sistem kapitalisme yang  bernafaskan liberalisme (paham serba bebas) membuat banyak diantara keluarga muslim yang melakukan perbuatan-perbuatan serba bebas tanpa terikat dengan aturan syariat. Mudah sekali terjadi perselingkuhan,  seorang suami menempeleng istrinya, melakukan KDRT terhadap pasangan, hingga berujung perceraian.
Karena itu perceraian bukan hanya masalah individu yang bisa diselesaikan dengan penyuluhan pranikah di KUA namun sudah menjadi masalah sistemik. Sehingga penyelesaiannya pun harus sistemik.
Islam, Solusi Tuntas Wujudkan Ketahanan KeluargaÂ
Keluarga adalah lembaga terkecil di dalam masyarakat. Untuk mewujudkan kehidupan yang tentram, aman damai dan sejahtera dalam suasana cinta kasih diantara anggota keluarga (suami, istri, anak). Suami  menjalankan tanggung jawabnya untuk melindungi, memberikan nafkah, mendidik, dan seterusnya. Demikian juga istri memiliki tanggung jawab untuk menjalankan perannya sebagai istri, sebagai ibu,  pengatur rumah tangga. Sehingga masing-masing menjalankan kewajibannya, mendapatkan haknya.
Sehingga dari keluarga yang ideal tersebut akan lahir yang generasi-generasi muslim yang sholih- sholihah yang nanti akan bisa menjadi pemimpin-pemimpin pada masa yang akan datang. Namun gambaran keluarga yang ideal semacam itu untuk saat ini, tidak mudah untuk kita wujudkan.
Satu-satunya sistem yang mampu mencetak pasangan suami istri yang akan memuliakan peradaban hanyalah sistem Islam. Islam memiliki pandangan yang khas mengenai sebuah  pernikahan. Dalam Islam disebut sebagai mitsakon golidzho atau perjanjian agung. Allah Swt berfirman: Â
"Bagaimana kamu akan mengambil kembali padahal kamu telah bergaul satu sama lain sebagai suami istri dan mereka istri-istrimu telah mengambil perjanjian yang kuat atau ikatan pernikahan dari kamu." (QS. An-nisa ayat 21).
Lafadz ini sejajar dengan mitsaqon golidzho atau perjanjian agung antara Allah dengan para rasul berpredikat Ulul Azmi yaitu Nabi Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa.
Dalilnya terdapat dalam Qur'an surah al-ahzab ayat 7 : Â
 Â
"Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh."