Sekali waktu cahaya lampu jalan merasuk ke dalam mobil. Sekilas menerpa wajah perempuan itu. Sekelebat aku sempat melihatnya dari kaca spion. Rambutnya sebahu dan model wajahya eksotis tapi bersih seperti wajah-wajah umum orang Indonesia. Wajah yang sering kulihat pula di masa lalu. Ia sempat pula memperhatikan aku, entahlah apa yang dipikirkannya. Tapi buru-buru ia mengalihkan pandangan ke luar jendela.
Di layar smartphone, informasi menunjukkan bahwa 3 menit lagi perjalanan akan sampai di tempat tujuan. Waktu sudah menginjak pukul 23.30 WIB. Â Sudah saatnya perempuan itu istirahat dan melepas seluruh kekalutannya di rumah sendiri, tanpa harus mempermainkan perasaan orang lain. Dan aku juga akan segera pulang ke rumah, melepas lelah dan seribu tanya yang ingin aku lupakan tentang perempuan itu.
"Pak... " Lagi-lagi ia menyapaku, dengan tekanan kata yang sengaja ia tahan. Seolah menunggu responku sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Tolong putar balik saja. Saya tak ingin cepat pulang." Â Aku dibuat tercengang mendengar kalimat susulannya. Apa? Sudah hampir jam 12 malam.
"Kenapa, Bu? Ibu mau ke mana? "
"Saya mohon, Pak. Â Antar saya menghabiskan waktu malam ini, mengelilingi kota Depok."
"Tapi... "
"Tolong, Pak. Jangan khawatir, nanti dihitung saja biayanya."
"Bu, mohon maaf. Ini bukan soal biaya. Tapi malam sudah larut. Tidak baik menghabiskan malam di luar sana. Kurasa Ibu lebih baik beristirahat di rumah, karena bagaimana pun tubuh kita perlu istirahat. "
"Jangan ajari saya soal itu, Pak. Maaf. Justru di rumah pikiran saya tak bisa istirahat."
"Maafkan saya. Saya tak bisa mengantar Ibu. Saya harus pulang, karena besuk pagi masih ada pekerjaan."