[caption id="attachment_381958" align="aligncenter" width="600" caption="Demo Masak Dari Mas Arie (dok:pribadi)"]
Dari kegiatan ini, para Kompasianer juga mendapatkan goodie bag berupa tas dari Danamon  dan kopi khas Bantaeng.
Rehat sejenak bersama Para Kompasianer Sulawesi
Oh ya, di Bantaeng, kami bertemu dengan 3 orang Kompasianer ada Pak Nugi, Pak Andi Hariyanto dan Pak Ambae. Ketiga orang Kompasianer ini bercerita tentang pengalamannya menulis di Kompasiana. Kami juga diajak menuju ke kawasan Pantai Seruni, salah satu destinasi wisata di kota ini. Tiba di lokasi, kami menuju salah satu warung dan memesan minuman dan makanan ringan. Para Kompasianer banyak bercerita tentang kiprah Pak Nurdin Abdullah, mulai dari prestasinya membangun kota Bantaeng serta kepribadiannya yang sangat merakyat.
Ketiga Kompasianer ini mengusulkan bahwa alangkah baiknya jika kita bertemu dengan Pak Bupati. Wah, sebenarnya hal ini diluar perencanaan yang yang hanya ingin mengunjungi festival rakyat dan peresmian Pasar Lambocca. Sempat timbul keraguan, apakah Pak Nurdin yang super sibuk bisa menyempatkan waktu bercengkrama dengan para Kompasianer. Para Kompasianer Bantaeng yang juga bekerja sebagai bagian dari pemkab Bantaeng menyakinkan bahwa beliau bisa ditemui.
Pertemuan Eksklusif Kompasianer dengan Bupati Bantaeng
Kami pun segera menuju kantor pemerintahan Kabupaten Bantaeng. Tiba di sana, kami menunggu sejenak sambil memperhatikan miniatur tata kota Bantaeng dan miniatur Pasar Lambocca. Yang juga menarik perhatianku, adanya pesan tertulis yang terpampang di stand banner yang terletak dekat pintu masuk. Agaknya tujuannya untuk mengingatkan aparatur pemerintahan untuk disiplin dalam bekerja.  Pada stand banner tersebut tertulis 10 budaya malu aparatur diantaranya:
1.Terlambat masuk kantor
2.Tidak ikut apel
3.Sering tidak masuk kerja tanpa alasan
4.Bekerja tanpa program
5.Bekerja tanpa program
6.Pulang sebelum waktu
7.Sering meninggalkan meja kerja tanpa alasan penting
8.Bekerja tanpa pertanggungjawaban
9.Pekerjaan terbengkalai
10.Berpakaian seragam tidak rapi dan tanpa atribut lengkap
[caption id="attachment_381964" align="aligncenter" width="600" caption="Miniatur/Maket Pasar Lambocca di Kantor Bupati (dok:Pribadi)"]
Hanya menunggu waktu kurang dari 30 menit, kami mendapat izin langsung menuju ke tempat kerja Beliau. Kamipun dalam ruangan kerja Pak Nurdin. Tampak ruangannya beda dengan ruangan kerja bupati yang pernah saya masuki. Meja dan kursi ditata layaknya meja konferensi sehingga ketika tak menimbulkan ketegangan. Sekitar 30 menit, kami mendapat banyak pencerahan terutama menyangkut kepemimpinan dan dunia sosial. Dari banyaknya nasehat  yang diutarakannya, saya suka dengan pernyataannya bahwa dalam menyusun suatu kegiatan dalam pemerintahan, kita seharusnya berorientasi program bukan orientasi proyek sehingga kegiatan tersebut bisa terlaksana dengan baik,transparan dan sistematis.
[caption id="attachment_381935" align="aligncenter" width="600" caption="Pertemuan Ekslusif Kompasianer dengan Pak Bupati Bantaeng (dok:pribadi)"]
Tak salah memang saya mengangumi Beliau sejak dulu baik dari sisi kepemimpinannya, jiwa sosialnya, keramahan, rendah hatinya dan inovasinya. Saya berharap, semoga Beliau mendapat restu dari warga Sulsel menjadi 01 di pilkada mendatang.
Akhir kata, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Pihak Kompasiana dan Yayasan Danamon Peduli yang memfasilitasi para Kompasianer Sulawesi ikut merasakan euforia festifal pasar rakyat yang dirangkaikan dengan peresmian pasar Lambocca. Semoga kedepannya ada kegiatan nangkring berikutnya di Pulau Sulawesi dan bagi Yayasan Danamon Peduli, semoga  tak lelah bisa merevitalisasi pasar-pasar tradisional lainnya di Indonesia.
Salam Kompasianer Mahasiswa Unhas Makassar, Heriyanto Rantelino
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H