Mohon tunggu...
Herini Ridianah
Herini Ridianah Mohon Tunggu... Guru - write with flavour

pemerhati sosial dan pendidikan, guru les MIPA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulislah untuk Ibadah dan Maisah!

22 Oktober 2017   21:18 Diperbarui: 1 November 2017   21:46 1083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah"-Pramoedya Ananta Toer.

            Perkataan seorang penulis ternama di atas adalah ungkapan betapa pentingnya aktivitas menulis bagi hidup seseorang. Namun faktanya, sebagian besar orang masih menganggap menulis itu pekerjaan yang sulit dilakukan karena butuh banyak inspirasi. Umumnya bingung harus menulis apa dan menjabarkan tulisan yang ingin dibuatnya.

            Sedangkan bagi yang sudah merasakan manisnya dunia menulis, aktivitas menggores pena menjadi hal yang sangat menyenangkan. Wajar jika Asma Nadia mengungkapkan bahwa menulis adalah tiket untuk mendunia.

            Namun sesungguhnya banyak alasan mengapa kita sebagai seorang muslim terutama harus terdorong untuk menggali potensi menulis dalam diri kita. Alasan yang paling kuat adalah menulislah untuk ibadah dan maisah.

            Sebagaimana tercantum dalam QS.Adz-Dzariyat ayat 56, bahwa manusia tidak diciptakan kecuali hanya untuk beribadah. Maka menjadi keharusan bagi seorang muslim untuk menjadikan seluruh aktivitasnya selalu berada dalam kerangka ibadah kepada Allah SWT. Ibadah meliputi ibadah vertikal (hablumminallah) dan  horizontal (hablumminannas). Salah satu ibadah yang diwajibkan adalah dakwah, yaitu aktivitas menyeru manusia pada kebaikan dan mencegah kemunkaran. Dakwah bisa secara lisan, tulisan, dan tentu saja perbuatan. Seorang muslim yang baik, hendaknya mengoptimalkan seluruh potensi dalam dirinya untuk menyempurnakan kewajiban dakwah. Maka, menulislah untuk ibadah harus menjadi pilihan hidupnya.

            Dalam buku muslimah negarawan karya Fika Komara disebutkan bahwa para muslimah di zaman saat ini, haruslah mengambil peran sebagai intelektual peradaban, penggerak opini dan ibu generasi penakluk. Banjir informasi di era kapitalisme digital ini sangat memerlukan kekuatan sudut pandang dan literasi informasi. Bagi umat islam, sudut pandang itu jelas adalah kekuatan akidah islam, yaitu Laa ilaaha illa Allah Muhammadur Rasullullah yang dituangkan dalam tsaqafah islam. Di zaman sekulerisme saat ini, berbagai paham yang bertentangan dengan akidah islam tumbuh subur meracuni pemikiran kaum muslimin. Mulai dari paham kebebasan (liberalisme) yang melahirkan sikap permisif (seba boleh), pluralisme, feminisme hingga ancaman ideologi komunisme.

            Maka sudah menjadi kewajiban setiap muslim untuk tidak hanya mencukupkan diri berdakwah secara lisan, namun justru harus mengasah dirinya berdakwah lewat tulisan menentang berbagai fakta yang rusak. Kekuatan literasi informasi seorang muslim harus diarahkan untuk menggerakkan opini masyarakat pada sudut pandang akidah islam.

Dakwah yang menyentuh denyut persoalan dan peristiwa yang menimpa umat harus terpancar dalam lisan dan tulisan para pengemban dakwah. Pada saat itulah, dakwah secara lisan dan tulisan berpengaruh terhadap kebangkitan  masyarakat. Bahkan keterampilan menulis  menjadi indikasi kemajuan suatu bangsa yang terpelajar. Tak heran jika seorang guru bangsa, H.O.S Tjokroaminoto mengatakan : "Jika kalian ingin menjadi pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan berbicaralah seperti orator."

Motivasi menulis untuk ibadah disadari betul oleh para ulama terdahulu. Meskipun para ulama terdahulu telah meninggal dengan perjuangan mereka, namun mereka lebih abadi dan dikenal ketika mewariskan karya tulis untuk generasi berikutnya. Kita mengenal Imam Syafii, Imam Maliki, Imam Hambali dan imam-imam lainnya dari kitab-kitab yang telah mereka tulis. Para ulama yang menulis dengan ketajaman pena islam akan dikenang sepanjang zaman, meskipun ia telah tiada. Pahala pun akan terus mengalir menjadi amal jariyahnya kelak.

Cukuplah mulia di hadapan Allah SWT, seorang muslim yang menggunakan penanya untuk berdakwah, karena Allah SWT telah bersumpah demi pena. Sebagaimana yang tercantum dalam QS.Al-Qalam ayat 1-2, yang artinya: "Nun, Demi qalam (pena) dan apa yang mereka tulis. Berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukanlah orang gila."

Menulis adalah sarana untuk mencatat/merekam sebuah peristiwa bersejarah, meyakinkan sebuah fakta, memberitahukan sebuah informasi dan mempengaruhi demi sebuah cita-cita. Maka, menulis untuk ibadah dikenang di dunia dan bermanfaat menjadi tabungan di akhirat.

Manfaat lain yang tak bisa terelakkan dari dunia menulis adalah materi. Tak sedikit penulis yang telah sukses berkarir di dunia menulis, berhasil meraup keuntungan materi dari tulisannya, baik berupa buku best selleryang laris manis di pasaran, hingga profesi menulis lainnya. Intinya, selain menulis untuk ibadah, maka menulislah untuk maisah (menjadi sumber penghasilan). Meskipun kekayaan materi bukanlah tujuan utama, namun tak boleh diabaikan.

Beberapa penulis dijuluki sebagai penulis kaya, karena keberhasilannya mengumpulkan materi dari dunia menulis. Sebagai contoh, Andrea Hirata berhasil meraup keuntungan 2,5 miliar dari buku tetralogi karyanya. Habiburahman El Shirozy pun meraup keuntungan 1,5 miliar dari novel islaminya yang best seller .Dari luar negeri, ada Harry Potter yang tulisannya berhasil diterjemahkan di berbagai belahan dunia.

Kita pasti pernah mendengar pernyataan bahwa "pekerjaan paling menyenangkan itu adalah hobi yang dibayar".Maka, bagi yang sudah hobi menulis, tidak ada salahnya mulai sekarang, mengubah tulisan menjadi transferan. Sayangnya, tidak segampang itu untuk dilirik penerbit besar karena saingan yang banyak. Tidak sedikit pula yang akhirnya terpaksa mengubur impian untuk menjadi penulis. Tidak perlu patah semangat! Karena sumber penghasilan penulis bukan hanya royalti dari penerbit.

Namun sesungguhnya di zaman serba internet seperti saat ini, ada banyak profesi yang bisa dikembangkan dari dunia menulis diantaranya menulis buku dan menerbitkan lewat jalur independent atau umum, mengirimkan karya ke media, menjadi editor, penulis naskah film, penulis konten untuk mengisi situs-situs serta portal berita, juga menulis di website atau blog sendiri. Bahkan ada yang menjadi ghostwriter (penulis bayaran), tentu hal terakhir ini sangat tidak dianjurkan.

Di zaman kemajuan teknolgi informasi seperti saat ini, berbagai hal dilakukan serba praktis. Termasuk diantaranya adalah aktivitas jual-beli online melalui social media. Ternyata dalam urusan bisnis online, seorang penjual harus menguasai ilmu internet marketing. Banyak tokoh-tokoh internet marketing Indonesia yang berpengaruh, diantaranya Budiono Darsono sebagai pendiri situs detik.com, lalu Aulia Halimatussadiah yang berprofesi sebagai penulis telah mendirikan sebuah toko buku online dan publisher on demand.

Kesuksesan para internet marketing, tidaklah terlepas dari kepiawaian mereka dalam menulis kata-kata yang mampu menghipnotis seseorang untuk mau membeli produk yang ditawarkan secara sukarela, tidak merasa dijuali.  Strategi penjualan tersebut dikenal dengan sebutan  Hyphno Selling. Berbagai bentuk social media seperti Facebook, Instagram, BBM, WA saat ini banyak digunakan untuk kepentingan bisnis online. Sekali lagi, kemampuan merangkai kata dalam tulisan  hingga menjadi kata-kata viral di medsos sangat berpengaruh dalam mendongkrak penjualan sebuah produk. Itulah sedikit gambaran, betapa eratnya aktivitas menulis status di medsos dengan dunia bisnis.

Orang yang tidak hanya menulis, tapi punya mindset bisnis yang bagus dan cermat melihat berbagai peluang untuk memanfaatkan bakat menulisnya agar menghasilkan uang, dikenal dengan sebutan writerpreneur. Beberapa profesi menulis yang telah diungkapkan di atas adalah sebagian contoh dari writerpreneur. Setiap orang yang memiliki hobi menulis bisa menjadi seorang writerpreneur asalkan selalu berusaha sungguh-sungguh menjadi penulis produktif dan kreatif memanfaatkan teknologi.Dengan demikian, menulis untuk maisah tidaklah sesulit yang dibayangkan.

Berdasarkan paparan di atas, maka sudah seharusnya kita dapat mengoptimalkan potensi menulis dalam diri kita secara serius. Motivasi Menulis untuk Ibadah ataupun Maisahkeduanya  akan mudah dilakukan jika menulis dari hati. Tentu saja, keduanya bermanfaat untuk kehidupan dunia dan akhirat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun