Tentu hal ini sulit, karena hal ini membutuhkan pengorbanan yang besar. Mereka meninggalkan kebersamaan keluarga, Â dan diperhadapkan dengan kesulitan mencari panganan yang sering mereka konsumsi seperti sagu, pinang dan olahan papeda di tanah rantau.Â
Belum lagi mereka harus sehemat mungkin karena keterbatasan dana bantuan dari pemerintah. Beruntung saja ada perhatian dari pemerintah melalui program beasiswa dan penyediaan asrama.
Untuk saudara-saudaraku, pemuda-pemudi OAP di luar Papua, Â Saya mengapresiasi setinggi-tingginya kepada mereka yang berani merantau, keluar dari zona nyaman, Â hidup dalam keterbatasan dana beasiswa, bagaimana meninggalkan keluarga dan kebiasan-kebiasan lainnya yang sulit dilakukan di tanah rantau. Memang, susah hidup di daerah perantauan karena mereka kadang mendapat perlakuan diskriminasi.Â
Sekalipun mereka tak mengusik orang disekitarnya, ada saja orang-prang  sumbu-sumbu pendek merasa terganggu. Tetap semangat kawan-kawanku, karena perjuangan kalian begitu berat dalam menempuh cita-cita membangun Papua keluar dari jurang kemiskinan dan disparitas.
Sebagai kata penutup, sa hormat dengan perjuangan kalian. Terus semangat sekolah biar kalau kalian pulang ke Papua, bisa bangun daerah ini lebih lebih maju lagi sehingga ko pu masyarakat bisa lepas dari jurang ketertinggalan. Salam persahabatan dari kami di Timika
Penulis
Heriyanto Rantelino, Pemuda Timika
Facebook: Heriyanto Rantelino
Instagram : @RyanLino7
No Whatsapp: 0852-4244-1580
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H