Kadang - kadang ketika seorang anak meminta sejumlah uang untuk sekolah, jawaban dari orang tua hanya mengatakan “sabar yah nak, uang belum ada, nanti lain kali saja kamu lanjutkan sekolahnya”. Tetapi ketika ada suatu pesta kematian dari keluarga atau kerabat terdekat, orang tua akan berusaha mencari bahkan meminjam uang untuk membeli seekor kerbau atau babi.
Saya sendiri sebagai generasi muda anak Toraja, tentunya mempunyai respon tersendiri bagaimana menanggapi tentang rasa gengsi dan harga diri tentang acara rambu solo' ini.
Di lain sisi, saya melihat ada suatu kesenjangan social yang terjadi, masyarakat berlomba - lomba untuk berusaha yang menjadi terbaik dalam suatu acara adat. Akan tetapi, bila semuanya dilakukan dengan tulus hati dan penuh kerendahan diri, maka itu akan sepenuhnya berjalan dengan baik tanpa ada suatu tujuan tertentu.
Tentunya, saya menghimbau kepada seluruh generasi muda Toraja dimanapun mereka berada agar tidak pernah melupakan identitasnya sebagai orang Toraja dalam melestarikan segala acara ritual dalam adat - istiadat. Dan tidak kalah pentingnya, bijaklah dalam berpikir dan bertindak dalam suatu proses acara adat, sehingga bisa menghasilkan suatu ide yang cemerlang dan dapat pula menghindarkan diri dari kesombongan dan ketamakan.
Oleh karena itu hiduplah dalam kesederhanaan, dan lakukanlah apa yang bisa kita mampu serta jangan melihat orang lain hanya karena gengsi dan harga diri. Semoga bermanfaat dan salam sehat!!!
Sentani - Jayapura, 16/02/2021
Heri Toupa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H