-in, di mana bahan bakar ini dapat dipakai dalam mesin secara langsung tanpa harus dicampur dengan BBM dari fosil.

Bahkan, setelah melewati serangkaian pengujian, minyak sawit yang telah diolah dengan katalis hasilnya sangat persis, dengan senyawa yang ada pada energi fosil. 

Nantinya, produk turunan berupa energi yang dihasilkan ini akan diberi nama sesuai dengan jenis nya, yaitu bensin menjadi bensin nabati, diesel menjadi diesel nabati dan avtur juga jadi avtur nabati.

Dengan adanya teknologi yang bisa mengubah minyak sawit menjadi bahan bakar non-fosil (nabati), industri kelapa sawit yang terus menerus dikembangkan bakal memiliki beberapa keuntungan, seperti harga sawit yang meningkat karena bisa diserap untuk sektor energi dan menjadi nilai tambah dari produk turunan yang dihasilkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun