Bisa dibayangkan pada saat itu uang bisa memperoleh pinjaman senilai 25 juta tanpa agunan.
Usaha pak parman lancar. Keuntungan Panen pertama beliau langsung bisa beli cash pick up untuk mempermudah mobilisasi usahanya. Keuntungan panen kedua dan ketiga bisa membeli mobil daihatsu zebra untuk diopersikan sebagai angkot untuk kedua adiknya yg kuliah di IKIP Rawangmangun (sekarang UNJ).
Kehidupan pak parman dan keluargapun menjadi makmur. Tetapi semua berubah pasca reformasi. 1997-1998 usahanya masih mulus. Di Tahun 1999 baru usahanya mulai terpuruk, penjualan semua asetnya masih belum menutupi hutannya. Hingga meninggalkan hutang 55juta pada teman-temannya ditahun 1999.
Tiap hari banyak yg berdatangan kerumahnya untuk menagih hutang. Beliaupun merasa tdk tenang dan memutuskan merantau ke kalimantan. Disana beliau usaha tempe dan melaut dengan 2 orang temannya..
Jam 3 pagi-jam 11 siang beliau usaha tempe dari produksi hingga penjualan. Jam habis duhur beliau bersiap ikut melaut sampai jam 19-an malam. Jam 19 sampai jam 23 membungkus tempe. Setelah itu baru istirahat. Begitu kegiatan pak parman sehari-hari yang jauh dari istri dan 3 orang putranya.
Selama 3,5 tahun dari usaha tersebut bisa melunasi hutang yang 55juta dan bisa menghidupi keluarganya di kab. Pekalongan.
Hikmah yg bisa diambil
-perjuangan dalam mencari ilmu yg luar biasa, bisa jadi kondisi beliau jauh dibawah kita dengan fasilitas yg minimalis. Listri PLN, HP, Wartel apalagi internet belum bisa beliau nikmati pada saat itu. Sedangkan kita semua dimudahkan dan difasilitasi. Sehingga sangat mungkin bisa lebih dari pak parman
-beliau membuktikan ridho Allah ada pada ridho orang tua. Meskipun beliau melepas pekerjaan dikalimantan, tp beliau sukses dan menjadi kaya disaat masih membujang.
Apalagi pelajaran yg bisa diambil dari sepenggal perjalanan pak parman tadi?