Sang Istri berpikir sejenak.
" Ndak usah jauh-jauh, yang dekat-dekat rumah saja. " Komen Sang Suami dengan nada tenang.
" Sepertinya Suamiku sering menyebut Tawangmangu, kita kan belum pernah ke sana. "
" O ya. Tentu menyenangkan dan akan banyak yang bisa didokumentasikan di sana. Ada gemericik air yang bening, geraian dedaunan di sepanjang jalan, suasana dingin orang-orang di sana atau mungkin di samping view-nya, juga kulinernya. "
" Hup. Itu dia. Agendakan ya Suamiku. "
Begitulah.
Sebuah self-love, namun tetap perduli pada orang-orang sekitar yang tersayang.
Self-esteem adalah cara seseorang memandang dan menerima dirinya sendiri, serta merasa percaya diri. Jika Self-love dikelola  dengan baik, self esteem pun akan meningkat. Tak hanya itu, dengan mencintai diri sendiri, juga akan lebih mudah mengatasi stress dan tegar dalam menghadapi permasalahan hidup, dikutip dari  alodokter.com.
Hal paling sederhana dalam mencintai diri sendiri adalah menyediakan waktu untuk diri sendiri menikmati waktu luang. Saya menerapkannya dengan menulis blog ini. Dengan menulis, apa yang ingin disampaikan, seolah tersalurkan. Efek samping dari penyaluran hobi ini adalah terdokumentasikannya pikiran dalam sebuah ruang digital yang sewaktu-waktu bisa dibuka, sebagai ujud self healing, merefresh kembali kenangan dan catatan-catatan bagian dari masa yang telah terlewati.
Bagian dari menyintai diri sendiri, dalam pemahaman saya, adalah memasukan peran pasangan (istri), dalam ruang-ruang kehidupan. Bukankah, sepasang suami istri telah berkomitmen untuk selalu bersama, berbagi suka dan duka. Bahkan sebuah judul lagu menarasikan seolah pasangan sudah menjadi bagian dari separuh nafas kehidupan.
Tidak ada yang bisa menjadikan diri sendiri bahagia, sebelum diri sendiri mengupayakan kebahagiaan itu. Sederhana saja untuk bahagia, tidak perlu yang aneh-aneh dalam hidup. Penuh syukur dan menyayangi pasangan hidup kita, anak-anak kita dan semua yang punya lintas interaksi dengan kita.