" Mencari pasangan hidup, tentu dengan satu niat : untuk selalu dalam kebersamaan hingga ajal menjemput."
" Ya, mencari pasangan yang bisa diajak dan membersamai setiap langkah suka dan duka. Tiada kebahagiaan yang utuh, tanpa adanya kebersamaan tadi. "
" Sudahkah itu terlalui oleh kita? "
Ada anggukan.
" Syukurlah. Hari-hari sekarang, tinggal merawat dan menguatkan kebersamaan itu. "
Sang Suami menggenggam tangan istrinya. Sebuah keteduhan alami, memancar dari wajah keduanya yang merasakan kebahagiaan, sebuah karunia yang tidak semua orang bisa mengalaminya. Banyak di antara mereka yang dalam perjalanan rumah tangganya, menemui jalan terjal dan memutuskan untuk tidak melanjutkan laju bahtera.
Banyak permasalahan, mengapa perjalanan bahtera tadi tidak dilanjutkan. Namun, pada sisi ini sebuah pertanyaan muncul, mengapa harus menghindar dari permasalahan? Bukannya sudah sekian tahun dalam kebersamaan, sehingga bilapun muncul permasalahan, bukankah untuk dicarikan solusinya? Bila murni permasalahan tidak tercampuri olah adanya "hati" yang lain, maka sejatinya permasalahan itu pasti bisa ditemukan titik temunya. Karena hakikat perpisahan bagi dua hati yang telah lama saling menyayangi adalah adanya sebuah "keinginan" untuk berpaling, menempatkan hati dalam kesendirian atau dikarenakan rasa cinta yang mendalam dan tidak ingin pasangannya ikut menanggung derita yang dialaminya.Â
Atau bisa saja terjadi, salah satu pasangan yang merasa sakit berkepanjangan dan rela pasangannya tidak terbelenggu oleh perasaan sakitnya ini. Ini sungguh cinta yang sejati. Namun benarkah? Salah satu pasangan merelakan diri untuk berpisah demi "kebahagiaan" pasangannya.
Tidak semua pasangan memilih jalan berpisah, apapun yang terjadi. Justru, adanya masalah tersebut, akan menunjukan sebuah kasih sayang yang abadi. Tak ada derita, rasa sakit atau kondisi apapun yang memisahkan keduanya, kecuali ajal.
Salam sehat dan bahagia selalu.
      Â