Mohon tunggu...
Heriyanto Rantelino
Heriyanto Rantelino Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pemuda Papua Yang Menikmati Petualangan sebagai ASN Sekretariat Daerah Di Belitung Timur

ASN Belitung Timur, Traveler, Scholarship Hunter. Kontak 0852-4244-1580

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sepucuk Surat Sayang dari Perantau Muda Papua bagi Mahasiswa Kritis di Penjuru Nusantara

24 April 2018   19:58 Diperbarui: 15 Oktober 2018   16:15 3670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halo kawan-kawan mahasiswa se-Nusantara utamanya yang berdomisili di luar Papua.  Apa kabarnya kabar kalian? Saya berharap kalian dalam kondisi sehat walafiat. Kalian sibuk apa akhir-akhir ini? Sibuk dengan rutinitas perkuliahan dan organisasi? Pastinya ya! Saya kira begitu soalnya saya sudah melalui masa-masa itu kok kala masih berstatus mahasiswa dulu.

Saya mau cerita sedikit nih mengapa saya bisa "terdampar" di Papua. Ya, semangat idealismeku yang pada akhirnya membuat saya menetapkan diri memilih Papua sebagai bagian dari awal perjalanan saya selepas lulus kuliah. 

Sebelum tamat, saya sempat berikrar saya ingin mengabdikan diri di tempat yang berada di luar Pulau Sulawesi dan jauh dari perusahaan yang didalamnya ada banyak teman kampus. Alasan saya yang terakhir bukan bermaksud untuk menjauhi teman dan alumni kampusku tapi ini sehubungan dengan jiwa saya yang suka tantangan. 

Anak-Anak Muda Papua. Dok:Kumparan.Com
Anak-Anak Muda Papua. Dok:Kumparan.Com
Tantangan itu adalah ingin memulai perjalanan baru mencari perkawanan di Ujung Timur Indonesia. Mirip-mirip perjalanan Ruffy dalam serial film animasi One Piece. Intinya, saya ingin keluar dari zona nyaman. Bodoh amat deh kata orang-orang bahwa saya menyia-nyiakan tawaran yang ada atau dicap tak berpikir realistis. Tak hanya itu, ada yang mengatakan bahwa saya telah menjerumuskan diri akan hal-hal yang tidak pasti yang berujung pada pundi-pundi penghasilan saya nantinya hanya pas-pasan saja.

Sebagai pemuda tipe petualang,  saya ingin memanfaatkan masa muda saya untuk mengeksplore hal-hal baru yang belum pernah saya lakukan. Biar bisa menambah pengalaman sekaligus menempa mental. Soal rejeki biar Tuhan yang atur deh. Biarpun gajinya pas-pasan yang pasti saya senang menjalaninya. Daripada gaji tinggi tapi ujung-ujungnya makan hati yang pada akhirnya jadi penyakit.   

Pengalaman di Papua

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Saat ini, saya sudah hampir dua tahun berada di Bumi Cendrawasih. Berbagai suka dan duka telah saya lalui.  Itulah bagian dari cobaan yang hendak menguji iman dan kadar idealismeku.  Sukanya karena saya mendapat teman-teman baru dan menjadi saksi langsung  perkembangan Papua. 

Dukanya yah itu, jauh dari sahabat dan keluarga saya di Sulawesi, biaya hidup yang lumayan gede ketimbang di Sulawesi dan tak kalah seru bahwa saya harus beradaptasi dari titik nol lagi karena ada beberapa model pergaulan yang cukup berbeda dengan lingkungan saya dahulu di Makassar.

Semenjak menimba pengalaman di Papua, pikiran saya tentang Papua mulai terbuka. Apa yang saya pikirkan selama ini tentang Bumi Cendrawasih ternyata sangat beda dengan apa yang saya rasakan, alami, dengar dan lihat dengan mata kepala sendiri. Saya sempat tertipu dengan narasi-narasi media tentang seramnya Papua. Pada kenyataannya orang-orang Papua humanis kok. Mereka tulus dalam menjalin pertemanan sekalipun orang tersebut seorang pendatang termasuk saya ini.

Proses Adaptasi di Papua yang Cukup Sulit

Dok:Pribadi
Dok:Pribadi
Bagi para perantau yang mencoba peruntungan di Papua, akan menemui sedikit kendala dalam proses adaptasi di Bumi Cendrawasih ini. Pasalnya, kehidupan di Papua agak sedikit berbeda dengan daerah lainnya. Mulai dari lingkup pergaulan, kebiasaan masyarakat, proses komunikasinya dan masih banyak lagi. Proses adaptasinya lumayan berat bagi orang yang baru pertama kali menginjak Papua.

Beberapa teman saya memutuskan kembali ke daerah asalnya karena tidak tahan dengan kehidupan di daerah ini. Hal ini karena kebanyakan dari mereka merasa tidak betah akibat suasana lingkungan pergaulan. Mereka terjebak dengan mindset yang kerdil dimana mereka mengganggap orang Papua itu seram. Ada yang bilang dari tatapannya saja sudah ngeri, belum lagi  kadang mereka jumpai ada yang  suka suara-suara besar (gertakan).

Hal yang saya temukan malah berbanding terbalik. Teman-teman saya ini hanya beramsumsi saja dimana mereka melihat dari tampilan luar saja padahal sesungguhnya nyaman diajak berinteraksi. Saya punya teman yang tergolong suka mabuk atau suka suara-suara besar tapi tak pernah mengganggu sembarang orang kok. Ada kalanya mereka menawarkan minuman sekadar untuk menghargai keberadaan kita saat itu. Yah, kembali pada  dari diri masing-masing mau terima atau tidak. 

Menolak pun tak apa-apa, mereka santai saja kok. Sepanjang saya di Papua, mereka tak pernah berlaku rese atau biacara dengan suara besar kepada saya. Intinya tergantung bagaimana kamu membawa diri dalam lingkungan pergaulan aja.

Curhatan Selama di Papua

Dok:Pribadi
Dok:Pribadi
Sudah lumrah bahwa seorang pemuda/pemudi produk kampus dan digembeng  organisasi kemahasiswaan pasti rada-rada idealismenya masih besar ketimbang reorientasinya pada materi. Ibuku saja sempat geleng-geleng kepala dengan jalan yang saya tempuh. Beliau mengatakan kalau jadi orang jangan terlalu idelisme Nak, nanti kamu susah sendiri. 

Dalam hati sempat terbesit ingin seperti  teman-teman saya yang berkiprah di Pulau Jawa, Sumatera , Kalimantan, dan Sulawesi yang sudah menikmati penghasilan lebih, bisa masuk keluar hotel ternama, hangout di tempat yang berkelas, ikut pelatihan kerja dengan pemateri yang keren-keren, dapat gaji yang lumayan gede yang bisa digunakan modal usaha apalagi modal nikah. Tapi saya memutuskan tetap bertahan disini. Emang sih pas-pasan banget kehidupan saya di Papua, tapi yang menjadi kekuatan saya adalah pengalaman, inspirasi dan pengetahuan baru yang saya dapatkan di kawasan yang saat ini dipimpin oleh Bapak  Lukas Enembe.

Apalagi kalau mendapat jatah kunjungan ke daerah pedalaman, saya menemukan hal-hal baru yang saya tidak temui di daerah perkotaan diantaranya bagaimana semangat masyarakatnya menghadapi keterbatasan air bersih dan masih bergantung pada air hujan, terkendala komunikasi karena jaringan provider yang belum merata, kesulitan menemukan fasilitas transportasi dan masih banyak lagi.

Jika teman-teman adalah tipe yang orientasi materi lalu kamu memilih Papua kayaknya mindset tersebut perlu dikoreksi deh terkecuali jika memilih bekerja dibawah naungan perusahaan tambang Amerika itu.   

Yang saya tangkap selama berada disini bahwa masyarakat Papua itu orangnya ramah-ramah, humanis dan cenderung polos tapi bagi saya itu sesuatu yang baik karena mereka menampilkan sesuatu yang naturan. Senyum orang-orang Papua itu tulus banget jadi tidak tega deh kalau sampai ada yang khianati kepercayaan mereka pada orang-orang yang didapuk bisa mewakili aspirasi mereka. Perlahan tapi pasti saya membangun jalinan pertemanan dengan mereka dan mereka senantiasa mendampingi saya dalam  mengarungi suatu pengalaman yang baru dalam menemukan hal-hal baru dan unik di Papua.

Demonstrasi Tanpa Kajian Mendalam

Dok:TopikTrend.Com
Dok:TopikTrend.Com
Kawan-kawan mahasiswa yang saya cintai, saya memperhatikan di media, kalian melakukan cukup banyak aksi solidaritas dengan membawa nama Papua. Saya tahu maksudnya itu baik. Kalian ingin agar Papua mendapat perhatian lebih dari pemerintah, ingin Papua sejahtera seperti daerah-daerah lainnya. Namun sayangnya, kadang aksi yang kalian lakukan agak berlebihan.  

Bicara namun tak sesuai dengan keadaan yang benar-benar terjadi di Papua. Alangkah bijaknya jika sebelum mengkritis sesuatu, coba gali informasi dari media atau orang yang terpercaya. Jangan ngotot-ngototan katakan ini katakan itu ternyata sumber datanya dari media yang tidak kredibel. Sekedar referensi, teman-teman bisa menjadikan rujukan Tabloidjubi.com atau Tirto, Salampapua, harianpapua  atau kalau mau lebih dekat lagi yang dirasakan warganya, bisa membaca laporan jurnalisme warga yang ada di  media jurnalisme warga seperti Indonesiana atau Kompasiana.

Saya merasakan apa yang ada dalam benak kalian kok, toh saya juga  pernah rasakan yang namanya menjadi mahasiswa yang suka mengkritisi keputusan organisasi, kampus hingga pemerintah. Gini-gini, saya juga pernah duduk jadi  pengurus BEM di Organisasi Kemahasiswa loh sebagai pemegang pucuk  bidang Kewirausahaan. Walaupun bergerak di bidang finansial, pola pikir saya tak melulu tentang pengelolaan dana tapi juga hal-hal yang berkaitan dengan bidang lain. 

Hal ini karena seringnya saya ngumpul ama teman-teman yang punya pola pikir sealiran dengan Sok Hok Gie, Che Guevara dan Soekarno. Saya sedikit cerita dikit tentang hal ini karena khawatir kalian nanti berpikir bahwa  saya hanyalah mahasiswa yang kerjanya mantengin buku terus dan menutup mata terhadap keeksistensian mahasiswa dan organisasi kampus.

Adapun manfaat yang saya dapatkan adalah  membentuk pikiran kritis dan idealisme kayak kalian-kalian. Dulunya kalau pikir campur tangan asing pasti langsung pikirannya negatif. Asal tahu saja ya, saking anti asing, saya baru menginjakkan kaki di salah satu restoran nirbala milik Amerika kala sudah 3 tahun berada di Makassar. 

Saya juga dulu berpandangan bahwa apa yang dilakukan pemerintah semata-mata untuk kepentingan golongan dan partainya saja. Namun seiring waktu, paradigma saya berubah. Melihat permasalahan bukan dari satu sisi saja tapi dari sisi lain juga itu perlu sehingga kita bisa bijak menyikapinya.

Menatap Aksi Solidaritas Mahasiswa terhadap Presiden Jokowi

Jokowi dan Anak-Anak Asmat. Dok:Lamanberita.co
Jokowi dan Anak-Anak Asmat. Dok:Lamanberita.co
Saya seringkali juga melihat di media, teman-teman mahasiswa mengkritisi  habis-habisan kebijakan presiden yang memerintah saat ini seolah-olah semua keputusannya menangani Papua tidak becus. Ada yang bilang Pakde Jokowi cenderung memandang remeh Papua lah atau bilangnya beliau kurang tanggap dalam menyelesaikan permasalahan Papua. Indikatornya bilang gini dari mana ya? Saya menduga ada pengaruh dari narasi media hoaks yang suka mojokkan Pakde Jokowi.

Gini aja deh, jika ingin tahu seberapa besar dedikasi beliau untuk Papua, minimal, kalian bisa cari referensi data mengenai siapa Presiden Indonesia yang paling banyak membawa kemajuan bagi Papua. Coba bandingkan satu persatu deh, pasti kalian akan tercengang setelah mendapat hasilnya.  Oh, masih kurang? Coba deh datang ke Papua dan tanya warganya  mengenai kepemimpinan presiden siapa yang membawa  perkembangan besar bagi  Papua.  Atau masih kurang lagi? Coba  buka referensi data Papua dalam angka yang dilansir  Badan Pusat Statistik (BPS) Papua lalu bandingkan kemajuan dari tahun ke tahun.  

Sekadar informasi  tambahan lagi ya, dari sekian Presiden yang telah memimpin, Pakde Jokowi adalah presiden yang paling banyak bertandang ke Papua loh. Tercatat sudah lima kali sejak beliau memerintah. Sudah menjadi rahasia umum jika beliau itu dalam jiwanya sudah mendarah daging untuk melakukan blusukan yang tujuannya untuk memantau langsung perkembangan pembangunan di Papua. Beliau tak percaya laporan-laporan yang masuk ke mejanya tapi ingin langsung mengkrosceknya. Ini dilakukannya demi menjalankan kepercayaan masyarakat Papua  yang sudah memilihnya.

Kritisi Freeport Tanpa Ampun

Dok:Sindonews.Com
Dok:Sindonews.Com
Selain Pak Jokowi, masalah  yang tak kalah menjadi topik pergunjingan mahasiswa di luar Papua sana adalah keberadaan Freeport di tanah Papua. Saya menangkap pandangan sebagian mereka bahwa Freeport itu ibarat monster yang menyeramkan dan  telah mengacaubalaukan Papua. Apa karena pikirnya ini adalah perusahaan asing  yang begitu rakus mengambil keuntungan sebesar-besarnya tanpa perhatikan kesejahteraan masyarakat Papua.

Saya tak bermaksud bela perusahaan tambang emas terbesar ini, apalagi mau berharap imbalan. Saya hanya ingin mengajak para mahasiswa untuk menganalisis dengan bijak. Namanya korporate, pasti keberadaannya pro dan kontra dan ada plus minusnya. Tapi kalau kalian bilang PTFI itu sangat jahat, itu tidak sepenuhnya benar. Tak dipungkiri hasil limbahnya memang merusak lingkungan, tapi mereka mempertanggungjawabkan kok dalam bentuk CSR dengan menggelontorkan dana cukup besar.   

Tak hanya itu, mereka membiayai fasilitas kesehatan secara gratis bagi masyarakat  Papua, gelontoran dana beasiswa bagi pelajar, memberi bantuan pembiayaan modal usaha, bermitra dengan pemerintah daerah melakukan  pembangunan instrastruktur dan pemukiman di berbagai wilayah seperti yang terlihat di daerah Otakwa. Belum lagi  mereka menerapkan standar keselamatan berstandar internasional yang sangat ketat bagi karyawannya.  Kalau soal divestasi saham itu, saya belum berani bicara hal itu karena masih simpang siur bagaimana bentuk implementasinya ke depan . 

Kalau soal pembagian saham yang adil bagi Indonesia,  saya sepakat dengan aksi mahasiswa untuk menuntut kejelasannya sehingga jelas bagaimana komitmen pemerintah pusat, pemerintah daerah dan perusahaan asing milik Amerika tersebut dalam memajukan Papua.

Mengurai Masalah Papua Secara Bijak

Dok:Indoaviaton.co.id
Dok:Indoaviaton.co.id
Salah satu permasalahan yang cukup banyak saya temui di Papua adalah konflik tanah. Bagi sebagian suku di Papua. Tanah ibarat Ibu karena dianggap memberikan makan kepada manusia. Mereka memiliki hubungan emosional yang dalam. Baginya, tanah tak bisa dijual, tanah hanya bisa diwariskan. Bisa dimanfaatkan oleh orang lain tapi harus seizin dengan pemiliknya. Jika sudah selesai, maka mesti dikembalikan kepada pemiliknya.

Ibarat dalam film animasi Dragon Ball, kita mesti mengumpulkan ketujuh bola Dragon Ball untuk menyelesaikan satu permasalahan. Begitu juga dalam menyelesaikan suatu permasalahan Papua, setidaknya ada tujuh elemen sosok yang diperlukan untuk mengurai jalan keluar. Ada perwakilan dari pemerintah setempat, tokoh adat, tokoh masyarakat (perwakilan pemuda dan wanita), kepala kampung, kepala suku, aparat keamanan, dan tokoh agama. Sinergi ketujuh elemen inilah yang mampu mengurai permasalahan yang melanda negeri di Bumi Cendrawasih ini.

Menyelesaikan permasalahan Papua bukan hanya dengan menggelontorkan dana sebanyak-banyaknya untuk pembangunan. Tak kalah penting adalah sumbangsih ilmu pengetahuan dan pengalaman yang bisa dibagikan kepada generasi mudanya. Dengan begitu,  pola pikir mereka selangkah demi selangkah maju dan kelak bisa menjadi putra daerah yang membebaskan daerahnya dari jurang ketertinggalan dan keterpurukan. 

Semua gudang masalah ini hanya bisa diselesaikan dengan kepala dingin, musyawarah dengan banyak pihak, melibatkan tatanan hukum, kearifan lokal, pertimbangan budaya dan lain sebagainya.

Penutup

Dok:Merdeka.Com
Dok:Merdeka.Com
Permasalahan Papua itu kompleks dan sensitif, Kawan. Hanya orang-orang tangguh, tulus, dan berintegritas yang diperlukan hadir di tengah-tengah masyarakat Papua. Pola pikir kritis tak cukup untuk membawa mengurai masalah di Bumi Cendrawasih ini. Meski niatnya baik, belum tentu disambut baik oleh orang Papua. Hal ini karena biasanya terbentur pada kearifan lokal mereka.  

Misalnya gini, sekalipun diberikan rumah yang bagus berupa perumahan tapi mereka tak bisa berkumpul dengan keluarga, tak bisa bercocok tanam atau melaut, yah mereka gak bakalan betah.

Hal ini karena jiwa mereka sebagai petani atau nelayan sudah mendarah daging dalam hidupnya. Belum lagi ada tanah ulayat yang merupakan warisan adat yang mesti mereka jaga karena merupakan titipan dari nenek moyang mereka. Bagi mereka, hidup itu simpel aja. Asal mereka hidup sehat,  bisa berinteraksi dengan keluarga dan kerabatnya, itu sudah cukup.

Saya menunggu kedatangan teman-teman mahasiswa di Papua untuk menguji sebatas mana rasa idealisme, melihat dengan dekat segudang masalah yang membelit negeri ini, bagaimana semangat masyarakatnya bangkit dari keterpurukan. Mari ke Papua dan rasakan sensasinya. Ada banyak pengalaman-pengalaman baru dan cerita-cerita seru yang menunggu kalian di sini.

Penulis:

Heriyanto Rantelino, Anak Muda  Timika, Papua.
Facebook: Heriyanto Rantelino
Kontak HP/  Whatsapp: 085242441580

2018-04-20-10-25-19-5adf24df16835f79c5102582.jpg
2018-04-20-10-25-19-5adf24df16835f79c5102582.jpg
.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun