Sebut saja Bapak Parman..
Beliau lulusan Teknik Kimia Undip. Masuk tahun 1980 lulus Juli 1985. Pada saat itu prof soedarto yang menjabat rektor undip.
Bliau tinggal di salah satu sudut di kabupaten pekalongan. Dizaman beliau dlm 1 kecamatan yg meneruskan ke Perguruan tinggi hanya beliau seorang.
Bliau anak ke 3 dari 8 bersaudara. 7 saudara beliaupun lulusan sarjana strata satu semuanya. Semuanya bukan dari biaya orang tua beliau langsung. Orang tua beliau hanya buruh tani dengan upah yg hanya bisa untuk kebutuhan hidup primer mereka sehari-hari.
Uang kuliah mereka dari beasiswa, usaha sampingan serta bantuan kakak-kakaknya yg bisa membantu. Meski demikian tak ada yang patah arang. Pak parman sendiri mendapat Beasiswa Bakat Prestasi 4 tahun, setelah itu mendapat beasiswa supersemar 1 tahun.
Untuk mobilisasi dari kosan (gayamsari) ke pleburan beliau menggunakan sepeda ontel dari awal kuliah hingga lulus kuliah.
Yang sekarang sepedanya masih terawat dan masih bisa dikendarai.
Di semester 8 akhir beliau berkeinginan membeli motor. Saat itu dikampus ada program Kredit Mahasiswa Indonesia (KMI). Uang tabungannya saat itu beliau gunakan untuk membayar DP motor impiannya. Keinginannya untuk memiliki motor pun tercapai.
Setelah lulus bliau diterima di Pupuk Kaltim Bontang. Tapi orang tua berat hati melepas anaknya pergi jauh. Pak parmanpun yakin dengan hadist "Ridho Allah adalah ridho orang tua" dan beliaupun mantap untuk tidak mengambil pekerjaan tersebut.
Beliaupun memutuskan menetap sementara di semarang untuk mencari peluang usaha atau pekerjaan.
Beliaupun ikut pengusaha cina dikendal yang membuka lahan tambak udang di Kendal. Beliau rela tidak digaji selama 2 kali panen demi mendapatkan ilmu dan pengalaman tersebut. Hanya dikasih penginapan dan uang makan. Sambil menggali ilmu pertambakan, beliaupun telaten mengurusi tambak tersebut.
Setelah melihat kinerja beliau dalam 2 kali panen. Pengusaha tambakpun mengajak diskusi dan diskusi akhir beliau mau membantu keinginan pak parman dalam mengembangkan usaha tambak udang windu di kabupaten pekalongan. Pengusaha tersebut menjadi jaminan dalam pengadaan modal pertambakan, dimana pak parman mendapat pinjaman dari bank exim senilai 25juta.