Mohon tunggu...
Dr. Herie Purwanto
Dr. Herie Purwanto Mohon Tunggu... Penegak Hukum - PNYD di KPK (2016 sd. Sekarang)

Bismilah, Menulis Tentang Korupsi

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Siluet Bahagia untuk Istri dan Kerak Telor

24 Juli 2023   15:15 Diperbarui: 24 Juli 2023   15:46 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto  Dokumen Pribadi

Dikutip dari mesin telusur, berawal dari buah kelapa yang berlimpah, kemudian masyarakat Betawi mencoba mengolahnya menjadi beragam makaman. Pada saat Gubernur Jakarta dipimpin  oleh Ali Sadikin, makanan khas Betwai ini dipromosikan. Dalam perkembangannya kerak telor dapat dijumpai setiap harinya di beberapa kawasan di Kota Jakarta.

Saya coba memesan satu porsi kerak telor. Ada dua pilihan, yang pakai telor ayam harganya Rp. 25.000, sedang yang pakai telor bebek harganya Rp. 30.000.

" Satu hari dapat jual berapa porsi Pak? "

Tanya saya pada Abang penjual. Sambil melanjutkan proses pembuatan, Si Abang menjawab : " Namanya rejeki Pak, kadang banyak, kadang ya sedikit. Bila libur bisa sampai 30 porsi. "

Tangan Si Abang membolak-balik alat pembuat kerak telor di atas bara api. Sesekali tangan yang satunya mengambil adonan yang kemudian dicampur pada kerak telor tersebut. Tidak sampai lima menit, setelah di bolak-balik di atas bara api tadi, terhitung sejak adonan pecah telur tadi, kerak telor sudah siap saji. 

" Ini pak. "

Dokpri
Dokpri

Foto Dokumen Pribadi

Walau yang dituju adalah saya, namun yang menerima adalah tangan perempuan yang dari tadi duduk di sebelah saya. Saya dan perempuan itu, yang tiada lain Sang Istri, menikmati satu porsi berdua. Perut ini, memang tidak dalam keadaan lapar, tadi sudah diisi dengan berbagai makanan kecil, sebelum memutuskan untuk menelusuri beberapa tempat ikonik di Jakarta ini, seperti Stadion Bung Karno, Kota Tua, Masjid Iqtiqlal dan Monumen Nasional. Saat makan kerak telor, saya memilih tempat yang rindang, di salah satu sudut pelataran parkir yang memang disediakan untuk pedagang makanan dan kerajinan.

Bukan gurih, enak atau rasa yang membuat saya menikmati saat tangan ini dengan sendok mengambil potongan-potongan kecil kerak telor, lalu memasukannya ke mulut. Namun, kebersamaan dengan Sang Istri yang menambah "rasa" pada kelark telor yang terhidang.

Memang demikian yang terasa, ketika bersama dengan Sang Istri, hampir apa yang dirasa oleh lidah, semua terasa enak. Tadi sebungkus ketan dicampur kelapa, juga enak. Kemudian rebusan talas, juga enak. Jadi, sepertinya apa yang di makan, diminum, dengan perasaan yang "nyaman" semua serba enak.

Bisa jadi, memang perasaan saya seperti itu. Kehadiran Sang Istri, untuk beberapa hari menemani di Jakarta, seperti menebar rasa nyaman dan senang, sehingga seperti menjadi rumus bagi pasangan suami istri : kebersamaan menjadi salah satu point kenyamanan. Ingat, perasaan nyaman, tegak lurus dengan perasaan tenang, bersemangat dan ujung-ujungnya adalah keharmonisan hubungan dengan pasangan.

Untuk memupuk dan menumbuhkembangkan perasaan itu, hal-hal kecil dan sederhana acapkali diperlukan. Seperti yang saya lakukan dengan menikmati tempat-tempat ikonik di Jakarta. Semua tempat tersebut sudah pernah saya datangi bersama istri dan anak-anak, namun pengulangan seperti itu, bukan sebagai sesuatu yang menjemukan. Karena, ada sesuatu yang menjadi nilai tambah dari itu semua, yaitu tadi, kebersamaan. Yang penting jalan-jalan, meski di tempat yang sama, karena sudah terlewati oleh lintas waktu dan suasana yang berbeda, akan memberikan kesan yang berbeda pula. Kalau dulu bersama anak-anak, kini hanya berdua, menjadi sebuah napak tilas baru, dengan perasaan yang tentunya lebih dipenuhi rasa bersyukur.

Bagian dari perjalanan kebersamaan tadi, memang rasa bersyukur yang terus dipupuk dan dipelihara, yang diujudkan dengan mengisi waktu berdua, dengan duduk di pinggir pedistrian, di sudut taman kota, serta mengisinya dengan cerita-cerita atau obrolan ringan. Namun sejatinya dan saya yakini ada hikmah besar di baliknya, yaitu sebuah kebahagiaan.

Buktinya, saya tanyakan pada Sang Istri : " Dengan jalan-jalan seperti ini, apa yang Istriku rasakan? "

Begitu ucap saya.

Jawab Sang Istri : " Sebuah kebahagiaan, yang harus disyukuri, Suamiku. "

Begitulah. Yang sepele dan tidak butuh biaya besar, bisa membuat hati pasangan bahagia. Sejatinya memang benar, bahwa untuk bahagia, tidak harus dicari ke sebuah tempat dengan biaya yang mahal, karena bahagia memang letaknya ada di hati.

Dokpri
Dokpri

Foto Dokumen Pribadi

Salam sehat dan bahagia, 240723

(Terima Kasih Redaksi Kompasiana, hari ini nama saya tertulis sebagai salah satu "Kompasianer Pilihan")

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun