Mohon tunggu...
Dr. Herie Purwanto
Dr. Herie Purwanto Mohon Tunggu... Penegak Hukum - PNYD di KPK (2016 sd. Sekarang)

Bismillah, Menulis Seputar Hukum dan Korupsi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Satuan Tugas Anti Rasuah (5) : Nama Saya Mutia

12 Desember 2024   08:00 Diperbarui: 12 Desember 2024   08:46 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diilhami oleh Kisah Nyata sebagai Penyidik KPK : Satuan Tugas Anti Rasuah (5)

    " Pengungkapan skandal korupsi, psikis saat transisi regulasi, di-mix dengan haru biru sisi manusiawi penyidik yang juga butuh akan cinta. "

Episode : Nama Saya Mutia

Mutia berjalan ringan mengitari kolam renang hotel. Berseberangan dengan hotel, resto yang pagi itu masih nampak sepi dari tamu hotel. Padahal sudah lewat dari jam 06.45. Artinya resto sudah buka dan para penyaji terlihat stand by di beberapa titik di dalam resto.

Setiap gerak Mutia, diperhatikan secara diam-diam oleh Farid. Sambil menuang air hangat, Farid sesekali bergantian melihat ke arah HP, sesekali mengalih pandang pada sosok perempuan di luar sana.

Nun kejauhan, nampak bangunan menjulang. Hotel tempatnya bermalam, berada di tengah kota Surabaya.

Angan Farid seolah kembali di sebuah hari, tiga tahun yang lalu. Saat pertama perempuan yang tengah berjalan, sekedar jogging, bergabung di Satgas-nya. Saat itu untuk beberapa bulan admin Satgas yang dipimpin Alan vakum. Baru setelah ada rekruitmen dari fresh graduate dan mendapat pelatihan dalam pekan yang dikenal sebagai  induksi secara internal Lembaga Anti Rasuah, pegawai dianggap sah untuk melaksanakan tugas sesuai pembagian unit kerjanya.

" Nama saya Mutia, Bang. " Begitu awal kata terucap dari perempuan yang mengenakan jilbab. Saat itu di kubikel para penyidik ditempatkan masih sepi. Belum menyentuh jam 08.00. Bagi penyidik, berlaku ketentuan jam kerja flexible, tidak harus masuk jam o8.00. Bisa lebih dari itu, yang penting dalam satu pekan minimal 38-40 jam.

Hal ini diperlakukan mengingat jam kerja penyidik tidak sama dengan staf atau unit kerja lain. Datang jam 08.00, pulang jam 17.00. Bagi penyidik, bila jam kerja dipaku dengan system seperti ini, tidak bisa jalan.

Acapkali, tugas pemeriksaan saksi, bisa sampai malam hari. Juga pada saat penggeledahan ataupun melakukan tindakan hukum lain. Bahkan kalau kegiatan misalnya melakukan penangkapan dilakukan Sabtu dan Minggu, diberikan hari pengganti untuk libur.

" Saya duduk di mana ya Bang? "

" Ini kan ada tujuh kubikel, sebelah situ kosong. " Ucap Farid dengan menunjuk ke sebelah kubikelnya. Kemudian melanjutkan kalimatnya : " Tuh yang paling ujung kubikel Kasatgas. Sudah kenal namanya kan? "

Kasatgas merupakan panggilan untuk leader di masing-masing satuan tugas atau Satgas.

" Iya, Bang Alan. Kemaren sudah ketemu saya. "

" O ya, saya Farid. " Ucapan begitu tanpa diikuti suluran tangan.

" Selain saya, ada juga Bang Jono dan  bang Haris. Selamat bergabung ya. "

" Terima kasih Bang. "

Mutia langsung menarik kursi kerjanya. Kubikel tempatnya bergabung di Satgas Anti Rasuah di bawah pimpinan Alan, ukurannya satu meter kali 1,5 meter. Di masing-masing kubikel tersedia laci dengan dua pintu yang bisa dikunci untuk meenyimpan buku, Sepatu atau yang lainnya.

Satgas mereka berada di lantai Sembilan dari 20 lantai Gedung Lembaga Anti Rasuah. Di lantai Sembilan tersebut, terbagi dalam dua sayap, sayap kanan dan sayap kiri. Masing-masing diisi oleh sepuluh Satgas.

Fasilitas di lantai sembilan tersebut, disamping ada toilet, kamar mandi, juga tempat untuk ibadah. Menempel dari bangunan tersebut, unit kerja bagian jilid pemberkasan maupun foto kopi.

Unit kerja ini sangat membantu tugas-tugas penyidik dalam finishing Berkas Perkara. Karena berurusan dengan foto kopi dokumen dan penjilidan, yang sudah tersedia. Ini semua untuk menjamin kerahasian dalam penggandaan dokumen ataupun Isi Berkas Perkara. Sangat riskan bila diserahkan atau dikerjakan pihak luar.

" Sambil berjalan, tolong saya dibimbing ya Bang. " Pinta Mutia sembari menata beberapa alat tulis dan map yang ia bawa di atas kubikelnya.

" O, tentu. Kita di sini sudah jadi satu Tim. Harus kerja sama. Kompak." Ucap Farid. " Apa yang disampaikan Bang Alan saat kamu kemaren bertemu?"

" Seperti yang Bang Farid sampaikan, kompak, semangat dan kerja sama. "

" O, itu bukan kata-kata saya. Tadi sepertinya saya tanpa kata semangat? "

" Ah ya. Benar. Itu tambahan kata-kata Bang Alan. "

Mutia tersipu juga. Farid sempat melirik tadi.

Mutia berdiri dari kubikel, ia berjalan mendekat ke jendela. Dari tempatnya berdiri, nampak di luar gedung-gedung pencakar langit berdiri dengan kokohnya. Ketika pandangan dilepaskan, nampak Monumen Nasional ada di pelupuk mata. Tidak membayangkan Mutia, ia bisa bekerja dengan pandangan yang tidak terhalang untuk melihat monumen kebanggaan bangsa Indonesia tersebut.

" Wah Monas kelihatan juga dari lantai sembilan ini Bang. Itu. "

" Ya, bila cuaca lagi bagus, Monas seolah sejengkal kaki dari sini. Dulu, saya juga seperti kamu saat pertama ada di tempatmu sekarang berdiri. "

" Bang Farid asli dari mana? "

" Saya dari Sumatera Barat. "

" Sama-sama perantau Ya Bang. "

" Ya, banyak juga penyidik yang asalnya dari luar Jakarta. Bahkan banyak juga yang laju, hari Jumat pulang, minggu malam balik Jakarta. " jelas Farid.

" O Begitu ya Bang. "

" Mutia tinggal di mana?"

" Itu di seberang kantor Bang. Banyak teman seangkatan induksi juga kos di situ. "

 Ketika sedang bincang ringan, beberapa penyidik tiba di lantai sembilan dan mendekat ke kubikel masing-masing. Mereka say hello atau Farid yang mendahului say hello pada mereka. Meski punya hak untuk jam kerja flexi, bila tidak ada tugas khusus rerata memilih untuk datang seputaran jam delapan dan pulang jam 17.00 atau setelah selesai melakukan tugas-tugas mereka masing-masing.

(Bersambung)

********

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun