Mohon tunggu...
Heriyadi
Heriyadi Mohon Tunggu... Administrasi - Pencari Hikmah

Membaca membuatmu mendapatkan inspirasi, menulis membuatmu menjadi Inspirator.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Regenerasi Petani: Kunci Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

22 Mei 2019   13:34 Diperbarui: 22 Mei 2019   14:13 918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: www.pertanian.go.id

Sektor pertanian memegang peranan yang sangat penting dalam mewujudkan target-target yang tercancum dalam Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030. Dari 17 tujuan SDGs, sektor pertanian berkaitan langsung dalam mewujudkan 2 tujuan utama SDGs, yaitu mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuknya disetiap tempat dan mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, perbaikan gizi, dan meningkatkan pertanian yang berkelanjutan.

Melalui Kementerian Pertanian, Indonesia telah berusaha keras dalam mewujudkan target-target yang tertuang dalam SDGs khususnya yang terkait dengan sektor pertanian dengan mengeluarkan berbagai kebijakan, seperti merevisi dan menghapus regulasi yang dinilai menghambat kinerja sektor pertanian. Kebijakan ini terbukti cukup efektif dan telah berdampak pada meningkatnya investasi di bidang pertanian.

Capaian-capaian lain yang telah berhasil diukir oleh Kementerian Pertanian dalam kurun waktu 4 tahun terakhir antara lain menurunkan inflasi bahan makanan, meningkatkan ekspor pertanian, mendongkrak PDB sektor pertanian, meningkatkan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) dan Nilai Tukar Petani (NTP), dan perbaikan infrastruktur dan sarana pertanian.

Berbagai capaian positif tersebut patut kita syukuri dan apresiasi. Namun, ada satu tantangan besar yang kita hadapi untuk menjamin keberlanjutan bidang pertanian, yaitu regenerasi petani. Hasil Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS) tahun 2018 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mengindikasikan rendahnya tingkat regenerasi petani di Indonesia.

Sektor pertanian Indonesia saat ini didominasi oleh kelompok umur petani utama usia 35 tahun keatas dengan jumlah 24.461.024 atau mencapai 88,36 persen, sedangkan kelompok umur petani utama dibawah 35 tahun hanya berjumlah 3.221.093 atau 11,64 persen.

Tentu hal ini harus menjadi perhatian kita bersama dan berupaya untuk mencari solusi yang terbaik guna mendorong peran generasi muda disektor pertanian. Untuk itu diperlukan langkah-langkah konkret agar generasi muda Indonesia tertarik untuk menekuni profesi bidang pertanian.

dok. pribadi
dok. pribadi
Sumber: SUTAS BPS Tahun 2018

Menurut Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa, alasan utama mengapa sektor pertanian tidak menarik bagi generasi muda adalah karena sektor pertanian tidak mendatangkan pendapatan yang memadai. Bahkan, banyak sarjana pertanian yang lebih memilih profesi lain daripada berkarir disektor pertanian karena alasan ekonomi.

Hasil riset Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) tahun 2015 menunjukkan rendahnya minat generasi muda terhadap sektor pertanian. Hasil riset mengungkapkan hanya 54 persen anak petani yang mau meneruskan pekerjaan orangtuanya, sedangkan 46 persen sisanya menolak.

Bagian lain hasil riset juga menunjukkan rendahnya persepsi generasi muda terhadap sektor pertanian. Ada 42 persen responden yang menyatakan kondisi perekonomian sekarang dalam keadaan memprihatinkan, 30 persen menyatakan biasa saja, dan hanya 28 persen yang membanggakan sektor pertanian.

Pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah melakukan berbagai upaya untuk mendorong regenerasi petani. Strategi-strategi yang telah dilakukan antara lain (1) mentransformasi  pendidikan tinggi vokasi pertanian; (2) program penumbuhan wirausahawan muda pertanian yang bekerjasama dengan 16 Perguruan Tinggi Negeri (PTN); (3) pelibatan mahasiswa/alumni/pemuda tani untuk mengintensifkan pendampingan/pengawalan program Kementerian Pertanian; (4) penumbuhan Kelompok Usaha Bersama (KUB) bidang pertanian bagi pemuda tani; (5) pelatihan dan magang bidang pertanian bagi pemuda tani; dan (6) optimalisasi penyuluh untuk mendorong dan menumbuhkembangkan pemuda tani. Proses regenerasi petani ini diharapkan mampu melahirkan petani-petani muda yang kreatif, inovatif, dan menguasai teknologi pertanian sehingga mampu memajukan sektor pertanian di Indonesia. Proses ini harus terus berjalan dan diperkuat, sebab regenerasi petani merupakan kunci bagi pembangunan pertanian Indonesia yang berkeberlanjutan.

Tantangan paling berat dalam proses regenerasi petani yang sesungguhnya adalah bagaimana mengubah citra sektor pertanian dari bidang pekerjaan yang dianggap kurang menjanjikan menjadi bidang profesi yang menarik dan memiliki nilai keekonomian yang tinggi. Selama ini banyak generasi muda yang menganggap profesi petani sebagai pekerjaan kelas bawah dan berpenghasilan rendah.

Mindset inilah yang menyebabkan semakin turunnya minat generasi muda terhadap sektor pertanian dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, mindset negatif ini harus segera diubah agar proses regenerasi petani dapat berjalan sesuai dengan harapan. Bukan pekerjaan yang mudah, untuk itu perlu adanya keteladanan yang dapat menginspirasi dan mendorong gairah generasi muda terhadap sektor pertanian.

Generasi muda perlu disuguhkan tokoh-tokoh muda inspiratif dengan kisah-kisah nyata mereka yang sukses membangun karir dibidang pertanian. Informasi-informasi positif dan inspiratif yang diberikan secara terus menerus akan dapat mendorong munculnya ketertarikan generasi muda untuk menekuni profesi bidang pertanian.

Upaya membangun mindset positif terhadap profesi sektor pertanian tersebut perlu dilakukan secara terus menerus dan terstruktur. Dalam hal ini, lembaga pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membangun image positif terhadap sektor pertanian. Dalam setiap jenjang pendidikan yang mereka tempuh, generasi muda perlu diberikan pemahaman bahwa sektor pertanian itu sangat luas, dan bukan hanya soal bercocoktanam.

Mereka perlu diberikan informasi yang konkret bahwa pertanian juga merupakan sektor yang menjanjikan apabila dikelola dengan baik dan dapat membaca peluang pasar. Generasi muda harus menyadari bahwa sektor pertanian saat ini sudah sangat modern dalam era revolusi industri 4.0. Berbagai teknologi canggih dibidang pertanian telah mampu mendongkrak produktivitas secara signifikan dan memberikan keuntungan bisnis yang cukup menjanjikan bagi petani.

Selain itu, generasi muda yang saat ini sedang menuntut ilmu di SMK maupun sekolah tinggi bidang pertanian juga perlu dibekali ilmu kewirausahaan. Mereka harus tahu bagaimana cara memulai usaha, bekerjasama dengan pihak lain, membuka akses permodalan, distribusi produk, dan mengembangkan pasar. Dengan demikian, ketika lulus mereka tidak hanya menguasai bagaimana mengelola sektor pertanian dengan memanfaatkan teknologi-teknologi yang modern, tetapi mereka juga mampu menjadi penggerak munculnya bidang-bidang usaha pertanian.

Tentu hal ini harus didukung dengan berbagai kebijakan pemerintah yang berkelanjutan seperti menyediakan beasiswa pendidikan sektor pertanian, memberikan dana riset bidang pertanian yang memadai kepada lembaga pendidikan, memberikan kemudahan akses pembiayaan bagi petani muda, membantu penyediaan lahan yang luas, membantu penyediaan benih yang unggul, membantu pengendalian hama, memberikan bantuan alat mesin pertanian yang modern, dan menjamin harga produk pertanian yang layak dan menguntungkan bagi petani.

Terkait dengan keteladanan, perlu adanya role model yang dapat menginspirasi lahirnya generasi-generasi muda yang tertarik dengan sektor pertanian. Dalam bidang pendidikan, guru dan dosen harus mampu menginspirasi anak didiknya dengan menanamkan image positif bahwa sektor pertanian juga merupakan sektor yang dapat menjanjikan kesejahteraan secara ekonomi.

Kisah tentang perjalanan karir anak-anak muda yang sukses dibidang pertanian, seperti Rizal Fakhreza pemuda asal Cikajang Garut yang berhasil menjadi Duta Petani ASEAN perlu ditampilkan ke publik melalui berbagai saluran komunikasi untuk memberikan inspirasi bagi generasi muda. Selain itu, setiap provinsi juga perlu melahirkan duta-duta petani muda yang inspiratif guna mendorong peran generasi muda dalam sektor pertanian diwilayahnya masing-masing. Kerja keras generasi muda disektor pertanian perlu diapresiasi dengan baik agar mereka semakin semangat dan bangga dalam menggeluti profesi bidang pertanian.

Sejak dulu Indonesia sudah dikenal sebagai negara agraris dengan wilayahnya yang sangat luas dan tanah yang subur. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk memiliki keunggulan dalam sektor pertanian. Fase bonus demografi yang akan mulai memasuki Indonesia harus mampu dimanfaatkan dengan baik untuk membangun sektor pertanian yang unggul melalui generasi-generasi muda yang produktif dan inovatif.

Oleh karena itu, proses regenerasi petani ini harus berjalan dengan baik untuk menjamin ketersediaan pangan yang mampu mencukupi kebutuhan seluruh rakyat Indonesia, mengingat kita adalah negara dengan penduduk terbanyak keempat didunia. Regenerasi petani yang berjalan dengan baik bukan hanya mampu membuat kita memiliki kedaulatan pangan, tetapi juga sangat mungkin untuk dapat mewujudkan cita-cita Indonesia menjadi lumbung pangan dunia tahun 2045.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun