Dalam menyambut Spring Season di tahun 2021 di negeri kincir angin (The Netherlands), kami mengadakan acara barbecue bersama dalam komunitas kami (Den Burcht Rijswijk) sebagai aktivitas setelah bekerja dan belajar untuk mengusir rasa jenuh di tengah masa pandemic ini.Â
Seperti biasanya dari tahun ke tahun, kami melakukan bbq (singkatan dari barbecue) begitu ada matahari yang terang dan temperatur udara yang lumayan panas sekitar 23 derajat celsius, kami memanfaatkan moment tersebut sebagai rasa syukur untuk bisa keluar menikmati udara dan hawa yang panas.
Ini mengingatkan kami semuanya adalah orang Indonesia datang dari berbagai daerah yang merantau ke luar negeri untuk melanjutkan study dan bekerja rindu akan cahaya matahari.Â
Di negara kita Indonesia, sangat berlimpahlah cahaya matahari setiap harinya, bahkan saking panasnya harus memakai payung atau cream/handbody (lotion) ketika keluar dari rumah atau memasang AC (Air Conditioner) dalam kamar karena tak bisa tidur akibat panasnya terik matahari.Â
Bahkan saking lamanya matahari terbit di musim panas dapat mengakibatkan sulitnya mendapat air ketika musim kemarau yang berkepanjangan.
Oleh karena itu, ketika ada matahari yang bersinar  di musim semi, hati kami seakan senang dan siap menyambut musim panas dengan antusiasnya. Ini bagaikan kami menemukan durian yang jatuh dari pohonnya, walaupun itu durian orang (berharap kali!!!)
Di negara Eropa, seperti Belanda, menikmati cuaca yang cerah dan panas, serta bisa berjemur di bawah sinar matahari adalah moment yang sangat dinantikan oleh setiap orang.Â
Ibarat sebuah anak menantikan sebuah kado pada  ulang tahunnya, begitu juga dengan menantikan musim panas bagaikan menantikan suatu hadiah dari Tuhan dan alam ini untuk menikmati sinar matahari sepuasnya. Memang musim dingin bisa membuat orang menjadi depressed, bahkan kadang-kadang ada yang ada bunuh diri akibat tidak bisa menahan rasa kesendiriannya di tengah rasa dingin.Â
Tidak mengherankan, ketika orang bertanya kabar di sini, cuacalah yang menjadi bahan pembicaraan paling pertama untuk memulai suatu percakapan.Â
Ini dilakukan sebagai rasa syukur dan senang ketika matahari bersinar sepanjang hari. Sebaliknya, ketika cuaca tidak bersahabat (mendung, hujan , berangin dan dingin) akan menjadikan pembicaraan tidak bersemangat dan rasa mood tidak ada lagi untuk melanjutkan pembicaraan.
Seperti tradisi kami di sini, setiap ada matahari yang bersinar dalam waktu yang lama dan temperatur yang lumayan panas, kami lansung memanfaatkan moment tersebut dengan mengadakan bbq.Â
Karena kami semuanya adalah orang Indonesia, tentunya menunya adalah asli dari Indonesia dan harus ada nasi yang disantap untuk makan daging ayam, kambing dan ikan.Â
Tak lengkap rasanya bila makan tanpa nasi walaupun tinggalnya di negeri orang, maklum masih perut orang Indonesia yang 3 kali sehari makan nasi...kayak minum obat saja 3 kali sehari!!!
Yang paling menariknya lagi adalah salah satu teman kami (housemates) membawa durian musangking. Â Durian bagi orang Indonesia adalah buah yang terfavorit, karena rasanya yang sangat enak dan manis walaupun baunya yang sangat menyengatkan.Â
Setiap travelling di berbagai daerah di Indonesia, durianlah yang paling dicari ketika mencari suatu buah di pasar atau di penduduk. Beruntunglah ketika ada masyarakat yang mempunyai kebun durian, jadi bisa makan durian kapan saja sampai sepuasnya, asalkan jangan sampai mabuk!!!Â
Walaupun durian itu rasanya enak, tetapi ketika di taruh di atas sebuah mobil  atau bus yang sedang berjalan, pasti rasanya mau muntah dan pusing karena aromanya  sudah berubah dan berbau. Tapi namanya durian, pasti tetap saja yang menjadi "favorite fruit" dari segalanya.
Singkat cerita, teman serumah kami ternyata mendapatkan durian musangking di Chinese Shop yaitu Oriental ketika berbelanja di sana. Untuk mendapatkan segala jenis makanan dan bumbu dari berbagai negara asia, termasuk negara Indonesia, di toko inilah yang menyediakan segala barang-barang dari Asia.Â
Secara kebetulan, ada durian musangking yang utuh dengan kulitnya dalam freeze (imported from Thailand), teman  kami lansung mengambilnya walaupun harganya agak lumayan mahal sekitar 40 euro per buah (sekitar Rp. 680.000), dengan harapan kami akan patungan membayarnya setelah memakannya.Â
Bisa di bayangkan dengan 1 buah duriang musangking di jual di sini, bisa menghasilkan puluhan durian biasa di Indonesia atau segorabak menurut teman kami dari Medan yang juga terkenal sebagai daerah penghasil durian.
Yang paling menariknya di sini adalah walaupun kami ada lebih dari 10 orang, tapi kami dapat membagi dengan rata dan adil 1 durian itu untuk dimakan, walaupun ada yang cuma makan secuil saja. Â
Paling tidak rasa kangen kami sudah terobati sudah bisa mencium aroma durian dan memakannya, walaupun harganya yang lumayan mengocek kantong kalau mau membelinya secara pribadi. Kami sangat gembira sekali karena bisa makan durian di negeri kincir angin ini, hal yang sangat langka tapi kesampaian juga untuk menikmati durian di tengah musim semi ini.Â
Selain itu, kami berbagi cerita seputar durian yang ada di Indonesia, sehingga ada teman yang kalau balik ke Indonesia mau rencana untuk tanam durian karena belum puas makan durian di sini.
Itulah cerita kami dengan dengan penuh rasa lucu dan pengalaman yang menarik di musim semi ini (spring time). Makan durian musangking menjadikan bbq kami semakin lengkap pula, sehingga kalau mau beli durian musangking harus patungan lagi untuk bisa makan durian. Yang penting rasa rindu makan durian sebanyaknya di Indonesia sudah terobati dengan 1 buah durian saja di sini.
Salam sehat selalu!!!
Rijswijk, April 9th 2021
Heri Toupa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H