Bagi sebagian orang berwisata sejarah adalah kegiatan yang membosankan. Namun bagi peserta Blog dan Travel Makassar, cap membosankan yang terlanjur melekat tidak serta merta membuatnya diabaikan karena sesungguhnya dari tempat inilah kita dapat mengetahui asal usul serta kejadian penting yang menjadi bagian dari sejarah suatu daerah termasuk meneladani  perjuangan pejuang terdahulu dan peninggalannya. Masih ingatkan dengan jargon bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya.
Kali ini panitia Travel dan Blog merancang kegiatan mengunjungi dua destinasi wisata sejarah di Makassar yaitu Benteng Somba Opu dan Benteng Rotterdam.
Mengulik Benteng Somba Opu
[caption caption="Penampakan Benteng Somba Opu"][/caption]
[caption caption="Peta Kawasan Benteng Somba Opu"][/caption]
Cuaca yang tak bersahabat tak menyurutkan semangat para peserta mengulik destinasi wisata ini. Para peserta yang kece-kece  ini memulai penjelajahan ke Kabupaten Gowa dimana  Benteng Somba Opu berada. Dari Makassar, jaraknya kurang lebih enam kilometer lah. Saat mendekat ke jembatan menuju Benteng, kami bertemu dengan sekumpulan anak muda yang katanya dipercayakan menagih karcis masuk dimana biayanya yaitu Rp 10.000/ mobil.
Tiba di Benteng Somba Opu, Daeng Ipul yang merupakan blogger kondang Makassar didaulat untuk memandu peserta menjelaskan destinasi wisata ini. Menurut Daeng Ipul, benteng ini menjadi media pertahanan wilayah kesultanan Gowa dari serangan Hindia Belanda (VOC dan Portugis). Tempat ini ramai pada masanya karena menjadi pusat perdagangan rempah-rempah dari Asia Eropa. Di Benteng ini, saya juga bisa melihat peninggalan kebudayaan dari 3 suku besar di Sulawesi Selatan yaitu suku Bugis, Makassar, dan suku Toraja.
[caption caption="Peserta Memasuki Benteng Pattinaloang"]
Dari sekian banyak objek wisata di  Benteng Somba Opu, kami memilih Benteng Pattingaloang. Oh ya sekedar info, Pattingaloang adalah lelaki berkharisma putra Raja Tallo VI. Beliau juga adalah salah satu cendekiawan besar di Sulawesi Selatan kala. Pintarnya juga gak ketulungan. Bayangkan Beliau bisa menguasai tujuh bahasa asing dan lima bahasa lokal. Saya saja kalah hanya bisa kuasai dua bahasa itupun tak fasih.
Kembali mengulas masalah museum, bangunan ini terdiri dari dua lantai. Di lantai pertama kita bisa menemukan pecahan uang kuno dan beberapa perkakas seperti tembikar dan gerabah. Di lantai kedua, kita bisa menemukan foto para pemimpin di kerajaan Gowa yang salah satunya adalah Sultan Hasanuddin. Dari tempat ini saya juga baru tahu nama lengkap dari Beliau yaitu I Mallombassi Daeng Mattawang Muhammad Baqir Karaeng Bonto Mangape Sultan Hasanuddin.
[caption caption="Nama-Nama Bulan dalam bahasa Makassar di Benteng Somba Opu"]
[/caption]
Â
Kunjungan Benteng Fort Rotterdam
[caption caption="Maket Benteng Rotterdam (dok:Pribadi)"]
[caption caption="Penampakan Benteng Rotterdam"]
Tempat wisata kedua yang kami kunjungi adalah Benteng Fort Rotterdam atau orang Makassar biasa menyebutnya benteng Payyua yang merupakan benteng pertahanan rakyat Makassar terhadap penjajahan Belanda. Saat kami tiba di sana, kami bertemu dengan seorang pemandu wisata yang bercerita banyak tentang sejarah dibalik Benteng Rotterdam ini. Menurut Beliau, nasib baik tak berpihak pada pemerintaH Makassar kala itu sehingga benteng ini jatuh di tangan Belanda dan alhasil membuat  benteng ini berubah fungsi menjadi tempat penyimpanan rempah-rempah di Indonesia bagian Timur.Namanya pun berubah dari Benteng Ujung Pandang menjadi Benteng Fort Rotterdam. Nama ini pemberian Cornelis Spellman untuk mengenang daerah kelahirannya di Belanda
[caption caption="Bincang-Bincang Dengan Pemandu Wisata"]
Bentuk benteng ini berbentuk penyu. Usut punya usut, ternyata tak asal-asalan loh dibuat seperti ini. Filosofinya bahwa penyu itu bisa hidup di darat dan lautan sehingga diharapkan pemerintahan bisa berjaya di lautan maupun daratan.
Di tempat ini, kita bisa menjumpai peninggalan sejarah di dua museum yaitu I Lagaligo Sejarah dan I Lagaligo Budaya. Ada juga beberapa peristiwa terjadi di tempat ini salah satunya yaitu sebagai ruang tahanan Pangeran Diponegoro.
Betapa serunya petualangan menjelajah dua wisata sejarah di Kota Makassar. Kami bisa mendapat informasi tentang perjuangan para pemimpin masa lalu, peninggalan sejarah dan budaya dan juga riwayat singkat alasan berdirinya destinasi wisata ini.
Jadi tak ada salahnya belajar dan berkunjung di kedua destinasi wisata ini karena mempermudah dan memperkaya pemahaman kita tentang sejarah daripada mempelajarinya langsung dari buku-buku sejarah.
Â
Penulis: Heriyanto Rantelino
Facebook: Heriyanto Rantelino
No Hp : 085242441580
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H