Seluruh petani di Indonesia pasti mempunyai masalah yang sama dalam memberantas segala jenis hama yang mengganggu tananam mereka. Segala bentuk rumput dan segala jenis hewan kecil atau besar yang bersifat merusak tanaman adalah tentunya hama bagi para petani. Hama - hama ini, kalau tidak diberantas dapat membunuh serta menurunkan kualitas produk dari suatu tanaman.
Dalam merawat suatu tanaman yang dimiliki di kebun, di sawah atau dimana saja, tidak cukup saja dengan memupuk, menyiangi dan menyiramnya, tetapi memberantas dan melindungi tanaman dari hama adalah satu faktor yang paling penting dalam merawat tanaman sehingga menghasilkan suatu hasil panen yang bagus dan melimpah. Hama dapat mematikan tanaman ketika tidak diperhatikan, serta dapat menggangu pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Biasanya, hama dapat membunuh suatu tanaman itu secara lansung dan tidak lansung juga, sehingga hama yang hinggap pada tanaman pasti akan menghambat pertumbuhan tanaman dan akhirnya mati dalam waktu tertentu.
Tanaman berupa sayuran, buah - buahan dan padi adalah sasaran empuk buat hama. Kadangkala, para petani rugi besar akibat dari ganasnya hama yang menyerang tanaman mereka, sehingga penghasilan mereka berkurang, bahkan tak ada sama sekalipun. Yang paling parahnya lagi, ganasnya suatu hama dapat menyebabkan gagal panen, sehingga para petani kadang tertimpa bencana kelaparan. Contohnya, petani yang menggarap sawah. Biasanya sawah yang luasnya 1 hektar biasanya menghasilkan gabah sekitar 5,7 ton per panen, akan tetapi ketika padi diserang oleh hama wereng cokelat dalam masa pertumbuhannya, para petani terancam gagal panen dan merugi akibat serangan hama yang mengganas.
Tidak cuma buat para petani padi, tapi petani sayuran & buah - buahan juga merasakan gagal panen akibat serangan segala jenis hama dan hasil panen yang membusuk serta tidak layak untuk dijual di pasaran. Biasanya kalau sudah gagal panen, para petani cuma bisa meratapi nasib mereka sambil bersedih dan menangis membayangkan akan mendapatkan hasil panen yang bagus dan untung, tetapi harus mengeluarkan air mata karena telah merugi dan banyaknya pengorbanan yang telah dicurahkan baik berupa tenaga, waktu dan modal.
Anda bisa bayangkan, dalam masa pertumbuhan suatu tanaman atau yang sudah di depan mata untuk dipanen, dipetik, dipotong, dijolok dan diangkut, tiba -tiba hancur total alias gagal panen karena hama yang menyerang dan mematikan seluruh tanaman. Siapa yang tidak bersedih tentunya, ibarat rumah yang baru saja dibangun, tiba - tiba datang sebuah angin beliung merobohkan  dan meratakan bangunan rumah serata dengan tanah.
Alhasil, kita cuma bisa diam sejenak dan merenung apa yang telah terjadi di depan mata. Kita tak bisa membalikkan keadaan menjadi semula lagi, sehingga harus menerimanya dengan ikhlas dan lapang dada.
Dalam dunia pertanian, dalam memberantas suatu hama, para petani menggunakan pestisida, fungisida dan insectisida dan lain - lain, yang bentuknya berupa zat cairan atau padat. Pada dasarnya, seluruh jenis zat ini bersifat racun dan mematikan bagi hama, hewan dan terlebih terhadap manusia, karena dibuat dari zat kimia yang mengandung racun. Karena sifatnya dapat mematikan, maka penggunaannya harus benar - benar sesuai dengan petunjuk dan aturan dari produknya, dan memakai alat safety ketika menggunakannya serta yang paling penting adalah menyimpannya di tempat yang sangat aman dan jauh dari anak - anak.
Karena kalau tidak disimpan secara benar, segala jenis zat beracun ini dapat digunakan oleh manusia untuk bunuh diri dengan meminum racun rumput untuk mengakhiri hidupnya. Apalagi bagi anak - anak muda khususnya yang sedang putus cinta, galau, hampa dan deppresi selalu mencoba bunuh diri dengan ketiga macam zat ini. Jadi perlu diperhatikan buat orangtua untuk menyimpan dengan benar apabila mempunyai racun rumput agar terhindar dari segala macam marabahaya dan percobaan bunuh diri.
Hama Manusia
Ada satu jenis hama buat para petani yang sangat unik, lucu, menjengkelkan, perusak dan tak tahu diri pula, bahkan dapat juga membahayakan para petani atau tuan kebun yaitu "PENCURI". Jenis hama ini adalah manusia, bisa dibilang mereka adalah orang yang dikenal dalam kehidupan kita sehari - hari, seperti: tetangga, keluarga sendiri, atau orang lain yang tidak asing bagi kita atau yang pernah bertemu sebelumnya. Jenis hama ini sangat lain daripada yang lain, "datang tak diundang dan pulang tak diantar".Â
Mereka beraksi di kala sang tuan kebun tak ada di tempat, dan tak pikir kalau yang empunya kebun adalah keluarga sendiri. Pagi, siang dan malam adalah waktu aksi mereka, begitu ada kesempatan mereka lansung sikat habis, bahkan tak menyisahkan sedikitpun bagi pemilik kebun, yang ada cuma kulitnya saja ditinggalkan sebagai kenangan yang terakhir.
Para petani sangat memimpikan akan memetik hasil keringat dari usaha mereka sendiri. Siang dan malam, mereka menjaga dan membersihkan tanaman mereka agar cepat tumbuh dan berbuah, sehingga bisa untuk dimakan, dijual atau di bagi - bagikan kepada para tetangga. "Bagaikan pungguk merindukan bulan, apa yang diharapkan pada musim panen tidak terjadi di depan mata kepala sendiri". Begitu tiba di kebun untuk memanjat pohonnya atau memetik buahnya dari tanamannya lansung...semuanya ludes..des...des, habis dipetik dan dimakan oleh pencuri dan hanya kulitnya saja yang disisakan buat pemiliknya.
Situasi ini yang sering dialami oleh para petani buah - buahan, khususnya petani durian. Buah durian selalu mengundang hasrat pencuri untuk mencurinya karena rasanya yang enak, aromanya yang harum & menyengatkan dan harganya yang lumayan mahal untuk dibeli, sehingga pencuri memutuskan untuk mengambil durian milik orang lain saja. Aksi mereka biasanya dilakukan di malam hari untuk menghindari sang pemiliknya, sehingga dengan leluasa mereka mengambilnya dan memakan lansung di bawah pohonnya. Oleh karena itu, sang pemilik biasanya menjaga kebun durian mereka kalau sudah memasuki masa panen.
Lain halnya dengan petani cabe atau orang yang menanam cabe di pekarangan rumah, tanaman mereka dicuri dengan pohonnya (dicabut) sekaligus, karena tak ada waktu untuk memetik cabe di pohonnya satu per satu. Karena takut ketahuan dari sang pemiliknya, akhirnya pencurinya mencabut pohonnya dari tanah atau potnya secara lansung untuk menghemat waktu sebelum pemiliknya keburu melihatnya. Ternyata pencuri lebih pintar dari pemiliknya.
Siapa yang tidak jengkel dan marah serta menyumpai pencurinya sampai tujuh turunan karena perbuatan mereka. Para petani sudah mengorbankan waktu, tenaga dan modal untuk menanam dan merawat tanaman mereka dengan harapan dapat memetik buahnya di musim panen. Tapi apa daya, kita yang menanam pohonnya, namun orang lain alias pencuri yang memetik buahnya. Karena saking jengkel & sakit hatinya, kadangkala para petani atau pemilik kebun lansung membabat habis tanamannya agar pencuri tidak datang lagi.
"Hai para pencuri yang berada dimanapun...kalau mau buahnya dong, apa susahnya sih minta dengan baik - baik kepada pemiliknya. Pasti pemiliknya akan memberikannya dengan sukacita tanpa bersungut - sungut. Kalau minta dengan baik - baik dan sopan, pasti sang empunya akan luluh, senang dan berbelas kasih juga kok".
Tentunya, hama yang satu ini sangat sulit diberantas karena masih ada rasa belas kasihan untuk menindaknya. Kita tidak tega melapor ke kantor polisi kalau pencurinya adalah orang yang kita kenal atau masih kerabat sendiri. Â Ataukah,tanamannya kita beri racun atau memasang jerat yang dialiri arus listrik, tapi takutnya nanti pencurinya mati keracunan atau tersengat ditempat, bisa ruwet lagi urusannya. Niat hendak melindungi kebun dari pencuri, tapi harus berurusan dengan pihak polisi akhirnya. Tapi kalau sudah keseringan dan kelewatan batas, munkin harus diberi tindakan yang tegas juga agar tidak mengulangi perbuatannya, teristimewa bagi keluarga sendiri yang mencurinya.
Tapi apapun bentuknya, kalau sudah mengambil milik orang lain tanpa seizin pemiliknya, entah itu tetangga, family, kerabat dekat, teman, atau kenalan, yah tetap saja "mencuri" namanya. Kebiasaan kita orang Indonesia dan sudah menjadi kebiasaan yang berakar, selalu mengambil atau memetik sendiri tanaman milik keluarga sendiri tanpa seizin terlebih dahulu dari pemiliknya, seakan - akan milik bersama.
"Mari kita bersama - sama menghargai hasil jerih payah orang lain, mereka yang menanam, mereka jugalah yang memetik dan merasakan hasilnya, bukan seorang pencuri yang senaknya saja merebut atau merampas milik dan hak sang penanam".
Semoga bermanfaat dan salam sehat selalu!!!
Somewhere on the Earth, 28 April 2021.
Heri Toupa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H