Judul ini bukan click bait, bukan cerita mistis, bukan juga karangan fiksi-saintifik (Sci-Fi). Ini serius, betul! Tanaman bisa bicara, bahkan mereka bisa menjerit minta tolong. Tidak hanya kepada sesamanya, tetapi bahkan lintas kerajaan (kingdom). Namun, jika anda masih sulit mempercayai kenyataan ini, itu bisa dimaklumi. Ini benar-benar ilmiah, murni sains! Ya, tentu saja bukan berbicara sebagaimana yang manusia lakukan, atau bunyi-bunyian (kicauan, auman, derik, dll.) yang dikeluarkan oleh hewan. Bukan juga bahasa tubuh, atau isyarat bisindo yang dilakukan oleh sesama manusia, dan juga bukan gerakan isyarat yang dilakukan oleh hewan tertentu. Oleh karena komunikasi ini terjadi lintas kerajaan (trans-kingdom), yaitu antara Kerajaan Plantae (tumbuhan) dan Kerajaan Animalia (binatang), maka bahasa yang digunakannya juga harus bahasa universal.
Lalu, apakah bahasa yang universal itu?
Banyak peneliti berusaha memahami bahasa komunikasi dua organisme ini. Bahkan, saat ini meluas hingga hubungan antar keduanya dengan mikro-organisme lain. Tulisan tentang cara komunikasi ini bisa telusuri di internet dengan kata kunci "plants can talk", "plants can speak", "plants can listen", atau semacamnya. Shaunacy Ferro (2015), seorang popular science writer, mengungkapkan, aroma wangi dari bunga potong yang kita hirup itu merupakan contoh sederhana dari "sinyal permintaan tolong".
Luka potong yang kita perbuat itu menyakiti tubuhnya, dengan senyawa "wangi" itu, caranya meminta bantuan. Apabila "teriakan" itu mengesankan respon minta tolong yang pasif, "pasrah", atau kurang powerfull, komunikasi dua makhluk beda kerajaan ini contoh lebih ekstrimnya. Tanaman kantung semar (Nepenthes hemsleyan) ternyata dapat "membajak" sistem ekolokasi (pengenalan lokasi) kawanan kelelawar agar membuang kotorannya (guano) di sekitar tempat tumbuhnya. Dengan begitu, kotoran itu akan menjadi nutrisi untuk pertumbuhannya. Mirip pembajakan pesawat tak berawak dalam perang modern ya. Tentara negara tertentu, memalsukan sinyal perintah kepada drone lawan untuk kemudian mendaratkannya di wilayah kedaulatan negaranya. Setelah itu, teknologinya dipelajari, ditiru dan diperbanyak untuk kepentingan militernya.Â
Di tempat lain, Hanano (2022), seorang Direktur Riset Departemen Biologi Molekuler dan Bioteknologi di Komisi Energi Atom Syria, Damascus, bersama dua rekannya menuliskan bahwa, tumbuhan berkomunikasi dengan dua cara, yaitu menggunakan senyawa kimia dan suara (sound). Senyawa kimia ini dikenal dengan istilah Volatile Organic Compounds (VOCs), atau metabolit sekunder. Dua conoth di atas, merupakan contoh komunikasi dengan menggunakan senyawa kimia. Pelepasan senyawa kimia ke udara, baik tanpa rangsangan atau dipengaruhi oleh sebab lain, memiliki arti yang berbeda-beda. Kondisi atau suasana lingkungan tanaman juga dapat mempengaruhi jenis senyawa yang dilepas ini. Hewan, termasuk serangga juga dapat memproduksi dan sekaligus menterjemahkan senyawa ini.
Masih menurut Hanano, sama halnya yang diungkap oleh Ferro, tanaman yang terluka karena serangan hewan herbivora (pemakan tumbuhan), akan memproduksi dan melepaskan senyawa kimia. Salah satu senyawa itu adalah methyl jasmonate (MeJA). Senyawa ini dilepas sebagai sinyal untuk bagian tanaman lainnya dan juga bagi tanaman sejenis yang menjadi tetangganya, untuk membuat pertahanan diri. Contoh senyawa lain yang bekerja mirip dengan MeJA adalah metil salisilat. Mengingatkan anda dengan rasa nyeri, keseleo, dan pegal-pegal bukan. Betul, ini senyawa yang sama yang sering kita gunakan untuk meredakan nyeri atau pegal-pegal. Anda bisa cek judul artikel "Manfaat Obat Metil Salisilat" di halaman halodoc.com.
Sistem kerja pertahanan diri ini seperti alarm peringatan bagi individu lain. Ini sama halnya dengan sistem peringatan bahaya yang dikeluarkan oleh hewan-hewan besar lainnya yang sedang dalam bahaya. Serangga juga memiliki sistem ini. Yongjun Du dari Zhejiang University bersama 5 orang peneliti lainnya pada tahun 1998 berhasil mengidentifikasi senyawa kimia yang dilepaskan oleh tanaman yang sedang diinvasi kutu daun (Aphids).
Hasil penelitian Wonorahardjo (2015), seorang peneliti dari Fakultas MIPA, Universitas Negeri Malang (UNM) dan 4 peneliti dari Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas), Malang, juga menunjukkan hal yang sama. Tanaman padi yang mendapat serangan hama wereng batang coklat (yang meletakkan telur), mengeluarkan senyawa penarik serangga musuh alami sebagai sekutu baiknya. Senyawa ini kemudian dianggap sebagai sinyal "permintaan tolong" tanaman agar sekutu baiknya itu menyerang invader dan menyelamatkan kehidupan tanaman.
Mekanisme sinyal kimia ini persis seperti broadcast message kebencanaan dari BMKG melalui Aplikasi WhatsApp, Twitter atau media sosial lainnya. Kerjasama ini juga mirip dengan cara kerja pakta pertahanan militer yang mengatakan, jika salah satu negara mendapatkan agresi militer negara lain, maka negara-negara anggota akan membantu secara kolektif.
Kerjasama yang dibangun sesama tanaman lintas spesies juga mampu mengacaukan kemampuan serangga hama. Orientasi pencarian inang (host finding) menjadi kabur sehingga tanaman utama terhindar dari serangan. Sistem kimiawi ini seperti halnya pengacau sinyal seluler atau pengacau sinyal radar. Persekutuan antar tanaman beda spesies ini saling menjaga satu sama lain dengan membuat barier atau teknologi selimut pertahanan udara. Penelitian semacam ini sudah banyak dilakukan. Di Indonesia, salah satunya dilakukan oleh Asmoro (2022) di Institut Pertanian Bogor (IPB). Menurut identifikasinya, ditemukan fakta bahwa tanaman budi daya yang ditumpangsarikan dengan beberapa tanaman refugia, menghasilkan jenis senyawa kimia lebih banyak dibandingkan dengan yang ditanam secara tunggal (monokultur). Semakin beragamnya senyawa kimia yang dilepaskan oleh sekumpulan tanaman dalam satu areal yang sama, diduga dapat melemahkan daya cari serangga hama.
Tanaman, serangga, dan organisme kecil lainnya bisa memproduksi dan melepaskan berbagai senyawa kimia dengan berbagai tujuan. Tidak hanya untuk pertahanan diri, tetapi juga perkawinan, refleksi kondisi lingkungan dan lain sebagainya. Jika senyawa kimia yang dikeluarkan oleh tanaman sering dikenal dengan sebutan Volatile Organic Compounds (VOCs), senyawa kimia yang dikeluarkan oleh serangga disebut dengan feromon. Dalam kondisi kedewasaan yang cukup matang untuk perkawinan, betina melepaskan senyawa ke alam bebas. Dengan demikian, jantan yang pantas akan menemukan pasangannya. Selain untuk tanda perkawinan, serangga juga memiliki teknologi "GPS". Entomolog menyebutnya dengan istilah, feromon penanda jejak atau trail pheromones. Serangga juga mampu mengumpulkan massa dengan tujuan bergotong royong, terutama pada saat ingin mengangkat beban pakan yang overweight. Feromon ini dikenal dengan sebutan recruitment pheromones. Jika di dalam kehidupan manusia dikenal dengan istilah kelas sosial dan jabatan, serangga eusosisal juga memiliki stratanya sendiri. Feromon pengenalan kasta, terutama antara ratu dengan prajurit dan pekerja dalam koloni, disebut royal pheromones.
Sistem komunikasi kedua, menurut Hanano dkk. (2022) adalah melalui suara (sound). Hewan dan manusia berkomunikasi dengan suara, banyak dari kita sudah mengetahuinya. Gelombang suara ini tidak dapat diketahui oleh manusia, tetapi dapat di"dengar" oleh hewan dan tanaman lainnya. Sebuah studi di China menunjukkan bahwa, akar tanaman jagung yang ditanam pada air (untuk memudahkan pergerakan), cenderung menuju ke arah sumber suara (220 Hz). Suara juga diyakini oleh banyak peneliti dapat menjadi stimulus bagi perkecambahan biji, pertumbuhan, perkembangan hingga produktifitas tanaman. Seperti halnya manusia, tidak semua tanaman memberi pengaruh baik pada tanaman lainnya. Ini berarti juga bahwa, suara menganggu dari tetangga yang tidak baik, dapat berpengaruh buruk bagi perkembangan tanaman lainnya.
Meskipun menurut Hanano terdapat dua cara tanaman berkomunikasi, senyawa kimia menjadi yang paling banyak diteliti, terutama oleh para Entomolog. Senyawa kimia lebih mudah dipelajari dan paling memungkinkan dimanfaatkan dalam pengelolaan hama dan penyakit tanaman pada usaha budi daya.
Tidak hanya sebatas pada bidang pertanian, tapi sadar atau tidak, sudah lama kita menikmati hasil studi ini dalam kehidupan sehari-hari. Produk-produk komersial seperti lotion penolak nyamuk dengan berbagai aroma, atau kapur barus (naftalen) untuk menolak ngengat yang kita taruh di berbagai tempat, menjadi contoh yang sangat populer bagi kita.Â
Pengetahuan ini sebenarnya sudah sejak lama dikemukakan. Para peneliti meyakini, fenomena percakapan atau komunikasi antar makhluk sudah diwacanakan oleh Charles Darwin sekitar 150 tahun lalu.
Jauh sebelum itu, kemampuan komunikasi antar makhluk ini telah tertuang di dalam Kitab Suci Al Qur'an sejak sekitar 1400 tahun lalu. Setidaknya ada 33 surat dan 42 ayat yang secara implisit menyiratkan adanya bahasa komunikasi setiap makhluk antar spesies (intra-spesies), lintas spesies (inter-spesies), bahkan lintas kingdom (trans-kingdom).
Adapaun bunyi ayat yang paling sering diulang adalah "..yang di langit dan yang di bumi bertasbih kepada Allah SWT..". Subjek yang secara spesifik diperintahkan dan menjalankan kegiatan "bertasbih" itu ada banyak, antara lain; malaikat, nabi-nabi, gunung-gunung, burung-burung, dan umat manusia secara umum.
Menurut studi tafsir yang dilakukan oleh para mufasir Al Qur'an, kata "tasbih" di dalam Al Qur'an dapat bermakna hakiki dan majas. Sedangkan perwujudan tasbih dapat berupa perkataan, perbuatan dan niat dengan bahasanya masing-masing.
Dengan demikian, jika tanaman dan serangga mampu ber"tasbih", ini dapat diartikan sebagai kemampuannya berbicara (memiliki bahasa komunikasi), baik berupa getaran (suara), gerakan/detak dan/atau senyawa kimia.
Sebagai penutup, mulai sekarang, mari perhatikan suara kita, jangan sampai suara kita mengganggu tetangga sesama manusia, tanaman dan serangga atau hewan lain di sekitar kita. Mari kita ingat, tanaman yang kita injak, kita tebas, dan kita cabut, juga bisa berteriak, menjerit kesakitan.
-Semoga bermanfaat-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H