Kucing itu terlihat kurus, seperti tidak pernah dimandikan dan jarang diberi makan. Di kulit belangnya ada beberapa luka bernanah dan kemerahan bekas darah beku. Kucing yang tak terurus semenjak tuannya almarhum Joni meninggal enam bulan yang lalu. Kini anak Pak Joni yang bernama Johan yang mengurus kucing kurap itu.
Namun tidak seperti bapaknya yang perhatian dan sayang dengan kucing peliharaan, Johan memperlakukan kucing itu dengan buruk. Jarang diberinya makan, kecuali dengan sisa-sisa tulang dari makanan keluarganya. Apalagi memandikannya tidak pernah sekalipun semenjak ditinggal almarhum Joni. Johan tak pernah merasa sayang dan bangga memiliki peliharaan kucing peninggalan bapaknya. Justru sering merasa malu memilikinya. Kalau bukan peninggalan bapaknya sudah ia buang jauh-jauh, begitu pikirnya setiap kali. Ia ingin memelihara piaraan yang bisa menaikkan status dan memberi kebanggaan pribadinya. Diputuskannya ia membeli anjing impor, seekor anjing bulldog berharga sepuluh juta rupiah.
Kucing peninggalan bapaknya itu dulunya sangat cantik. Kucing itu memiliki ciri khas ekornya keriting dan membentuk seperti simpul tali, sehingga nampak unik dan cantik. Sayang, kucing cantik itu disia-siakan begitu saja. Semenjak tak terawat, penampilannya berubah menjijikkan. Johan lebih membanggakan anjing Bulldognya yang setiap bulannya menghabiskan ratusan ribu rupiah hanya untuk membeli makanannya saja. Sementara kucing piaraannya hanya diberi makan sisa-sisa tulang dari sisa makanan Johan dan keluarganya.
Hingga suatu saat, kucing itu hilang. Johan juga tidak berusaha mencari. Pernah tetangganya menanyakan, tapi Johan cuek saja.
"Peduli amat dengan kucing itu, sudah gak jamannya miara kucing kampung. Anjing Bulldog lebih membanggakan. Biarkan saja kucing jelek itu pergi, malu-maluin saja." kata Johan suatu kali, saat tetangganya menanyakan di mana kucingnya kini berada.
Setahun setelah kucingnya hilang, di suatu malam ada siaran televisi menayangkan talkshow tentang sebuah keluarga yang memiliki kucing yang unik, cantik dan sehat. Bulunya lembut dan ekornya menyimpul seperti tali. Kucing itu dinamainya Cinta.
"Ibu nampak berbahagia sekali. Kebahagiaan apa yang ibu dapatkan dari memelihara kucing ini ? Dan sudah berapa lama ibu memeliharanya?" tanya presenter acara itu.
"Yach, saya memang pecinta binatang, terutama kucing. Apalagi saat menemukan kucing cantik ini. Saya sangat bahagia bisa menolong kucing ini. Waktu itu saya menemukannya sedang kedinginan di pinggir jalan dan tengah kelaparan. Maka saya mengambilnya dan merawatnya semenjak satu tahun yang lalu. Luka-lukanya pun saya obati hingga sembuh. Saya sudah menganggapnya seperti anggota keluarga. Dan sekarang lihat, kucing ini sungguh cantik bukan? Saya merawatnya dengan penuh kasih sayang dan kecintaan, karenanya saya berikan nama 'Cinta' meskipun ia hanyalah seekor binatang."
Secara kebetulan malam itu keluarga Johan tengah bersantai sambil menonton talkshow tentang keluarga pemelihara kucing ini. Terkejut dia melihat kucing yang tampil di televisi itu. Sepertinya Johan sangat mengenali kucing itu. Warnanya, matanya. Terlebih lagi bentuk ekornya. "Tidak salah lagi", Johan nyaris berteriak setelah yakin bahwa itu kucing piaraannya yang hilang setahun yang lalu.
"Mama, lihat itu kucing kita ma!"
"Tapi kucing kita dulu tidak secantik itu Pa, kok sekarang berubah saat dipiara orang lain. Kenapa tidak kita saja yang membuatnya cantik dulu Pa?"
"Halah, bagaimana pun saya tidak terima. Itu kucing kita. Kita harus dapatkan kembali kucing itu. Tidak berhak keluarga itu mengaku-ngaku kucing kita sebagai miliknya. Enak saja. Kita adalah pemilik yang sah. Kalau perlu kita ke pengadilan untuk mendapatkan hak kepemilikan kembali." Johan memperlihatkan emosinya agar istrinya turut mendukung mendapatkan kepemilikan kucing itu kembali.
Sayangnya, kucing itu sudah pindah tangan dan mendapat sertifikasi. Kucing itu sudah menjadi warga kucing di negeri tetangga. Malaysia.
"Sudahlah pa, semuanya sudah berlalu. Kita masih bisa memelihara kucing-kucing lain yang juga tidak terawat." hibur istrinya.
Johan kini merenungi nasibnya, baru ia merasa menyesal dan berdosa telah menyakiti Tortor, nama kucing itu. Penyesalanlah yang tersisa. Baru disadarinya selama ini ia memiliki sesuatu yang sangat berharga. Tapi ia terlambat menyadarinya setelah semuanya pergi dan kucing itu mendapatkan kasih sayang dari orang-orang yang mencintainya.
Seringkali perasaan memiliki timbul setelah orang lain merebutnya dari sisi kita dengan cinta.
*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H