Bangunan berikutnya adalah sebuah perguruan tinggi, pada spanduk tertulis jurusan yang diselenggarakan adalah sekretaris. Di halam depan spanduk memanjang foto para alumni yang sekarang sudah bekerja sebagai sekretaris diberbagai perusahaan maupun kelembagaan/ kementerian. Sebuah trik marketing yang memunculkan trust bagi para mahasiswa baru untuk bisa mengikuti jejak senior mereka. Bangunan berikutnya adalah rumah makan, kemudian dua bank pemerintah. Ketiganya tetap mempertahankan bangunan lama dengan pepohonan yang besar di kanan kirinya. Sepanjang jalan yang saya lalui, tumbuh pepohonan dengan usia puluhan tahun. Di tengah kota, namun seperti beda tipis di tengah hutan. Bedanya kini saya di temarami oleh lampu-lampu kota.
Kota Bandung yang sudah berusia lebih dari dua abad tersebut memang mengandalkan wisata kuliner, pusat mode dan penuh dengan bangunan-bangunan yang sudah menjadi cagar budaya. Sehingga memunculkan kesan dan romansa tersendiri.Â
Bila ditelisik lebih jauh, tentunya Gedung Sate, yang dibangun 1920 yang merupakan tempat bersejarah wajib juga untuk dikunjungi. Selain itu, Jalan Braga yang ikonik, sebagaimana jalan Malioboro di Yogyakarta, Monumen Bandung Lautan Api, Gedung Merdeka dan lainnya.
Bandung di pagi hari, memang menyimpan sebuah keinginan untuk bisa memandang dan menikmatinya di siang hari, kala mentari sudah bersinar dan menerangi Bandung. Namun, dari sudut pagi yang masih meremang, saya juga ingin mengabadikannya.Â
Bandung di pagi yang senyap, sebagai sebuah catatan Bandung memang Kota yang wajib untuk dikunjungi karena beragam keunikan dan tinggalan bersejarah bagi negeri ini.
Salam Sehat dari De Paviljoen Hotel.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H