Mohon tunggu...
Heri Yati
Heri Yati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya guru di dua sekolah swasta, SMP Muhammadiyah 1 dan SMK PGRI 1 Kota Pasuruan, mengajar mapel Bahasa Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Air Susu Dibalas Dengan Air Tuba (1)

11 Juni 2023   02:55 Diperbarui: 11 Juni 2023   03:04 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KISAH NYATA

Sarinah nama Wanita berusia 40 tahun itu mendekat menangis menceritakan duka yang dialami.

Aku Irabas, seorang penulis di sebuah platform yang menulis semua cerita baik fiksi maupun non fiksi. Awalnya aku menulis hanya sekedar hobby dan iseng-iseng untuk mengisi waktu luang. Dari hobby merambat jadi sebuah karya yang menghasilkan beberapa lembar uang akhirnya membuat dompetku nggak pernah gersang.

Kegiatan ini aku lakukan berulang-ulang disetiap kesempatan. Menggali sebuah topik hangat untuk dijadikan bahan tulisan tidaklah mudah, ide itu sulit ditebak datangnya. Muncul begitu saja tanpa diduga kehadirannya.

Aku tertarik membawa kisah nyata Sarinah untuk kutuangkan didalam karyaku. Kuberikan tissu agar tetesan air matanya segera diusap dan kusodorkan air mineral untuk menghentikan sesenggukkannya. Setelah dia terdiam, kuawali membuka pembicaraan.

”Ada apa mbak, kenapa menangis?”

”Ceritalah kepadaku siapa tahu aku bisa meringankan bebanmu”, ucapku.

”Aku sangat kecewa dan sedih mbak, niat semula hanya ingin membantu sambil mencari beberapa uang receh saja cobaannya begitu berat”, jawab Sarinah.

”Apa yang terjadi mbak Sar?” Tanyaku

“Begini mbak, diawali dari sebuah telpon dari teman lama saya yang dulunya satu yayasan, beliau pindah bekerja ke yayasan lain karena harus menentukan pilihan menetap di satu yayasan. Kebetulan tempat kerja saya di sekolah SMK Swasta sebagai pelaksana harian perpustakaan”, jawab Sarinah.

”Teman saya itu guru di sekolah SMP swasta bernama Bu Hera, meminta saya untuk membantu membenahi perpustakaan di sekolahnya baik secara administrasi maupun penataan untuk ruang perpustakaan itu  sendiri karena untuk menyiapkan PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) dan akreditasi perpustakaan sekolah”, tutur Sarinah.

Akhirnya datanglah Sarinah ke SMP swasta di mana Bu Hera bekerja yaitu SMP Mahardika Malang. Di sana Sarinah dipertemukan dengan kepala perpustakaannya yang bernama Bu Munti. Mereka berbincang-bincang seputar perpustakaan, disaat mereka berbincang-bincang datanglah Bu Naura, guru wali kelas 9. Bu naura mengambil gambar mereka bertiga Bu Hera, Bu Munti dan Mbak Sarinah. Hasil jepretannya dimasukkan dalam grup washap guru SMP Mahardika Malang, diberi keterangan koordinasi administrasi perpustakaan. Nah dari sinilah kisah itu dimulai.

Esok harinya Sarinah dapat kiriman whassap dari Bu Inul, Bu Inul adalah mamanya Cenul. Cenul merupakan petugas harian perpustakaan di SMP Mahardika Malang. Cenul sedang cuti melahirkan. Bunyi wasshap nya demikian, ”Mbak Sarinah makasih sudah bantu bersih-bersih dan benah-benah perpustakaan tempat Cenul bekerja, Cenul tadi bercerita ada yang kasih tahu, nitip salam ke mbak Sarinah, maklum anak saya masih belum ada pengalaman. Alhamdulillah sudah dibantu”, kata Bu Inul dalam washapnya. Perlu diketahui pembaca Cenul itu sudah bekerja di bagian perpustakaan SMP Mahardika Malang kurang lebih 6 tahun, tapi sama mamanya dibilang belum ada pengalaman. Sebenarnya basa-basi washaap itu tidak perlu, malah menunjukkan ketidakprofesionalnya Cenul dalam bekerja.

Awalnya Sarinah tidak menanggapi washap yang dikirim mamanya Cenul, karena niatan Sarinah memang membantu berbenah perpustakaan di sekolah Bu Hera, lama-lama risih juga karena banyak suara sumbang dan sindiran-sindiran tak enak didengar.

”Bu Hera, saya mau cerita tentang situasi saya di tempat kerja setelah dua kali datang membantu perpustakaan SMP Mahardika Malang, banyak suara-suara tak sedap dan kiriman whassap yang mengganggu pikiran saya dan itu dihubungkan dengan Bu Hera”, tutur sarinah.

”Sudah mbak abaikan saja, kalau ada yang tanya ya jawab yang sebenarnya, toh tujuannya baik agar perpustakaan SMP Mahardika Malang bisa tertata dengan baik dan layak untuk dikunjungi, saya sangat berterimakasih karena Mbak Sarinah mau membantu”, jawab Bu Hera.

Tanpa disadari oleh SMP Mahardika Malang, Cenul dan mamanya mengikuti perkembangan Mbak Sarinah berbenah perpustakaan di SMP Mahardika Malang. Berbagai cara mereka lakukan untuk mencari informasi apa saja yang sudah dilakukan Mbak Sarinah di SMP Mahardika. Seringkali Mbak Sarinah di washaap baik pujian maupun bersifat menyindir.

Hingga suatu saat kepala sekolah Mbak Sarinah sampai menanyakan kegiatannya berbenah perpustakaan di SMP Mahardika Malang. Malah opini yang tersebar adalah Mbak Sarinah mau menggeser posisi Cenul di SMP Mahardika Malang. Entah siapa yang membuat kabar menjadi simpang-siur ini.

”Bu Hera apa yang saya lakukan untuk menghadapi semua ini, saya serba salah Bu”, kata Sarinah.

”Bagaimana ceritanya mbak kok sampai melebar begini, Mbak Sarinah kan mengerjakan berbenah Perpus diwaktu libur, jadi tidak ada yang dirugikan masalah waktu, mengapa kepala sekolah ikut campur?” tanya Bu Hera.

”Saya sendiri juga tidak tahu Bu, tahu-tahu saya dipanggil bapak Kepala Sekolah, beliau akan narik saya dengan kata lain tidak mengijinkan saya membantu perpustakaan SMP Mahardika Malang karena beliau mengira dengan keberadaan saya di SMP Mahardika akan menggeser posisi Cenul”, kata Mbak Sarinah.

”Oalah mbak masak iya KS Mbak Sarinah berpikir sepicik itu, tidak berusaha cari tahu keadaan yang sebenarnya? Lagipula pekerjaan ini dilakukan di hari libur jadi tidak ada yang dirugikan di sini”, kata Bu Hera.

Perlu diketahui pembaca, Bu Hera dulu adalah guru SMK swasta di tempat Mbak Sarinah bekerja, Mulai tahun ajaran baru ini Bu Hera hanya mengajar satu sekolah saja di SMP Mahardika Malang, karena jam ngajarnya sudah padat.

Bu Hera merenungi apa yang disampaikan Mbak Sarinah, kasihan kalau Mbak Sarinah ditanyai dan dituduh yang macam-macam atas keterlibatannya dalam berbenah perpustakaan di SMP Mahardika, padahal tujuaannya hanya membantu perpustakaan menjadi cantik agar layak dikunjungi. Bu Hera berfikir mengapa bisa menjadi masalah yang melebar? Tanpa diketahui SMP Mahardika, di tempat Mbak Sarinah ternyata orang-orang yang tidak bertanggung jawab tadi menghubungkan keberadaan Bu Hera di sekolah tersebut. Bu Hera dan Mbak Sarinah dianggap bersengkokol untuk menggeser Cenul. Bu Hera memberikan solusi kepada Mbak Sarinah, abaikan saja apa kata orang yang penting hasil akhir perpustakaan SMP Mahardika menjadi bagus dan tidak ada niat menggeser posisi siapapun.

Karena Mbak Sarinah sudah tahu kondisi awal perpustakaan SMP Mahardika yang sangat memprihatinkan, tidak tersentuh ruangan dan administrasinya, yang ada hanya buku peminjaman buku siswa (buku paket) saja. Jadi Mbak Sarinah tetap semangat untuk berbenah perpustakaan, semua omongan yang gak enak didengar diabaikan.

Di sisi lain Bu Hera berfikir kira-kira siapa yang membuat situasi menjadi demikian. Tidak sulit bagi Bu Hera untuk mencari sumber permasalahan ini, ini menurut Bu Hera bersumber dari Cenul  dan mamanya sendiri, Cenul itu merasa khawatir dari perilakunya sendiri yang tidak bisa menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya selama ini jauh sebelum Cenul melakukan cuti melahirkan. Kalau Cenul sudah melaksanakan tugasnya dia tidak akan panik ataupun malu perpustakaan itu dibenahi oleh siapapun. Mama Cenul tidak mau tahu kondisi dilapangan, bagaimana Cenul bekerja, menganggap anaknya rajin dan bertanggung jawab dalam tugasnya. Harusnya sebagai orang yang bijak, mamanya Cenul bertanya  atau menasehati anaknya, kalau kita sudah melaksanakan tugas dan kewajiban kita, tidak perlu berprasangka buruk pada orang yang mau membenahi perpustakaan tempatnya bekerja. Eh, ini sebagai mama malah menyesatkan, membuat Cenul merasa tak bersalah dengan mengabaikan tugasnya. Enam tahun bukan waktu yang pendek, pengalaman 6 tahun harusnya sudah dapat menguasai pekerjaannya dengan baik, ibarat orang kuliah sudah setara dengan S2.

Ini bukannya bekerja sesuai tugasnya malah menyebar opini untuk menutupi kesalahannya seakan-akan Cenul yang menjadi korban.

Perlu pembaca ketahui, awal Cenul masuk perpustakaan SMP Mahardika yang merekomondasikan adalah Bu Hera, waktu itu mamanya Cenul minta tolong Bu Hera untuk mencarikan kerja buat pengalaman saja. Begitu ada info lowongan Bu Hera langsung menghubungi mamanya Cenul.

Orang yang sudah membawa Cenul masuk di SMP Mahardika malah diluar sana difitnah yang macam-macam. Bu Hera hanya berprinsip becik ketitik olo ketoro, meskipun dengar kabar tak sedap tentang dirinya, Bu Hera tidak menghiraukan karena sumbernya tidak jelas. Bu Hera berprinsip itu penyakit hati, biarlah mereka berkata apa, biasa orang akan melakukan suatu kebaikan pasti ada saja aral melintang untuk menghalanginya.

Entah ide dari mana penyebabnya apa, tiba-tiba Bu Munti, Bu Ziah dan Bu Ningsih datang kerumah Cenul tujuannya minta maaf dengan kata lain tambayun. Alasannya mau berbenah perpus tidak izin sama Cenul.  

Coba pembaca simak, Cenul yang tidak mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya malah dimintai maaf karena saat berbenah perpustakaan tidak izin pada Cenul. Apakah benar tindakan ketiga guru itu pembaca yang Budiman? Bukannya dinasehati? Ada keistimewaan apa Si Cenul?

Dengar tindakan ini Bu Hera sangat kecewa dan sangat tersinggung merasa dikhianati, ditusuk dari belakang oleh ketiga guru tersebut. Disaat kondisi di tempat kerja Mbak Sarinah tersebar isu yang tidak enak yaitu Bu Hera dan Mbak Sarinah ingin menggeser posisi Cenul, malah guru bertiga ini datang ke rumah Cenul untuk minta maaf. Memangnya sekolah sudah melakukan apa pada Cenul sampai harus datang untuk minta maaf? Apakah berlebihan sikap Bu Hera kalau merasaa dikhianati?

Keesokan harinya semua berkumpul, Bu Hera, Cenul, Bu Ziah, Bu Ningsih, Bu Munti dan dewan guru lain serta didampingi kepala sekolah untuk menyelesaikan masalah ini.

Dibuka oleh Bu Ningsih, kemudian Bu Hera dimohon untuk menyampaikan rasa kecewanya, Bu Hera menceritakan kronologis dari awal mengapa perpustakaan perlu dibenahi, sumber masalahnya adalah perpustakaan tidak terawat baik secara ruangan maupun administrasinya dalamnya. Harusnya pihak sekolah menasehati tentang tugas dan tanggung jwab Inul sebagai pelaksanaan harian perpustakaan. Tetapi yang dilakukan Bu Ninsih, Bu Ziah dan Bu Munti malah datang ke rumah Cenul untuk minta maaf.

Apa yang terjadi, Bu Hera di gebrak dan dibentak oleh Bu Ziah dan Bu Ningsih, padahal disamping ada Bapak Kepala Sekolah. Sungguh moralnya sudah tidak waras. Mereka tidak menyadari kesalahannya, merasa jadi pahlawan kesiangan berdalih untuk mendamaikan. Mereka tidak menguasai permasalahannya, tapi sok-sokan mau jadi pendamai. Bu Hera menahan diri, mengelus dada baru tahu hari ini kalau disampingnya adalah orang-orang jahat. Tidak peka pada masalah yang sesungguhnya.

Cenul sambil menangis menceritakan sakit hati pada sikap Bu Hera, bahwa Bu Hera telah menjelekkan Cenul pada guru yang lain.

”Datangkan saja siapa orangnya yang memberi informasi kalau saya menjelekkan kamu (CenuL)”, ujar Bu Hera.

Sampai detik ini belum bisa mendatangkan/ membuktikan siapa orangnya? Memang orang itu tidak pernah ada, itu hanya rasa ketakutan Cenul saja untuk menutupi kesalahannya yang tidak bertanggung jawab dalam pekerjaannya.

Sebenarnya Bu Hera tahu ciri-ciri orang bersilat lidah, dia tidak akan bisa membuktikan perkataannya. Semuanya juga terdiam tuduhan yang sudah terbukti fitnah, tanpa direspon, semua membisu karena fitnahnya sudah terbukti dengan dalih tidak memperpanjang masalah.

Bentakan dan gebrakan itu masih melekat dan gak akan pernah terhapus sampai kapanpun, Bu Hera menyadari kalau dikelilingi orang-orang yang jahat. Dan kejadian itu semua terekam pada rekaman yang sudah disiapkan Bu Hera.

Namun cerita itu tidak berakhir sampai di sini, relung luka itu tetap menganga sampai kapanpun di hati Bu Hera.

Mbak Sarinah meneteskan air mata lagi, dia sudah tidak tenang bekerja di tempatnya, hatinya sudah terusik. Ulah ketiga guru yang berdalih mendamaikan tadi membuat Cenul dan mamanya semakin di atas angin. Penyebab masalah malah terbebas, mulutnya sudah menfitnah tak dipermasalahkan.

Kemana Bu Hera harus mencarikan pekerjaan buat Mbak Sarinah?

Bagaimana watak dari tokoh-tokoh di atas?

AIR SUSU DIBALAS DENGAN AIR TUBA

(Bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun