Mohon tunggu...
Herini Ridianah
Herini Ridianah Mohon Tunggu... Guru - write with flavour

pemerhati sosial dan pendidikan, guru les MIPA

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Wah, Ternyata Ada Miripnya! 13 Tradisi Menyambut Ramadhan dari Berbagai Penjuru Indonesia

10 Mei 2019   02:15 Diperbarui: 10 Mei 2019   02:49 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto : wantinurjadidah.blogspot.com
Foto : wantinurjadidah.blogspot.com
5. Perlon Unggahan -- Banyumas, Jateng

Tradisi Perlon Unggahan sudah berlangsung sejak beberapa abad silam. Biasanya seminggu sebelum bulan puasa, masyarakat di desa Pekuncen, Jati lawang, Banyumas, Jawa Tengah melakukan tradisi ini. Perlon Unggahan dimulai dari mengunjungi makam Bonokeling tanpa alas kaki, dengan menjinjing 'Ambeng'. Di makam Bonokeling tersebut, 6 Kasepuhan berdoa (ziarah) dengan khusyuk. Kasepuhan tersebut terdiri dari Kasepuhan Kyai Mejasari, Kyai Padawirja, Kyai Wiryatpada, Kyai Padawitama, Kyai Wangsapada dan Kyai Naya Leksana.

Setelah itu, diadakan makan besar yang diramaikan oleh warga sekitar. Tersedia berbagai macam makanan tradisional namun yang pasti harus ada adalah nasi bungkus, serundeng sapi dan sayur becek (berkuah). Uniknya, serundeng sapi dan sayur becek, harus disajikan oleh 12 lelaki dewasa. Ataupun dapat disesuaikan dengan jumlah korban sapi yang disembelih. Setelah itu, biasanya para warga akan berebut makanan tersebut dengan mitos dapat menambah keberkahan di bulan Ramadhan.

Foto : maiololo.com
Foto : maiololo.com
6. Malamang- Minangkabau, Sumbar

Malamang artinya membuat lemang.Tradisi malamang biasanya dilakukan untuk menyambut hari-hari penting dalam ajaran islam, terutama menyambut bulan suci Ramadhan. Tradisi ini telah berlangsung sejak ratusan tahun silam,dan berlangsung secara turun temurun sampai sekarang.

Menurut Tambo (kisah yang meriwayatkan tentang asal usul dan kejadian masa lalu yang terjadi di Minangkabau) tradisi ini berlangsung dari peran Syekh Burhanuddin (Pembawa ajaran Islam Minang Kabau). Saat itu Syekh Burhanuddin melakukan perjalanan ke daerah pesisir Minangkabau untuk menyampaikan agama Islam serta bersilaturrahmi ke rumah penduduk.

Dari kunjungannya,masyarakat sering memberikan makanan yang masih diragukan kehalalannya. Dia pun menyarankan kepada masyarakat yang dikunjungi agar mencari bambu,kemudian mengalasnya dengan daun pisang muda.Setelah itu dimasukan Beras ketan putih dan santan,kemudian dipanggang di atas tungku kayu bakar.Syekh Burhanuddin pun menyarankan kepada setiap masyarakat agar menyajikan makanan lamang ini menjadi simbol makanan yang dihidangkan dalam silaturahim.

foto : AntaraNews.com
foto : AntaraNews.com
7. Kirab Dandangan -- Kudus Jateng

Berawal saat santri-santri menunggu pengumuman dari sunan kudus tentang awal puasa. Setelah diumumkan, bedug ditabuh. Ritual pengumuman itu menarik pedagang untuk membuka lapak dagangan. Kini seperti kirab budaya. Dimulai dua minggu sebelum datangnya bulan Ramadhan dan berakhir pada malam hari menjelang sahur pertama. Bermakna tanda saling mengingatkan setelah datangnya bulan suci Ramadhan sekaligus mempererat silaturahmi.

foto : perumahankuduspermai.com
foto : perumahankuduspermai.com
8. Nyorog -- Betawi

Nyorog adalah tradisi memberikan bingkisan makanan kepada saudara yang lebih tua, seperti bapak, ibu, mertua, paman, bibi, kakek atau nenek. Tradisi ini masih berlangsung sampai sekarang. Jika dulu isi bingkisan berupa masakan matang, sekarang sebagian telah berganti dengan biskuit, kopi, gula, teh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun