Mohon tunggu...
Heri Kurniawansyah
Heri Kurniawansyah Mohon Tunggu... Administrasi - Pemimpi

Traveling

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Olengan Cawapres Terjawab (Politik Menegasikan Rasionalitas Publik)

10 Agustus 2018   00:18 Diperbarui: 10 Agustus 2018   12:41 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kira-kira narasinya begini "mana mungkin yang bukan ketua partai mempunyai power untuk menentukan cawapres, lantas mau dikemanakan power "veto player" dari ketua partai politik dan partai koalisi". Merupakan perihal yang tidak mungkin terjadi bahwa penentuan cawapres tergantung Jokowi, bahkan jika boleh diasumsikan, secara pribadi mungkin saja Jokowi akan memilih Mahfud MD sebagai pendampingnya daripada Maaruf Amin dengan berbagai alasan obyektif dan subyektivitasnya. 

Namun tekanan partai koalisi tentu menjadi penentu buyarnya keinginan pribadi. Jokowi harus berdampingan dengan Maaruf Amin karena itulah konsensus partai koalisi dan faktor penguatan ke NU an sang Kyai, lalu wewenang pribadi dan rasionalitas itu mau apa? dalilnya pun tidak bisa berbuat apa-apa.

"Ijtima Ulama Yang Tak dirindukan"

Ketika eksistensi Prabowo - Sandi semakin menguat, pada saat itu narasi ijtima ulama semakin tidak berarti. Eksistensi ulama justru diperankan dan diperkuat dalam kubu petahana ketika Maaruf Amin resmi digandeng Jokowi. Namun ada dimensi yang sangat berbahaya ketika ijtima ulama tidak lagi dirindukan, bahwa masyarakat yang merindukan sosok UAS sebagai pendamping Prabowo hasil ijtima ulama akan sangat kecewa. 

Banyak kalangan yang menyebutkan "jangan main-main dengan ijtima ulama, kami tidak lihat partai lagi namun kami melihat kesepakatan para ulama yang telah berjuang selama ini". Kekecawaan ini tentu akan membuyarkan semangat publik dan membuat "Kesugihan" Sandiaga Uno tidak berarti apa-apa.

"Kekecawan Mahfud MD 4 Tahun Lalu Terulang Kembali"

Teringat menohoknya Pilpres 4 tahun lalu dimana desas desus penentuan Cawapres pun hampir sama dengan fenomena Pilpres saat ini. Eksistensi Mahfud MD pun menjadi sorotan dan bahkan sangat kuat disebut sebagai pendamping Jokowi saat itu. 

Mahfud MD pun begitu berharap dengan isu tersebut menjadi kenyataan. Kuatnya pengharapan Mahfud MD menjadi pendamping Jokowi pun ternyata sejalan dengan penguatan kekecawaannya ketika Mahfud MD batal dipilih oleh orang-orang di belakang Jokowi. Kekecawan itu sangat nampak ketika Mahfud MD mengambil sikap untuk mendukung Prabowo dan bahkan menjadi ketua pemenangan Prabowo, meskipun terkesan ada setengah hati Mahfud MD mendukung Prabowo. 

Setengah hati tersebut pun menjadi terlihat secara masif ketika Mahfud MD terlibat konflik ideologi dengan kubu Prabowo menjelang penentuan isu-isu nama yang akan mendampingi Jokowi pada Pilpres kali ini. Rentetan kejadian itu pun menjadikan nama Mahfud MD kembali menguat untuk mendampingi Jokowi 2019. Berbagai survey pun selalu menampilkan nama Mahfud MD. 

Pada akhirnya nama Mahfud MD menjadi satu-satunya nama yang paling kuat sampai menit-menit terakhir penentuan pendamping Jokowi. Namun apalah dikata, inilah politik, inilah dunia yang tak nampak rasionalitasnya, Mahfud MD kembali dibuat kecewa, dan bahkan kekecewaan ini dipastikan lebih besar dan berat dari kecewa 4 tahun yang lalu setelah kubu Jokowi tidak merekomendasikan nama Mahfud MD, dan diperkuat dengan berbagai stigmatisasi, termasuk perintah baju putih yang segera diukur dan dijahit. 

Dengan demikian, bisa jadi jika ditanyakan siapakah yang paling kecewa dalam runutan perpolitikan di tahun politik ini, jawabnya bisa dipastikan adalah Mahfud MD.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun