Jam 04.30 saya keluar dari tempat bermalam, yaitu De Paviljoen Hotel, yang berada di Jalan RE Martadinata Bandung. Udara tidak begitu dingin, mengiringi langkah saya meninggalkan trap-trap lobi hotel tersebut. Menyebrang jalan, dan sekira lima menit sampailah di Masjid dekat dengan Bank Muamalat.
Tidak lebih dari dua puluh menit saya sudah keluar dari tempat tersebut dan memutuskan untuk melangkahkan kaki selama 30 menit. Niatnya adalah untuk menjaga kebugaran tubuh, sebagaimana rekomendasi dokter dan beberapa literature medis yang menguatkan kebiasaan untuk berjalan kaki rutin, sebelum beraktifitas.
Kaki ini menyusuri trotoar di penggalan jalan RE Martadinata. Masih gelap, hanya penerangan lampu kota yang meremang. Beberapa titik bangunan nampak benderang, dan sayup saat kaki saya melangkah ada suara beberapa orang membersihkan jalan dan trotoar. Mereka petugas kebersihan yang komit pada kebersihan di kota Bandung ini.
Saya tertarik mengamati beberapa bangunan tua, dengan arsitektur jadul, bisa jadi ukuran satu abad yang lalu. Bandung memang terkenal sebagai kota yang masih mempertahankan bangunan-bangunan jadul sebagai cagar budaya. Bilapun bangunan tersebut direnovasi untuk perkantoran atau perbankan misalnya, tidak boleh mengubah bentuk aslinya.
Paling-paling hanya dimodifikasi, tambahan teras berupa kanopi ataupun sentuhan modern yang tidak kontras dengan arsitektur aslinya. Sehingga yang Nampak kemudian adalah deretan bangunan lawas, jadul namun megah dan nampak modern. Di sinilah letak keunikan Kota Bandung.
Pemerintah Kota Bandung telah membuat Peraturan Daerah No 19 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Kawasan dan Bangunan Cagar Budaya, di mana salah satu pertimbangannya menyebutkan bahwa kawasan dan bagunan cagar budaya yang berada di Kota Bandung terutama yang memiliki nilai kesejarahan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, terutama bangunan yang telah berumur lebih dari 50 tahun yang memberikan ciri dan identitas peradaban perlu dilakukan perlindungan dan pelestarian.
Saya ambil 4 sampel bangunan yang jaraknya bersebelahan di sepanjang jalan yang saya lalui. Pertama, sebuah bangunan tua dengan halaman parkir yang luas. Bangunan dicat dengan warna dominan putih dan polesan hijau. Bangunan yang digunakan untuk rumah makan tersebut, nampak teduh dan kentara sebagai bangunan lama dan sudah disentuh dengan gaya modern.
Bangunan berikutnya adalah sebuah perguruan tinggi, pada spanduk tertulis jurusan yang diselenggarakan adalah sekretaris. Di halam depan spanduk memanjang foto para alumni yang sekarang sudah bekerja sebagai sekretaris diberbagai perusahaan maupun kelembagaan/ kementerian. Sebuah trik marketing yang memunculkan trust bagi para mahasiswa baru untuk bisa mengikuti jejak senior mereka. Bangunan berikutnya adalah rumah makan, kemudian dua bank pemerintah. Ketiganya tetap mempertahankan bangunan lama dengan pepohonan yang besar di kanan kirinya. Sepanjang jalan yang saya lalui, tumbuh pepohonan dengan usia puluhan tahun. Di tengah kota, namun seperti beda tipis di tengah hutan. Bedanya kini saya di temarami oleh lampu-lampu kota.
Kota Bandung yang sudah berusia lebih dari dua abad tersebut memang mengandalkan wisata kuliner, pusat mode dan penuh dengan bangunan-bangunan yang sudah menjadi cagar budaya. Sehingga memunculkan kesan dan romansa tersendiri.
Bila ditelisik lebih jauh, tentunya Gedung Sate, yang dibangun 1920 yang merupakan tempat bersejarah wajib juga untuk dikunjungi. Selain itu, Jalan Braga yang ikonik, sebagaimana jalan Malioboro di Yogyakarta, Monumen Bandung Lautan Api, Gedung Merdeka dan lainnya.
Bandung di pagi hari, memang menyimpan sebuah keinginan untuk bisa memandang dan menikmatinya di siang hari, kala mentari sudah bersinar dan menerangi Bandung. Namun, dari sudut pagi yang masih meremang, saya juga ingin mengabadikannya.
Bandung di pagi yang senyap, sebagai sebuah catatan Bandung memang Kota yang wajib untuk dikunjungi karena beragam keunikan dan tinggalan bersejarah bagi negeri ini.
Salam Sehat dari De Paviljoen Hotel.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H