Diilhami oleh Kisah Nyata sebagai Penyidik KPK : Satuan Tugas Anti Rasuah (3)
" Pengungkapan skandal korupsi, psikis saat transisi regulasi, di-mix dengan haru biru sisi manusiawi penyidik yang juga butuh akan cinta. "
Episode :Â
Awal Konspirasi
Ketika melakukan pemeriksaan saksi atau tersangka termasuk Ahli, di luar kantornya di Jakarta, Alan dan team-nya akan pinjam tempat dengan instansi aparat penegak hukum setempat ataupun di kantor auditor negara.
Jam 13.00, ketika mobil rombongan Alan masuk ke Kantor Pemeriksaan, disambut oleh petugas securiti. Begitu sampai lobi, langsung di antar ke resepsionis.
" Bisa bertemu dengan Pak Anton?" Tanya Alan pada respsionis.
" Bapak rombongan dari Jakarta? "
" Betul. "
" Tadi sudah ditunggu Pak Anton. Bisa langsung ke lantai 2, sudah dipersiapkan Pak. Tadi beliau pesan, bila rombongan dari Jakarta tiba, agar diarahkan ke lantai 2. Pak Anton sendiri ada rapat dengan pimpinan. "
" O begitu, terima kasih. "
" Nanti bila ada jeda waktu, Pak Anton akan menemui rombongan. "
" Terima kasih. Untuk tamu yang saya undang apakah sudah tiba ? "
" Sudah Pak, sudah menunggu di ruang yang disediakan. "
" Terima kasih, kami ke atas. "
Berlima, naik melalui tangga manual. Tas yang mereka bawa tas berisi laptop dan satu semacam tools-kit, yang biasa mengikuti kemanapun Satgas operasional. Dalam tools kit tersebut berisi alat tulis kantor, seperti kertas, staples, printer, kabel-roll dan lainya. Yang membawa tools kit bergantian, siap yang sempat, tidak dibebankan pada Mutia.
Pantangan bagi Alan dan teamnya untuk membebani tuan rumah, termasuk hanya sekedar minum. Semua disediakan dan dibawa sendiri.
*******
Alan mengambil posisi paling ujung. Empat rekannya dua berjajar dan dua lainya menyamping. Jarak antara meja pemeriksaan satu dengan lainnya sekitar tiga meter. Mereka dipersiapkan di sebuah ruang, dengan ukuran tidak lebih dari 7 X 5 meter. Pada pintu masuk tadi tertulis, ruang rapat kecil.
" Bagaimana kabar hari ini Pak? " Suara Jono memecah hening. Setelah persiapan dan pemeriksaan akan dimulai, Jono membuka dengan kalimat tanya tadi. Kali ini, saksi yang diminta keterangan Jono berprofesi sebagai salah seorang direktur dari perusahaan yang Direktur Utamanya sudah ditetapkan sebagai tersangka.
Dua saksi yang lainnya juga masih dalam kepengurusan perusahaan yang sama. Mereka masing-masing berhadapan dengan Haris dan Farid.
" Pada pemeriksaan sebelumnya, Saudara menyebutkan terkait dengan rapat direksi yang dihadiri oleh Direktur Utama, yang menyampaikan rencana pembelian armada baru. Jelaskan kembali siapa peserta rapat yang ikut menyetuji rencana tersebut!" Begitu yang terdengar dari Jono.
Saksi yang dimintai keterangan oleh Jono nampak diam. Memandang sebentar ke arah Jono. Seperti ada sesuatu yang menahan tenggorokannya, sehingga sampai beberapa menit, tidak satu hurufpun keluar dari mulutnya.
Dia menyadari, pertanyaan penyidik terdengar begitu enteng, namun baginya, merupakan sebuah substansi atas keterlibatan beberapa pihak. Sebab berawal dari persetujuan tersebut menjadi dasar dan cikal bakal konspirasi berikutnya yang akhirnya merugikan keuangan negara dan munculnya perkara yang tengah melibatkan kesaksiannya.
Bahkan, dalam hati kecilnya ada semacam kekhawatiran, bisa saja para Direktur yang hadir dalam raopat tersebut, termasuk dirinya yang ikut setuju terbidik menjadi tersangka berikutnya.
" Bagaimana Pak, Saudara ikut hadir kan dalam rapat tersebut? " Ulang Jono dengan suara dengan nada pertanyaan.
" Ya Pak, saya bersama empat Direktur lainnya ikut dalam rapat dan ikut menyetujui. "
Jono mengeluarkan sesuatu dari map dan menunjukan dokumen kepada saksi. " Perhatikan dua dokumen ini Pak. Yang pertama notulen rapat dan kedua tanda tangan hadir dalam rapat tersebut. "
Saksi mencermati dokumen yang disodorkan padanya. Ia baca dengan cermat, dengan sesekali membenarkan letak kaca matanya. Saksi yang di hadapan Jono, berusia sekitar lima puluh tahunan.
************
Alan di depan monitor laptop, membaca email dokumen yang dikirim seseorang. Dengan teliti matanya membaca tulisan dalam dokumen tersebut. Bila dicermati, dokumen yang terkirim dan masuk ke email Alan berupa deretan angka dalam tabel. Lebih tepatnya, dokumen tersebut merupakan rekening koran yang dikeluarkan oleh sebuah bank.
" Hemmm...." Sedikit guman Alan. Tangan kanannya meraih botol kecil  minuman mineral. Meneguknya perlahan.
" Ternyata terima juga Kau..." Masih berupa guman, sehingga tidak ada yang memberikan respon. Namun ada secercah perubahan pada wajah Alan. Ada senyum kecil di sudut bibirnya. Tangan kanannya mengepal dan dari mulutnya berdesis : " Yes ..." Sebuah ekspresi senang nampak pada wajahnya.
Alan membuka handphone, mencari nomor seseorang dan klik.
" Ok, aliran dananya jelasnya. Coba telusuri lagi aset berupa tanah dan bangunan, sebagaimana hard copy yang disampaikan kemarin. " Ucap Alan pada seseorang di kejauhan sana. Nada-nadanya Alan menyinggung tentang aset. Tentulah tidak jauh-jauh dengan aset recovery tentunya. Bila itu terhubung dengan kantor, pasti yang diajak komunikasi adalah bagian asset tracing.
Sebagai penyidik, Satgas Anti Rasuah memperoleh supporting dari unit atau tim asset tracing dan unit kerja lainnya yang mempunyai network dengan instansi terkait, misalnya Badan Pertanahan, Samsat dan Jasa Keuangan non Perbankan serta lembaga lainnya yang terkait. Melalui lembaga-lembaga tadi, data-data bisa diperoleh, setelah melalui penelusuran oleh unit asset tracing tadi.
Dibutuhkan teamwork, baik internal maupun Lembaga di luar. Bahkan ada kalanya harus mengadakan Perjanjian tentang Bantuan Hukum Timbal Balik dalam Masalah Pidana (Treaty on Mutual Legal Assistance in Criminal Matters/MLA). Melalui kerja sama ini, bisa dimaksimalkan dalam pengembalian aset hasil korupsi yang disembunyikan koruptor hingga luar negeri.
(Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H