Karena pada saat itu, cuma dia saja yang boleh dikatakan hidupnya berada dan bermodal, sehingga banyak para tetangga meminjam uang kepadanya. Sang rentenir ini tambah kaya karena mendapatkan pundi-pundi dari hasil bunga para peminjam yang sangat mencekik leher.
Singkat cerita, orangtua saya meminjam uang kepada rentenir sebesar Rp3.000.000 dengan bunga 5% setiap bulannya dengan maksud untuk modal usaha dan biaya sekolah kami, jadi orangtua harus membayar bunganya Rp150.000 per bulannya.Â
Singkatnya, usaha orangtua tidak berjalan dengan lancar dan pembayaran kepada rentenir tidak berjalan lancar sebagaimana mestinya juga. Akhirnya, sebagai jaminan kepada rentenir, orangtua memberikan jaminan berupa surat tanah (sawah) dan memberikan hasil gabah beberapa karung setiap panennya.
Dari situ, saya melihat reaksi orangtua ketika rentenir datang ke rumah untuk menagih. Mereka tetap tenang dan sabar, walaupun mendapat marah yang bertubi-tubi dari rentenir.Â
Kami sebagai anak-anak hanya bisa melihat saja, tapi belum mengerti dan paham 100% apa yang terjadi sebetulnya, mengapa ada orang yang selalu datang dalam keadaan emosi dan mengambil beberapa hasil panen kami.
Dengan susah payah, orangtua bisa melunasi segala hutang kepada rentenir kurang lebih 5 tahun plus dengan bunganya, dan betapa bahagianya orangtua ketika dapat melunasi hutang secara penuh kepada rentenir  dan mengambil kembali surat berharga milik kami serta bahagianya melihat kami semuanya berhasil dalam menyelesaikan pendidikan.
Sepenggal pengalaman yang berharga yang saya ambil dari kejadian itu adalah memberikan pelajaran tersendiri tentang bagaimana orangtua saya mengatur keuangan dan ekonomi keluarga secara efisien & bijaksana serta mendahulukan segala kebutuhan yang harus dibayar terlebih dahulu.Â
Dan tak kalah pentingnya kami dididik oleh ibu untuk tetap hidup sederhana walaupun masih ada hutang yang harus dibayar, serta hidup tidak berfoya-foya dalam kehidupan sehari-hari.
Walaupun ada perasaan sakit hati dan kesal terhadap sang rentenir ketika datang ke rumah dengan wajah yang tidak bersahabat sambil mengeluarkan kata-kata yang tak pantas dan penuh hinaan, tapi bapak dan ibu selalu mengingatkan bahwa semua ada waktunya untuk melunasinya secara perlahan, dan urusan balas dendam adalah milik sang pencipta yang mengaturnya dan bukan milik manusia.Â
Dan terbukti sekarang, sang rentenir sudah sakit-sakitan, banyak harta miliknya telah dijual untuk biaya pengobatan dan hidup tidak harmonis dengan anak-anaknya sendiri.
Dalam urusan keuangan dalam kehidupan sehari-hari, kita harus bisa membedakan yang mana kebutuhan dan keinginan. Apabila mempunyai hutang, harus membayarnya dan tidak mengabaikannya agar tidak terjerat dengan hutang yang berlebihan.Â