" Terima kasih. Untuk tamu yang saya undang apakah sudah tiba ? "
" Sudah Pak, sudah menunggu di ruang yang disediakan. "
" Terima kasih, kami ke atas. "
Berlima, naik melalui tangga manual. Tas yang mereka bawa tas berisi laptop dan satu semacam tools-kit, yang biasa mengikuti kemanapun Satgas operasional. Dalam tools kit tersebut berisi alat tulis kantor, seperti kertas, staples, printer, kabel-roll dan lainya. Yang membawa tools kit bergantian, siap yang sempat, tidak dibebankan pada Mutia.
Pantangan bagi Alan dan teamnya untuk membebani tuan rumah, termasuk hanya sekedar minum. Semua disediakan dan dibawa sendiri.
*******
Alan mengambil posisi paling ujung. Empat rekannya dua berjajar dan dua lainya menyamping. Jarak antara meja pemeriksaan satu dengan lainnya sekitar tiga meter. Mereka dipersiapkan di sebuah ruang, dengan ukuran tidak lebih dari 7 X 5 meter. Pada pintu masuk tadi tertulis, ruang rapat kecil.
" Bagaimana kabar hari ini Pak? " Suara Jono memecah hening. Setelah persiapan dan pemeriksaan akan dimulai, Jono membuka dengan kalimat tanya tadi. Kali ini, saksi yang diminta keterangan Jono berprofesi sebagai salah seorang direktur dari perusahaan yang Direktur Utamanya sudah ditetapkan sebagai tersangka.
Dua saksi yang lainnya juga masih dalam kepengurusan perusahaan yang sama. Mereka masing-masing berhadapan dengan Haris dan Farid.
" Pada pemeriksaan sebelumnya, Saudara menyebutkan terkait dengan rapat direksi yang dihadiri oleh Direktur Utama, yang menyampaikan rencana pembelian armada baru. Jelaskan kembali siapa peserta rapat yang ikut menyetuji rencana tersebut!" Begitu yang terdengar dari Jono.
Saksi yang dimintai keterangan oleh Jono nampak diam. Memandang sebentar ke arah Jono. Seperti ada sesuatu yang menahan tenggorokannya, sehingga sampai beberapa menit, tidak satu hurufpun keluar dari mulutnya.