" Seperti yang Bang Farid sampaikan, kompak, semangat dan kerja sama. "
" O, itu bukan kata-kata saya. Tadi sepertinya saya tanpa kata semangat? "
" Ah ya. Benar. Itu tambahan kata-kata Bang Alan. "
Mutia tersipu juga. Farid sempat melirik tadi.
Mutia berdiri dari kubikel, ia berjalan mendekat ke jendela. Dari tempatnya berdiri, nampak di luar gedung-gedung pencakar langit berdiri dengan kokohnya. Ketika pandangan dilepaskan, nampak Monumen Nasional ada di pelupuk mata. Tidak membayangkan Mutia, ia bisa bekerja dengan pandangan yang tidak terhalang untuk melihat monumen kebanggaan bangsa Indonesia tersebut.
" Wah Monas kelihatan juga dari lantai sembilan ini Bang. Itu. "
" Ya, bila cuaca lagi bagus, Monas seolah sejengkal kaki dari sini. Dulu, saya juga seperti kamu saat pertama ada di tempatmu sekarang berdiri. "
" Bang Farid asli dari mana? "
" Saya dari Sumatera Barat. "
" Sama-sama perantau Ya Bang. "
" Ya, banyak juga penyidik yang asalnya dari luar Jakarta. Bahkan banyak juga yang laju, hari Jumat pulang, minggu malam balik Jakarta. " jelas Farid.